Home Internasional Amerika Selatan Jadi Episentrum Covid 19 di Dunia

Amerika Selatan Jadi Episentrum Covid 19 di Dunia

0
SHARE
Amerika Selatan Jadi Episentrum Covid 19 di Dunia

Jakarta, BIZNEWS.ID - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan kini episentrum pandemi virus corona di dunia berada di Amerika Selatan. Padahal, virus itu pertama kali ditemukan di Asia tepatnya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, pada Desember 2019.

Brasil menjadi negara yang terdampak paling parah. Berdasarkan catatan Worldometers, 319.069 orang di Brasil terjangkit virus corona dengan rincian 20.541 orang meninggal dan 125.960 pasien sembuh.

Akibatnya, Presiden Brasil Jair Bolsonaro menjadi orang pertama yang mendapat kritik tajam dari berbagai masyarakat di dunia. Bagaimana tidak, di tengah pandemi, Bolsonaro mengacuhkan protokol physical distancing hingga menentang lockdown.

Bahkan, dia menjadi orang nomor satu yang mendukung para pendemo menuntut mengakhiri masa isolasi di rumah.

Sama seperti Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Bolsonaro juga mengampanyekan dan menyetujui penggunaan obat antimalaria atau hidroklorokuin untuk pengobatan COVID-19.

Padahal WHO menegaskan belum ada bukti klinis yang mendukung penggunaan obat tersebut. Mengingat banyak efek samping yang akan ditimbulkan dari penggunaan obat yang belum teruji.

Selain Brasil, negara-negara Amerika Selatan lainnya juga terpukul pandemi virus corona. Misalnya Peru, yang memiliki 111.698 kasus positif, di mana 3.244 orang meninggal dan 44.848 pasien sembuh. Sedangkan Chile memiliki 61.857 positif di mana 630 orang meninggal dan 25.342 pasien sembuh.

Kasus positif di Afrika tembus 100.000

WHO juga mengumumkan sembilan negara di benua Afrika mengalami kenaikan kasus se virus corona besar 50% dalam sepekan terakhir. Kini, ada 100.000 orang di Afrika terjangkit corona di mana 3.100 di antaranya berakhir dengan kematian.

"Pandemi COVID-19 hari ini mencapai tonggak sejarah di Afrika, dengan lebih dari 100.000 kasus dikonfirmasi. Virus ini sekarang telah menyebar ke setiap negara di benua Afrika sejak kasus pertama dikonfirmasi di wilayah itu 14 minggu lalu," kata WHO.

Direktur regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti, menyebut, meski kasus positif cukup tinggi, tingkat kematian di Afrika masih rendah. Meski begitu, Moeti tetap meminta pemerintah Afrika untuk waspada.

Ia khawatir penyakit ini akan menyebar di benua dengan kesenjangan yang signifikan terutama dalam layanan perawatan intensif, ketersediaan APD, dan ventilator.

"Kita tidak boleh dibuai dengan rasa puas diri karena sistem kesehatan kita rapuh dan kurang mampu mengatasi peningkatan kasus yang tiba-tiba," kata Moeti. Demikian Kumparan.

Photo : google image