Jakarta, BIZNEWS.ID - Vaksin tak hanya jadi angin segar bagi sektor pariwisata, tetapi juga diharapkan dapat menjadi alat proteksi tambahan bagi wisatawan yang ingin plesiran. Namun, apakah aman traveling setelah kita mendapatkan vaksin?
Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, mengatakan bahwa vaksin tidak sepenuhnya melindungi kita dari penularan virus corona saat berkunjung ke destinasi wisata.
"Program vaksinasi ini sifatnya adalah melindungi individu dari infeksi COVID-19. Perlindungan ini tidak 100 persen, artinya dari 100 orang yang divaksin bukan berarti mereka itu tidak akan terinfeksi, tidak. Tapi, akan ada sebagian kecil penerima vaksin ini yang akan tetap terinfeksi," kata Dicky, saat dihubungi kumparan, kemarin.
Dicky menambahkan, meski sudah vaksin, wisatawan bukan berarti bisa langsung bepergian dengan bebas dan melancong ke sana kemari.
"Karena vaksin itu juga kan tidak menjamin mencegah penularan. Kita tetap harus membatasi pergerakan yang non-esensial dulu sampai nanti kita anggap bahwa situasi pandeminya ini terkendali. Hal itu ditandai dengan tidak lagi ada angka kematian, beban layanan rumah sakit sudah kembali normal, kemudian tes positivity rate-nya sudah di bawah 3 persen. Nah, itu baru kita mulai agak longgar, bukan agak longgar banget," paparnya.
Selain itu, menurutnya vaksin ini belum diketahui apakah mencegah penularan atau tidak. Walaupun sudah divaksin, kemungkinan terinfeksi masih tetap ada.
"Kalau ditanya begini apakah vaksin ini bermanfaat? Ya, tetap bermanfaat, karena orang yang terinfeksi enggak sakit berarti itu kan bermanfaat, yang tadinya katakanlah dia punya komorbid (penyakit penyerta) dan divaksin dia jadi enggak parah dan enggak harus dirawat di ICU. Ataupun angka kematian menurunkan itu manfaatnya," ujar Dicky.
Untuk itu, Dicky menegaskan bahwa jangan sampai dengan adanya vaksin, nantinya akan memunculkan istilah 'rasa aman palsu' bagi wisatawan. Maksudnya adalah vaksin bukan berarti membuat tubuh kita kebal akan COVID-19, tetapi kita harus tetap menjalankan protokol kesehatan yang berlaku, termasuk saat liburan sekalipun.
"Jadi kalau misalnya mau berwisata, bepergian seperti itu bisa saja, namun 5 M-nya (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, membatasi mobilitas interpersonal, menjauhi atau mencegah keramaian atau kerumunan) tidak boleh ditinggalkan, kapasitas pesawat atau kereta api tetap, kapasitas ruangan dan lain sebagainya tetap. Menjaga jarak memakai masker semua tetap dan tetap dianjurkan memilih destinasi wisata yang outdoor, tetap seperti itu," pungkasnya.
Demikian Kumparan
Photo : google image
Headline
LEAVE A REPLY