Home Kesehatan Vaksin Moderna, Diklaim Ampuh Lawan Corona Hingga 94,1 Persen

Vaksin Moderna, Diklaim Ampuh Lawan Corona Hingga 94,1 Persen

0
SHARE
Vaksin Moderna, Diklaim Ampuh Lawan Corona Hingga 94,1 Persen

Jakarta, BIZNEWS.ID - Moderna mengajukan izin penggunaan darurat vaksin COVID-19 ke otoritas kesehatan Amerika Serikat dan Food and Drugs Administration (FDA) pada Senin, 30 November 2020.

Setelah Moderna menyelesaikan uji klinis tahap tiga dan menemukan bahwa vaksin COVID-19 buatannya 94,1 persen efektif melawan Corona. Perusahaan farmasi yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, AS, tersebut bahkan, mengatakan, tidak ditemukannya masalah keamanan yang serius selama uji coba kandidat calon vaksin COVID-19.

Hanya saja, tingkat kemanjuran dari vaksin COVID-19 Moderna yang terbaru sedikit lebih rendah daripada analisis sementara yang dirilis pada 16 November 2020 yang mencapai 94,5 persen.

Moderna juga melaporkan bahwa vaksin tersebut memiliki tingkat keberhasilan hingga 100 persen dalam mencegah kasus-kasus parah.

Pengajuan ke FDA dan otoritas kesehatan AS menjadikan Moderna sebagai perusahaan pengembang vaksin COVID-19 kedua yang kemungkinan akan disetujui sebagai penggunaan darurat di AS tahun ini.

"Kami yakin memiliki vaksin COVID-19 yang sangat mujarab. Kami sekarang memiliki data untuk membuktikannya," kata Chief Medical Officer Moderna, Dr Tal Zaks, seperti dikutip dari situs Channel News Asia pada Selasa, 1 Desember 2020.

Dengan vaksin COVID-19 yang berhasil mereka kembangkan, kata Tal Zaks, Moderna berharap dapat memainkan peran utama dalam mengatasi pandemi Corona ini.
Moderna dan Pfizer Bersaing Mendapatkan Persetujuan Penggunaan Darurat Vaksin COVID-19

Moderna mengumumkan hasil akhir dari uji klinis kandidat vaksin COVID-19 beberapa hari setelah Pfizer dan mitranya di Jerman, BioNTech, terlebih dahulu melakukan hal serupa.

Vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech pun diketahui efektif hingga 95 persen dalam melawan Virus Corona. Baik Moderna maupun Pfizer, sama-sama menggunakan teknologi baru yang disebut RNA messenger sintesis (mRNA).

Selain mengajukan permohonannya di AS, Moderna, mengatakan, juga akan mengajukan permohonan persetujuan bersyarat dari European Medicines Agency yang telah memulai tinjauan data bergulir, dan akan terus berbicara dengan regulator lain yang melakukan tinjuan bergulir terhadap kandidat calon vaksin COVID-19.

Meskipun ada perbedaan dari tingkat kemanjuran yang dirilis pada awal November dan yang terbaru, Tal Zaks mengatakan bahwa hal tersebut tidak signifikan secara statistik.
Terkait Pendistribusian Vaksin COVID-19 Moderna

Bila nanti FDA menyetujui permohonan tersebut, Moderna berharap vaksin COVID-19 buatannya dikirim ke titik distribusi yang ditentukan di seluruh Amerika Serikat melalui program Operation Warp Speed and McKesson Corp, distributor obat yang dikontrak oleh pemerintah AS.

Pendistribusian vaksin COVID-19 diharapkan lebih mudah daripada Pfizer. Sebab, meskipun perlu disimpan di lemari es, tidak memerlukan suhu super dingin seperti yang dibutuhkan vaksin Corona Pfizer. Tingkat Kesuksesan Vaksin COVID-19 Moderna Hingga 100 Persen untuk Beberapa Kasus

Dari 30.000 orang yang menjadi relawan vaksin COVID-19 Moderna, sebanyak 196 orang adalah pasien COVID-19. 185 di antaranya menerima plasebo, dan 11 orang lainnya mendapat suntikan vaksin Corona.

Perusahaan melaporkan 30 kasus parah, semuanya dalam kelompok plasebo, yang berarti vaksin 100 persen efektif mencegah kasus parah. Diketahui ada satu kematian terkait COVID-19 pada kelompok plasebo.

Moderna mengatakan bahwa kemanjuran vaksin COVID-19 buatannya konsisten di semua usia, ras, etnis, dan jenis kelamin.

196 kasus terdiri dari 33 orang dewasa di atas 65, kemudian 42 sukarelawan dari kelompok yang berbeda ras, terasuk 29 latin, enam orang hitam, empat orang keturunan Asia-Amerika, dan tiga orang multiras.

Tidak Ada Efek Samping Baru dari Vaksin COVID-19 Moderna

Moderna melaporkan bahwa tidak ada efek samping baru sejak analisis sementara pada 16 November 2020. Berdasarkan analisis tersebut, efek samping yang paling umum adalah kelelahan, kemerahan dan nyeri di tempat suntikan, sakit kepala, dan tubuh terasa nyeri yang meningkat setelah dosis kedua diberikan. Hanya saja itu terjadi dalam waktu yang tidak lama.

Tal Zaks mengatakan bahwa vaksin itu menyebabkan gejala mirip flu yang signifikan pada beberapa peserta, yang 'katanya menandakan bahwa vaksin tersebut ampuh'. Akan tetapi sejauh ini tidak menimbulkan masalah keamanan yang serius.

Moderna mengatakan pihaknya akan memiliki sekitar 20 juta dosis vaksin yang siap dikirim di Amerika Serikat pada akhir 2020, cukup untuk menyuntik 10 juta orang. Demikian Liputan6.com

Photo : google image