Jakarta, BIZNEWS.ID - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) menggelar Bincang Pasar Batu Mulia. Acara yang diselenggarakan secara virtual ini merupakan rangkaian kegiatan Gelar Karya Wirausaha Baru yang telah berlangsung sejak Rabu (27/1) lalu. Webinar ini menghadirkan Perancang Permata, Batu Mulia, Non-Batu Mulia sebagai pembicara.
Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian ESDM yang juga sekaligus Tim Bidang Wirausaha Baru Dekranas Ratna Arifin Tasrif mengapresiasi jalannya acara ini. Ratna mengatakan Bincang Pasar Batu Mulia dapat menambah wawasan dan kreativitas untuk mengembangkan usaha di bidang batu mulia.
"Acara ini sangat menarik, sangat informatif, dan memperluas wawasan. Bincang Usaha Batu Mulia ini membantu menemukan ide baru, inovasi, dan kreatifitas dalam bentuk batu mulia," ujar Ratna, Jumat (29/1).
Bincang Usaha Batu Mulia memberi kesempatan bagi para wirausaha batu mulia untuk dapat mempromosikan produknya, khususnya kepada para anggota Dekranas yang memang ingin melihat hasil karya para desainer batu mulia ini.
"Dengan acara ini mudah-mudahan keinginan teman-teman (anggota Dekranas) untuk melihat hasil karya dari para desainer dapat terpenuhi," harapnya.
Ratna pun menginginkan dengan adanya webinar ini, batu mulia yang ditambang di Indonesia tidak perlu diproses di luar negeri untuk dijual kembali kepada pembeli di Indonesia. Selain itu Ratna juga ingin banyak usaha baru di bidang batu mulia bermunculan.
"Dalam beberapa hari ini kita mendapat wawasan baru bahwa batu mulia di tempat kita sangat melimpah. Saya rasa banyak barang-barang kita ke luar (negeri) dan setelah itu kita membelinya lagi. Mudah-mudahan dengan adanya webinar ini, masalah itu dapat teratasi dan diharapkan banyak wirausaha baru bermunculan sehingga memberikan kesejahteraan bagi perajin dan seluruh pihak yang terkait dalam pemanfataan batu mulia," tutur Ratna.
Salah satu pembicara pada webinar ini adalah Sariat, salah satu wirausahawan batu giok Aceh, pemilik Ashof Jade Jewellery di Jakarta. Sariat mengatakan batu giok adalah salah satu batu yang termahal di dunia dan di Indonesia baru ditemukan di Aceh. Batu giok yang dijualnya pun unik, karena dibuat hand made oleh perajin dan dibuat secara khusus.
"Ini hand made, jadi hanya ada satu, kalau Bapak atau Ibu beli ini, ya hanya Bapak dan Ibu yang punya. Ini proses pembuatannya dua hingga tiga bulan, tergantung kerumitannya. Pembuatnya adalah perajin batu giok dari Aceh," jelasnya.
Wirausaha lainnya adalah Runi Pala, perajin emas, perak, dan platinum dari Bali, pemilik Runa Bali Jewelry. Runi memfokuskan usahanya pada perhiasan, silverware, dan aksesoris. Runi menggabungkan logam mulia dan batu mulia untuk menghasilkan produk yang cantik. Produk Runi pun sudah diekspor ke luar negeri, pasar terbesarnya adalah Jepang.
Kemudian ada Djunaedi, pengusaha batu mulia di Jakarta Gems Center. Djunaedi memasarkan produknya berfokus pada batu mulia yang dibalut kreativitas tinggi menjadi cincin, gelang, kalung, giwang, maupun aksesoris dan dekorasi lain dengan berbagai warna dan motif. Walau dalam kondisi pandemi Covid-19, Djunaedi bersama rekannya tetap melakukan inovasi dengan membuat aksesoris yang bermanfaat saat ini, seperti pengait masker.
"Dalam kondisi seperti ini teman-teman tetap melakukan inovasi untuk menyambung hidup masing-masing. Bagaimana kita bisa manfaatkan kekayaan alam kita ini menjadi suatu yang bernilai. Batu punya andil dalam perkembangan perekonomian masyarakat kita, juga cukup mengangkat pengrajin di daerah dan pengusaha batu mulia," pungkas Djunaedi.
Selain Sariat, Runi, dan Djunaedi, desainer lain yang bergabung dalam webinar ini adalah Sujatmiko dari Gemafia, Reny Feby pemilik Reny Feby Jewelry, dan Farhad Zamrud dari Grup Permata. Demikian esdm.go.id
Headline
LEAVE A REPLY