Jakarta,BIZNEWS.ID - Di tengah pandemi Covid-19, perubahan pola di dunia pendidikan sangat dirasakan. Hanya dalam waktu hitungan bulan, Kemendikbud telah mengganti arah kebijakannya pengajaran di sekolah maupun perguruan tinggi dari sistim tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau sistim daring guna mengurangi penyebaran virus corona.
Dengan kegiatan pembelajaran jarak jauh, mahasiswa bisa mengakses modul-modul pembelajaran yang telah disapkan pemerintah. Bahkan untuk menambah wawasan, mahasiswa didorong untuk dapat mengakses modul pembelajaran internasional melalui Massive Open and Online Courses (MOOCs) Internasional.
"Selama study from home, kita mendorong mahasiswa dan akademisi untuk mendapatkan sumber pembelajaran bermutu dari lembaga/instansi internasional serta kesempatan mendapatkan kesempatan pembelajaran bersertifikasi kompetensi dari industri global seperti AWS, CISCO, HUAWEI," ujar Prof. Drh. Aris Junaidi - Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek DIKTI dalam Webinar dengan tema "Menggugat Sistim Pendidikan di Masa Pandemi Corona", Rabu, 29 Juli 2020.
Menurutnya, Kemenristek telah menetapkan strategi penguatan pembelajaran daring. Strategi jangka pendek, lanjutnya, akan ada bantuan pembiayaan dari dikti untuk peningkatan inovasi pembelajaran digital. "Sementara itu untuk jangka menengahnya akan dilakukan penguatan infrastruktur teknologi pembelajaran di Perguruan Tinggi dan jangka panjangnya adalah optimalisasi ICE," tambahnya.
Menurut Aris Junaidi, Kemendikbud telah menyiapkan enam langkah dalam penyelenggaraan PJJ diantaranya dengan Menyediakan platform pembelajaran daring untuk dimanfaatkan oleh perguruan tinggi dan mengaksessumber pembelajaran dari perguruan tinggi lain di https://spada.kemdikbud.go.id
Bekerjasama dengan provider telekomunikasi untuk menyediakan akses internet gratis/berbiaya murah bagi dosen dan mahasiswa. Memberikan Kesempatan untuk menyelenggarakan program pengakuan kredit antara universitas melalui pembelajaran daring. Melakukan Pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi dosen/civitas akademika untuk meningkatkan kemampuan dalam menciptakan materi/konten pembelajaran daring. Dan secara berkelanjutan Pemanfaatan MOOC’s internasional
Menurut Aris Junaidi, meski pembelajaran jarak jauh merupakan alternatif metode pembelajaran modern, namun tidak ada perbedaan perlakukan dalam proses penjaminan mutu antara pembelajaran daring dan pembelajaran luring atau tatap muka.
Pemerintah Harus Optimasi Media Multiplatform
Dalam kesempatan yang sama, Praktisi Media yang juga Pengajar Universitas Muhammadiyah Jakarta Makroen Sanjaya menyoroti banyaknya banyak hambatan dan tantangan dalam pelaksanaan PJJ. "Harus diakui, saat ini terjadi ketimpangan antara populasi yang mampu mengakses secara mudah ke teknologi komunikasi dan informasi dengan mereka yang masih belum mampu mendapatkan teknologi ini," ujar Makroen Sanjaya,
Menurutnya, berdasar data dari Open Parlianment Institute, Masalah lantent interkonektivitas Reliabilitas transmisi konten interaktif, tidak semua titik (khususnya 3 T) terlayani kualitas jaringan telekomunikasi. “Di pedalaman Jawa masih ada yang andalkan jaringan 2 G” tambahnya.
Lebih lanjut Praktisi TV ini mengatakan berdasar survey Kemendikbud April 2020 bahkan menyebutkan 30 persen pelajar dan mahasiswa belum miliki jaringan internet/perangkat pendudukung. "Sementara menurut id.cips-Indonesia.org, 45 persen pelajar dan mahasiswa yang terkena dampak Pandemi Covid-19 mengalami gangguan belajar.
Dengan banyaknya kendala pembelajaran jarak jauh ini, Makroen menyarankan pemerintah melakukan optimalisasi berbagai media yang sehingga mampu menjangkau seluas-luasnya ke seluruh tanah air.
Headline
LEAVE A REPLY