Bekasi, BIZNEWS.ID - Indonesia dan Korea telah menjalin hubungan bilateral sejak lama dan terus memperkuat kerja sama di bidang energi, termasuk minyak dan gas bumi. Indonesia mengharapkan Korea dapat menjadi mitra untuk berbagi pengalaman dalam menyukseskan transisi energi.
"Dunia saat ini sedang dalam proses menuju transisi energi. Sektor migas juga merupakan salah satu sektor yang menjalankan berbagai program strategis menuju transisi energi. Kami berharap Korea dapat menjadi mitra bagi Indonesia untuk saling berbagi pengalaman dalam menyukseskan transisi energi," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji selaku Ketua Delegasi RI dalam The 12th Indonesia-Korea Energy Forum (IKEF) yang digelar secara virtual, Rabu (27/10). Bertindak sebagai Ketua Delegasi Republik Korea adalah Deputy Minister for Energy Industry, Ministry of Trade, Industry and Energy Korea, Kang Kyungsung.
Indonesia menyakini hubungan diplomatik kedua negara yang terjalin dengan baik dan tahun ini genap berlangsung 48 tahun, dapat menjadi dasar bagi Kementerian ESDM dan Kementerian Perdagangan, Industri dan Energi Korea untuk terus memperkuat kerja sama. Dalam kesempatan tersebut, Tutuka juga mengapresiasi semangat Republik Korea menjaga komunikasi meskipun pandemi Covid-19 masih berlangsung.
Tutuka mengatakan, dalam The 12th IKEF, delegasi kedua negara yang terdiri dari Pemerintah, BUMN dan swasta, bertemu secara online untuk berbagi kebijakan, informasi tentang kemajuan proyek bersama yang sedang berlangsung dan peluang kerja sama lainnya. "Pemerintah mendorong agar BUMN dan swasta untuk menghadiri pertemuan tahunan ini dan bersama-sama menjajaki peluang kerja sama di bidang migas, kelistrikan, energi terbarukan (EBT), mineral dan batubara, penelitian dan pengembangan, serta pengembangan sumber daya manusia," tambahnya seperti dikutip migas.esdm.go.id
Delegasi Indonesia mengharapkan agar pertemuan ini dapat bermanfaat dalam mengembangkan kerja sama kedua negara dalam waktu dekat. Pada subsektor energi baru dan terbarukan, Indonesia memiliki potensi sebesar 648.300 MW namun baru 2% atau sekitar 10.697 MW yang termanfaatkan. Potensi ini berasal dari solar, hidro, panas bumi, angin dan bioenergi. Untuk mempercepat pemanfaatan energi terbarukan, pemerintah telah melakukan upaya-upaya seperti peningkatan kapasitas EBT, konversi energi primer fosil dan pemanfaatan energi baru terbarukan non-listrik atau non-BBM. "Penggunaan energi terbarukan merupakan salah satu upaya untuk memenuhi target Net Zero Emission Indonesia pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat," ungkap dia.
Di sektor migas, Indonesia memiliki cadangan shale gas ketiga terbesar di dunia. Diharapkan kedua negara dapat bekerja sama di bidang ini.
Sementara untuk mencapai keseimbangan antara peningkatan produksi gas dan target emisi karbon, Indonesia mendorong penggunaan teknologi dan inovasi rendah emisi, termasuk penerapan Carbon Capture, Storage and Utilization (CCUS) di wilayah kerja migas. Berdasarkan kajian depleted reservoir migas, Indonesia memiliki potensi penyimpanan yang signifikan sekitar 1,5 gigaton CO2 yang tersebar di beberapa daerah terutama di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Papua. Saat ini, beberapa studi sedang berlangsung di Gundih, Sukowati dan Tangguh dengan total potensi simpanan CO2 sekitar 43 juta ton CO2.
Selanjutnya, dalam upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan CCUS di tanah air, Indonesia telah mendirikan Center of Excellence untuk CCS dan CCUS yang didukung oleh berbagai institusi pemerintah dan universitas. "CCUS diharapkan dapat mendukung pencapaian target emisi karbon di Indonesia. Saya juga berharap kerja sama CCUS dapat dijajaki oleh Indonesia dan Korea di masa mendatang," ungkap Tutuka.
Deputy Minister for Energy Industry, Ministry of Trade, Industry and Energy Korea, Kang Kyungsung, selaku Ketua Delegasi Korea, menyambut baik kerja sama dengan Indonesia di sektor energi. Indonesia merupakan salah satu mitra kerja sama yang penting bagi Korea. Hubungan kerja sama antara Indonesia dan Korea telah terjalin cukup lama dengan area kerja sama yang terus diperluas, hingga melibatkan sektor swasta.
Indonesia dan Korea memiliki kerja sama yang aktif di sektor hydropower dan EBT. Diskusi mendalam acara ini diyakini akan bermanfaat bagi kedua belah pihak, termasuk diskusi mengenai traditional energy hingga emisi karbon.
Pada sesi diskusi dalam The 12th IKEF ini, dilakukan diskusi secara paralel yang dibagi dalam tiga sesi utama yaitu migas, kelistrikan dan EBT, serta mutual cooperation. Tampil sebagai pembicara dari Indonesia, antara lain wakil dari Ditjen Kelistrikan, Ditjen EBTKE, Ditjen Minerba, Lemigas Kementerian ESDM, SKK Migas, PT Pertamina dan PT PLN. Sedangkan dari pihak Korea, menampilkan wakil dari KIGAM, KNOC, TIDE dan KOMIPO, serta MOTIE.
Mengakhiri pertemuan, kedua Ketua Delegasi menandatangani hasil diskusi yang berlangsung secara aktif tersebut. Ketua Delegasi Indonesia mengharapkan agar tim teknis kedua belah pihak dapat menindaklanjuti hasil pertemuan tersebut, termasuk pembahasan konsep MoU on Energy Safety Management dan MoU on Mineral Resources.
Tutuka juga berharap pandemi dapat segera berlalu dan kedua negara dapat melakukan pertemuan secara langsung. "Semoga tahun depan pandemi global membaik secara signifikan, diikuti dengan pemulihan global, sehingga kedua negara dapat melanjutkan pertemuan bilateral energi secara lebih komprehensif," katanya.
Kerja sama Indonesia-Korea
Pertemuan bilateral RI-Korsel diawali tahun 1979 yang membahas kebijakan energi, perdagangan LNG, minyak mentah, produk-produk kilang, batubara serta kerja sama sektor energi kedua negara. Pada periode 1979-2006 telah dilakukan pertemuan bilateral energi melalui mekanisme Joint Committee on Energy.
Pada perkembangannya, sesuai kesepakatan kedua pihak untuk meningkatkan dan mengintensifkan kerja sama di sektor ESDM yang melibatkan sektor swasta, ditandatangani MoU tentang pembentukan Energy Forum antara KESDM dengan Ministry of Commerce, Industry and Economy Korea. Sejak saat itu, Joint Committee on Energy bertransformasi menjadi Indonesia-Korea Energy Forum (IKEF) di bawah koordinasi Ditjen Migas (selaku focal point kerja sama RI-Korea) dan Ministry of Knowledege Economy (MKE), yang sekarang berubah struktur organisasi menjadi Ministry of Trade, Industry and Energy (MOTIE).
Forum pertemuan Indonesia-Korea kemudian diperluas melalui penandatanganan MoU kerja sama komprehensif di bidang gas dan EBT antara KESDM dan MKE (sekarang MOTIE) oleh Menteri Luar Negeri RI Marty M. Natalegawa dan Menteri Pengetahuan Ekonomi Korea Sukwoo Hong. MoU tersebut ditandatangani pada tanggal tanggal 26-27 Maret 2012 di Seoul, Korsel, yang disaksikan oleh Presiden dari kedua Negara pada dalam rangkaian acara Nuclear Security Summit.
Headline
LEAVE A REPLY