London, BIZNEWS.ID - Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan bahwa hampir 56 juta orang warga Inggris akan kembali menjalani masa lockdown pada masa pandemi corona. Keputusan itu diambil Johnson guna untuk menekan angka penyebaran virus termasuk strain baru virus corona yang baru-baru ini merebak di Inggris.
Dikutip dar AFP, lockdown yang mungkin akan diberlakukan hingga Februari 2021 itu akan mulai efektif berlaku pada Rabu (6/1). Lockdown yang mencakup penutupan sekolah dasar hingga menengah, juga dilakukan Inggris usai sebelumnya Skotlandia mengumumkan tindakan serupa akan mulai berlaku mulai tengah malam (00.00 GMT) pada hari Selasa.
Johnson mengatakan bahwa pada Senin (4/1), hampir 27.000 orang yang dinyatakan terinfeksi COVID berada di rumah sakit. Jumlah itu menurutnya 40 persen lebih banyak daripada jumlah pasien pada puncak gelombang pertama wabah di bulan April tahun lalu. Bahkan, Selasa lalu, lebih dari 80.000 orang dinyatakan positif hanya dalam kurun waktu 24 jam.
"Dengan sebagian besar negara sudah berada di bawah tindakan ekstrem, jelas bahwa kita perlu berbuat lebih banyak, bersama-sama, untuk mengendalikan varian baru ini sementara vaksin tengah kita upayakan," Ujar Johnson.
"Di Inggris, oleh karena itu kami harus melakukan penguncian nasional," sambungnya.
Terkait lockdown kali ini, kata Johnson, seluruhnya akan berjalan serupa dengan kebijakan dilakukan selama penguncian tiga bulan pertama dari akhir Maret hingga Juni tahun lalu.
Penguncian ini termasuk mulai dari penutupan sekolah, bekerja dari rumah jika memungkinkan, batasan meninggalkan rumah kecuali untuk olahraga, belanja untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk persediaan medis.
Mengenai keputusan apakah ujian nasional tahunan untuk anak usia 16 dan 18 tahun akan diadakan, hal itu menurut Johnson segera akan diputuskan setelah rapat konsultasi antara sekretaris pendidikan dan badan kualifikasi.
Sesaat sebelum pengumuman lockdown, Johnson beserta empat kepala petugas medis di Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara menyatakan bahwa negara telah pindah ke level lima virus corona.
Hal itu berarti layanan kesehatan nasional yang dikelola negara jelas akan berisiko kewalahan dalam 21 hari mendatang jika tidak ada tindakan yang diambil.
Johnson berharap pembatasan bisa mulai dicabut setelah liburan sekolah berikutnya pada pertengahan Februari.
Sementara, di satu sisi ia terus berupaya memastikan vaksin yang ada telah siap untuk dimanfaatkan, termasuk vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca.
"Dengan setiap pukulan yang kami rasakan saat ini, kami akan terus berupaya meningkatkan peluang melawan COVID dan mendukung rakyat Inggris," tambahnya. Demikian kumparan
Foto: Reuters
Headline
LEAVE A REPLY