Jakarta, BIZNEWS.ID - Survei WHO, Kemenkes, dan UNICEF menunjukkan 7,6 persen masyarakat Indonesia menolak untuk divaksin corona. Alasan responden yang menolak vaksinasi beragam, mulai dari mempertanyakan soal keamanan, tak percaya dengan efektivitasnya, serta tak percaya vaksin.
Menanggapi masih adanya masyarakat Indonesia yang menolak divaksin, anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo meminta pemerintah memberikan edukasi yang lebih masif soal vaksin corona.
"Itu menjadi keprihatinan kita bersama bahwa ada cukup besar saya kira 7,6 persen masyarakat tidak mau divaksin. Itu menjadi pekerjaan dan menjadi tugas negara. Bagaimana agar masyarakat yang tidak mau divaksin itu perlu dikasih edukasi, sosialisasi," kata Rahmad saat dihubungi, Jumat (30/10).
"Bagaimana manfaat bagi masyarakat untuk itu vaksin tidak hanya buat dirinya sendiri, tapi juga buat keluarganya, masyarakat," imbuh dia.
Menurut Rahmad, edukasi yang dilakukan pemerintah lewat Kemenkes harus dengan pendekatan kesehatan. Termasuk melibatkan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang kesehatan untuk memberikan edukasi.
"Ini menjadi PR buat kementerian bagaimana cara mengedukasi. Kalau secara frontal ada yang tidak mau bagaimana lagi ya. Itu harus ada cara-cara komunikasi, sosialisasi, edukasi yang paling tepat agar bisa diterima oleh mereka-mereka yang menolak," ujar dia.
"Salah kita yang paling efektif edukasi cara kesehatan yang menjelaskan itu para pihak yang berkompeten di bidang kesehatan. Dokter, bidan, perawat, bisa juga para virolog yang bekerjanya itu di bidang penelitian virus, bagaimana penciptaan vaksin dan bagaimana fungsi dan manfaat dari vaksin bagi tubuh," lanjut Rahmad.
Lebih lanjut, Rahmad menduga penolakan masyarakat timbul karena adanya berita-berita terkait pengujian vaksin yang belum berjalan efektif.
"Dengan adanya medsos yang sebegitu masif ada berita kegagalan, atau ada berita lain yang menganggap vaksin itu bisa membuat kurang nyaman. Bahkan menimbulkan korban itu menjadi harus kita antisipasi. Sehingga masyarakat yang tadinya tidak mau, itu bisa kita edukasi dengan cara-cara kesehatan," tandas Rahmad.
Dalam survei gabungan yang dilakukan pada 30 September 2020, tidak dijelaskan rinci berapa banyak responden yang mengikuti survei tersebut. Alasan 7,60 persen responden tidak mau divaksin beragam. Mayoritas soal tingkat keamanan sebesar 59,03 persen.
Sementara ada 43,17 persen masyarakat tidak yakin dengan efektivitas vaksin. 24,20 persen di antaranya takut efek samping vaksin dan 26,04 persen tidak percaya vaksin.
Ada juga masyarakat yang tak mau disuntik vaksin corona masalah agama, sebesar 15,97 persen. Hal ini terkait dengan halal atau tidaknya vaksin tersebut. Demikian Kumparan
Photo : google image
Headline
LEAVE A REPLY