Jakarta, BIZNEWS.ID - Kocok ulang anggota Kabinet Indonesia Maju yang dilakukan Joko Widodo hari Rabu (23/12) menimbulkan reaksi beragam dari pakar, akademisi, hingga pelaku bisnis. Beberapa menyambut baik kocok ulang jabatan pembantu Presiden, namun ada juga yang pesimis hal ini bisa mendongkrak kerja pemerintah.
Ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dr Pandu Riono adalah salah satu yang menyambut baik pergantian Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto ke Budi Gunadi Sadikin. Menurutnya, pandemi memaksa Jokowi mencari sosok Menkes dengan kemampuan manajerial yang mumpuni.
Bahkan Pandu tak mempermasalahkan latar belakang Budi yang bukan seorang dokter. “Yang penting itu seorang manajer karena saat ini sistem Kesehatan publik lumpuh,” kata Pandu kepada Katadata.co.id, Selasa (22/12).
Padahal menurutnya peran Kemenkes di tengah Covid-19 sangat vital namun seakan tak banyak bergerak selama 9 bulan belakangan. Salah satu yang menjadi sorotannya adalah jumlah rasio tes yang tidak banyak. “Kegiatan yang harusnya dilakukan dengan cepat ternyata tak optimal,” ujar Pandu.
Pos lain yang berganti nakhoda adalah Kementerian Perdagangan yang diisi M. Lutfi. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyambut baik kembalinya Lutfi ke Kemendag serta berharap aktivitas ekspor-impor dapat lebih transparan.
Sebagaimana diketahui, beberapa pihak menilai kebijakan Kementerian Perdagangan seperti kuota impor gula tidak transparan. Adapun Lutfi saat pelantikan berjanji akan menjadi wasit yang adil di sektor perdangan.
"Untuk ekspor-impor agar jauh lebih efisien, lebih transparan, lebih rasional dan lebih suportif," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perjanjian Internasional Shinta W. Kamdani saat dihubungi Katadata.co.id, Selasa (23/12).
Sementara, Ketua Umum DPP Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) DKI Jakarta Sarman Simanjorang menilai penunjukkan Lutfi sebagai Menteri Perdagangan sudah tepat. Selain jaringan internasional, Lutfi dianggap berpengalaman mengendalikan harga bahan pokok saat hari besar seperti Lebaran 2014.
Sedangkan Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) menganggap latar belakang Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno sebagai pengusaha cocok untuk memulihkan sektor ini. Mereka juga berpesan politisi Partai Gerindra tersebut juga fokus kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
"Banyak sekali sektor pariwisata ini yang berkaitan langsung dengan pelaku UMKM. Mudah-mudahan bapak sandiaga bisa membantu membangkitkan lagi hal tersebut," kata Wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asita Budijanto Ardiansjah, Rabu (23/12) dikutip dari Antara.
Potensi Tak Dongkrak Kinerja
Meski demikian, tak semua menanggapi reshuffle dengan optimis. Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah memperkirakan kinerja pemerintah tidak akan banyak berubah. Dia lalu menyoroti satu persatu hambatan masing-masing menteri.
Trubus menjelaskan, penunjukan Budi Gunadi sebagai Menkes tanpa latar belakang dokter bisa menjadi masalah. Padahal, posisi Menkes kerap diduduki oleh praktisi medis yang memiliki koordinasi kuat dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Selain itu, ia menyinggung penunjukkan M Lutfi yang sebelumnya Duta Besar RI untuk Amerika Serikat. Hal ini bisa dimaknai pemerintah hanya akan fokus meningkatkan perdagangan antara Indonesia dan AS saja.
Selanjutnya, Trubus juga mengkritik posisi Menteri Kelautan dan Perikanan yang diduduki oleh eks Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono. Menurutnya, Trenggono tidak membuat gebrakan apapun saat di Kemenhan.
Selain itu, Trubus meragukan Yaqut Cholil Qoumas bisa membenahi kondisi internal Kementerian Agama. "Dia mewakili Nahdlayul Ulama. Tapi apakah dia mampu? Selama ini Menteri Agama selalu NU, tapi sumber korupsi dari situ juga," ujar dia.
Sedangkan analis politik Exposit Strategic, Arif Susanto memperkirakan pengocokan ulang menteri tak otomatis akan berdampak terhadap naiknya kepercayaan publik kepada Jokowi-Ma’ruf Amin. Ini lantaran angka kepercayaan masyarakat terhadap Presiden tetap bertahan pada kisaran 60-65%.
Ini artinya, masyarakat masih percaya pada pemerintah secara keseluruhan, namun kurang percaya pada para menteri. "Kementerian di sektor ekonomi, kesehatan, dan sektor terdampak covid-19, nilainya relatif rendah. Di situ pekerjaan rumah Jokowi," ujarnya.
Ditunggu Pekerjaan Rumah
Para Menteri baru tak bisa berleha-leha lantaran masih ditunggu segudang masalah. Baik Pandu maupun epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengingatkan duet Budi dengan Wamenkes Dante Saksono Harbuwono segera mengendalikan Covid-19.
“Estafet kepemimpinan tak bisa berlangsung lama karena mereka harus berlari,” kata Dicky.
Sedangkan Direktur Kebijakan Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) Olivia Herlinda berharap Budi bisa mengambil alih kepemimpinan pengendalian corona secara nasional.
Selain itu, kesiapan logistik dan penerimaan masyarakat terhadap vaksin juga harus digarap secara serius. "Upaya ini membutuhkan intervensi sistemik yang perlu disiapkan dengan cepat," ujar Olivia dalam keterangan tertulis.
Harapan perbaikan juga disampaikan pengusaha. Shinta mengatakan Lutfi perlu menyelesaikan sejumlah perjanjian internasional seperti Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) RI dengan Uni Eropa.Kemudian, Indonesia perlu menegosiasikan perjanjian perdagangan terbatas (Limited Trade Agreement/LTA) dengan Amerika Serikat.
Dari sisi domestik, Kemendag perlu membenahi rantai pasok domestik, terutama yang melibatkan komoditas strategis nasiona. Ia meminta Lutfi berkoordinasi dengan Kementeran Pertanian dan Kementerian Perindustrian.
"Semoga Pak Lutfi juga bisa menjadi katalis untik koordinasi dan pembenahan domestik supply chain nasional," ujar dia.
Sedangkan Trubus dalam kesempatan terpisah berharap Menteri Sosial Tri Rismaharini berani mencegah korupsi di Kemensos dengan reformasi birokrasi. Risma juga menurutnya memilikik tugas berat untuk membenahi penyaluran bantuan sosial. Demikian Katadata.co.id
Photo : google image
Headline
LEAVE A REPLY