Home Energi Industri Hulu Migas Jadi Lokomotif Perekonomian RI

Industri Hulu Migas Jadi Lokomotif Perekonomian RI

0
SHARE
Industri Hulu Migas Jadi Lokomotif Perekonomian RI


Jakarta, BIZNEWS.ID -  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui keberadaan industri hulu minyak dan gas bumi (migas) memegang peranan penting dalam mendukung program pertumbuhan ekonomi. Lebih dari sumber penerimaan, dia menyebut industri hulu migas ini menjadi lokomotif dalam menggerakkan perekonomian.

"Bukan hanya sebagai sumber penerimaan, namun juga sebagai lokomotif pergerakan perekonomian," ungkapnya dalam memberikan sambutan pada hari ke-2 acara "2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas" secara virtual, Kamis (03/12/2020).

Airlangga mengatakan pertumbuhan ekonomi yang secara eksponensial membutuhkan energi yang tumbuh secara eksponensial juga. Meski keberadaan energi baru terbarukan (EBT) terus tumbuh, namun berdasarkan data Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), sektor migas tetap dibutuhkan, bahkan sampai dua kali lipat.

Lebih lanjut dia mengatakan investasi industri migas setiap tahunnya sebesar US$ 10 miliar dengan faktor efek berganda (multiplier effect) mencapai 1,6 kali, disertai penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi.

"Sebagai sumber energi dan bahan baku, industri migas memegang peranan penting dalam mendukung pengembangan industri di Indonesia," tuturnya.

Dia mengapresiasi implementasi Peraturan Presiden No.40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi, di mana harga gas untuk kebutuhan industri ditetapkan sebesar US$ 6 per MMBTU. Menurutnya, dengan kebijakan ini membuat industri berbahan baku gas menjadi lebih kompetitif.

"Sehingga, untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam pemerintah mendengarkan masukan dan mendukung dengan kebijakan ekonomi yang diperlukan," paparnya.

Menurutnya, pembatasan akibat pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia telah menyebabkan pembatasan-pembatasan gerak manusia yang berdampak pada ekonomi. Pemerintah menilai Indonesia telah berhasil melewati titik terendah dalam perekonomiannya dan ini tercermin dalam pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi 3,49%.

"Namun, secara year on year triwulan yang terkontraksi dibandingkan triwulan kedua yang sebesar minus 5,32%, berada dalam trend positif. Oleh karena itu, kondisi tersebut sejalan dengan perbaikan ekonomi global yang terlihat di triwulan ketiga 2020," jelasnya. Demikian CNBC Indonesia