Home Jalan-jalan Kembangkan Pariwisata Bali Berdasarkan Kearifan Lokal

Kembangkan Pariwisata Bali Berdasarkan Kearifan Lokal

0
SHARE
Kembangkan Pariwisata Bali Berdasarkan Kearifan Lokal

Jakarta, BIZNEWS.ID - Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau yang akrab disapa Cok Ace mengatakan, pariwisata Bali akan dikembangkan atau dikuatkan lagi sesuai kearifan lokal, yaitu melihat filosofi ajaran agama Hindu Dharma yang berkembang di Bali.

Ia pun lantas meminta semua pemangku kepentingan yang bergerak di sektor pariwisata Bali memerhatikan filosofi Hindu yang telah diberikan para dewa.

Dalam acara webinar Road Map to Bali's Next Normal Webinar Session #7 yang diselenggarakan Bali Tourism Board dan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, Jumat (10/7/2020), Cok Ace menjelaskan konsep Dewata Nawa Sanga yang berangkat dari ajaran agama Hindu.

Dewata Nawa Sanga sendiri, kata dia, adalah sembilan dewa yang berada pada sembilan mata angin yang memberikan kekuatan serta corak pada alam di sekitarnya. "Sembilan dewa ini adalah Dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Mahesora, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sankara, dan Siwa," kata Cok Ace.

Konsepnya, jelas dia, adalah sembilan dewa yang berada pada sembilan mata angin juga turut serta mengembangkan pariwisata di Bali. Konsep Padma Bhuwana dalam pengembangan pariwisata zonasi di Bali. Lebih jauh, konsep Dewata Nawa Sanga yang ada tersebut lalu menurun pada konsep Padma Bhuwana.

Jelasnya, konsep ini berkaitan dengan sembilan dewa yang berada pada sembilan mata angin juga turut serta mengembangkan pariwisata di Bali.

"Implementasinya, memberikan karakter yang berbeda pada masing-masing kabupaten kota di Bali. Misalnya kalau kita lihat Kabupaten Buleleng, dan Kabupaten Bangli di sisi utara Bali. Dipengaruhi oleh kekuatan Dewa Wisnu. Kalau kita lihat pengembangan pariwisata dengan kekuatan Dewa Wisnu, kita bisa kembangkan kawasan konservasi hutan dan air," urainya.

Alhasil, ia melihat pengembangan pariwisata di Bali dapat dibagi ke dalam sistem zonasi dengan menggunakan filosofi Hindu. Ia mencontohkan di kawasan tersebut terdapat beberapa daya tarik seperti danau Batur, danau Tamblingan, pantai Lovina, Munduk atau kawasan perkebunan cengkeh.

"Menurut saya ini perlu dikembangkan apakah sebagai destinasi atau akomodasi dalam tingkatan desa wisata. Ini akan memberikan pengalaman tersendiri bagi wisatawan yang datang ke Bali dan tinggal di kawasan tersebut," tuturnya.

Sementara itu, untuk pengembangan pariwisata zona Timur, Cok Ace menjelaskan bisa dikembangkan sebagai kawasan spiritual. Zona timur sendiri yang bisa menjadi daya tarik wisata misalnya Kabupaten Karangasem yaitu Pura Besakih. Kemudian ada juga Pura Lempuyang, Tirta Gangga.

"Memang saya lihat di Kabupaten Karangasem, pura-pura besar banyak di sana. Maka ini cocok untuk kawasan spiritual. Di sana wisatawan juga bisa melakukan experience melukis dengan lontar," ujarnya.

Zona selatan, kata dia, bisa dikembangkan untuk kawasan ekonomi. Daya tarik wisata di zona selatan, menurutnya berada di Kota Denpasar melalui pantai Sanur. Kemudian, di Kabupaten Badung ada pantai Kuta, Seminyak dan Canggu. Ia juga menyebut Nusa Dua yang berada di zona selatan selalu menjadi ajang tempat berkumpulnya pebisnis atau para pejabat. Zona ini juga dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, kata dia.

"Dapurnya ada di sana, tapi manfaatnya adalah untuk masyarakat Bali secara keseluruhan," terangnya.

Sementara itu, zona barat melalui kekuatan Dewa Mahadewa dikhususkan untuk kawasan pertanian dan perikanan yang terletak di Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Jembrana. Kabupaten Tabanan sendiri dapat dikembangkan untuk kawasan agro dengan pertanian teraseringnya, sedangkan Kabupaten Jembrana bisa dikembangkan perikanan dengan adanya pelabuhan Pengambengan.

Untuk zona terakhir yaitu zona tengah akan dikuatkan untuk mengembangkan kawasan seni dan budaya. Kawasan ini berada di Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Klungkung.

"Misalnya Klungkung kita kuatkan ikonnya dengan membangun culture center, sehingga wisatawan yang ingin belajar menari, memahat, melukis silakan tinggal di homestay yang ada di Klungkung atau Gianyar," ujarnya.

Ia meyakini, jika konsep-konsep ini diterapkan maka pariwisata Bali akan menjadi milik masyarakat Bali dan dapat dilanjutkan ke generasi berikutnya. Ia pun berharap agar stakeholder yang bergerak di industri pariwisata bisa berniat dan mengembangkan kekuatan zona yang sudah didesain oleh para dewata.

"Orientasi ini sudah didesain oleh para dewata, bukan kita yang mendesain, tinggal kita yang mengimplementasikannya," pungkasnya. Demikian Kompas.com

Photo : google image