Home Teknologi Miris, Peneliti Covid-19 di Indonesia Minim Perhatian

Miris, Peneliti Covid-19 di Indonesia Minim Perhatian

0
SHARE
Miris, Peneliti Covid-19 di Indonesia Minim Perhatian

Jakarta, BIZNEWS.ID - Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo menyebut peneliti virus korona (covid-19) di Indonesia belum mendapat perhatian yang baik. Mulai dari fasilitas, hingga dana riset yang dinilai belum memadai.

"Dana riset Kita kurang, peneliti tidak mendapatkan tempat yang baik. Mereka selalu berada di sudut tidak ada yang menyapa, dan kemudian Kita tiba-tiba meminta mereka melahirkan sesuatu, no way," kata Ganjar dalam seminar Lemhannas, Selasa, 21 Juli 2020.

Meski begitu, dia berharap para peneliti tetap membuahkan hasil. Sebab hasil penelitian secara mandiri bakal menjadi lompatan bagi penanganan covid-19 di dalam negeri.

Ganjar tidak ingin, Indonesia terus berada di bawah ketiak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Bagi Ganjar, penanganan covid-19 akan lebih baik jika menyesuaikan dengan kondisi di masing-masing wilayah dan tidak melulu harus mengikuti arahan global.

"Tapi kadang-kadang Saya pengambil keputusan di daerah, adakah Kita menunggu perintah atau Kita berinsiatif, apakah Kita akan menjadi followers terus menunggu putusan WHO terus? pakai masker tidak pakai masker, rapid test atau PCR test, vaksin atau kita tunggu dulu tadi yang dari Tiongkok, butuh berapa lama dengan kapasitas berapa, kenapa Kita tidak bikin?," ujar Ganjar.

Penelitian secara mandiri ini juga ditekankan oleh Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Subandrio. Indonesia menurutnya tidak boleh ketergantungan dengan hasil penelitian luar negeri, utamanya soal vaksin.

"Belum tentu suplai dunia mencukupi untuk Indonesia. Kenapa? Luar negeri harus mencukupi suplai ke negara lain juga. Nah kalau Indonesia mendapat jatah misalnya satu juta dosis per minggu. Maka kita butuh 350 Minggu untuk menyelesaikan vaksinasi. Berarti tujuh tahun baru selesai," terang Amin.

Belum lagi, masalah biaya pembelian vaksin dari luar negeri. Jika Indonesia serta merta membeli, maka akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

"Kalau Kita harus beli, harga vaksin misalnya normal 1 dolar per dosis, tapi kalau harga pandemi itu bisa jadi 10 dolar. Nah mari kita berhitung 10 dolar anggap itu 150 ribu dan dikalikan 350 juta, angkanya bisa sampai Rp52 triliun. Jadi sangat fantastis," pungkas Amin. Demikian Medcom.id

Photo : google image