Jakarta, BIZNEWS.ID - Memiliki anak adalah impian semua pasangan, namun tak semua pasangan beruntung mendapatkannya karena masalah kesuburan. Nah sebagian dari mereka setelah berupaya dengan sejumlah cara tapi gagal, akhirnya memilih program bayi tabung atau fertilisasi in vitro (IVF).
Bayi tabung merupakan prosedur yang rumit dan mahal, Bunda. Menurut WebMD, hanya sekitar 5 persen dari banyaknya pasangan dengan infertilitas yang mencari tahu tentang prosedur ini.
Berbeda dengan proses inseminasi yang lebih sederhana, di mana sperma ditempatkan di dalam rahim dan pembuahan terjadi secara normal, proses bayi tabung melibatkan penggabungan antara sel telur dan sperma untuk membentuk embrio di luar tubuh, di laboratorium. Begitu embrio terbentuk, baru ditempatkan ke dalam rahim.
Penyebab infertilitas yang bisa diatasi dengan prosedur bayi tabung
Terkait infertilitas, prosedur bayi tabung bisa menjadi pilihan jika Bunda dan pasangan didiagnosis dengan kondisi berikut:
. Endometriosis
. Jumlah sperma rendah
. Masalah dengan rahim atau saluran tuba
. Masalah dengan ovulasi
. Masalah antibodi yang membahayakan sperma atau sel telur
. Ketidakmampuan sperma untuk menembus atau bertahan di lendir serviks
. Kualitas telur buruk
. Penyakit genetik ibu atau ayah
. Masalah kesuburan yang tidak dapat dijelaskan
Prosedur bayi tabung bukan langkah pertama dalam pengobatan infertilitas, kecuali dalam kasus penyumbatan tuba lengkap. Sebaliknya, bayi tabung disediakan untuk kasus-kasus di mana metode kesuburan lain seperti obat kesuburan, pembedahan, dan inseminasi buatan tidak berhasil.
Bagaimana proses pembuahan bayi tabung?
Dikutip dari American Pregnancy, ada lima langkah dasar dalam proses transfer embrio dan bayi tabung, yakni:
1. Obat kesuburan untuk merangsang produksi telur
Dokter akan memberikan obat kesuburan, biasanya dengan suntikan untuk merangsang ovarium menghasilkan banyak sel telur, Bunda. Prosedur ini penting untuk mengantisipasi beberapa sel telur yang tidak bisa berkembang atau ketidakmampuan sperma membuahi.
Untuk memeriksa ovarium digunakan alat ultrasonografi transvaginal. Selain itu, ada pengambilan sampel tes darah untuk memeriksa kadar hormon dalam tubuh.
"Selama waktu itu, Anda harus pergi ke dokter untuk pemeriksaan darah dan ultrasound hampir setiap hari," kata Dr. Eve Feinberg MD, selaku direktur medis Northwestern Medicine Fertility and Reproductive Medicine Highland Park, dikutip dari Parents.
2. Pengambilan sel telur
Selanjutnya, sel telur akan diambil melalui prosedur bedah kecil yang menggunakan ultrasound untuk memandu jarum berlubang melalui rongga panggul. Dalam proses ini, dokter akan memberi obat bius untuk mengurangi dan menghilangkan kemungkinan rasa tidak nyaman.
3. Menyiapkan sperma
Ayah akan diminta untuk memberikan sampel sperma. Setelah siap, maka selanjutnya akan digabungkan dengan sel telur.
4. Proses inseminasi
Dalam proses yang disebut inseminasi, sperma dan sel telur akan dicampur bersama dan disimpan dalam wadah di laboratorium untuk mendorong terjadinya pembuahan. Dalam beberapa kasus, ada kemungkinan tingkat keberhasilan pembuahan lebih rendah. Untuk mengatasinya, injeksi sperma intrasitoplasma (ICSI) dapat digunakan.
Melalui prosedur tersebut, satu sperma disuntikkan langsung ke dalam sel telur. Kemudian, sel telur tersebut akan terus dipantau untuk memastikan terjadi pembuahan dan pembelahan sel. Setelah ini terjadi, sel telur yang telah dibuahi akan dianggap sebagai embrio.
5. Embrio dipindahkan ke rahim
Embrio biasanya dipindahkan ke rahim wanita 3-5 hari setelah pengambilan sel telur dan pembuahan. Prosesnya dilakukan dengan kateter atau tabung kecil yang dimasukkan ke dalam rahim untuk memindahkan embrio.
Prosedur ini tidak menimbulkan rasa sakit bagi kebanyakan wanita, meskipun ada beberapa kemungkinan mengalami kram ringan. Jika prosedur berhasil, implantasi biasanya dilakukan sekitar enam hingga 10 hari setelah pengambilan sel telur.
Tingkat keberhasilan bayi tabung
Tingkat keberhasilan bayi tabung tergantung pada sejumlah faktor, seperti riwayat reproduksi, usia ibu, penyebab infertilitas, dan gaya hidup. Penting juga untuk memahami bahwa angka kehamilan tidak sama dengan angka kelahiran hidup.
Usia wanita merupakan faktor utama keberhasilan bayi tabung. Misalnya, wanita yang berusia 35 tahun memiliki peluang 39,6 persen untuk melahirkan, sedangkan wanita di atas 40 tahun peluangnya hanya 11,5 persen. Namun Centers for Disease Control and Prevention (CDC) baru-baru ini menemukan bahwa tingkat keberhasilan kelahiran dengan bayi tabung meningkat di setiap kelompok usia karena tekniknya telah disempurnakan dan dokter lebih berpengalaman.
Apakah efek samping prosedur bayi tabung?
Meskipun Bunda mungkin perlu bersantai setelah melakukan prosedur ini, namun kebanyakan wanita bisa melanjutkan aktivitas normal keesokan harinya. Namun ada beberapa efek samping yang mungkin dirasakan setelah menjalani prosedur bayi tabung.
"Efek samping fisik ringan yang akan terjadi mungkin seperti tekanan, dan ketidaknyamanan akibat suntikan kesuburan," kata David Diaz, MD, ahli endokrinologi reproduksi dan kesuburan di Memorial Care Orange Coast Medical Center di Fountain Valley, California.
Adapun beberapa efek samping yang mungkin dialami setelah melakukan prosedur bayi tabung, di antaranya:
Mengeluarkan sedikit cairan, berupa cairan bening atau bercampur darah
Kram ringan
Kembung ringan
Sembelit
Nyeri payudara
Nah jika Bunda mengalami beberapa efek lain seperti di bawah ini, disarankan untuk segera menghubungi dokter:
Pendarahan vagina yang berat
Nyeri panggul
Darah dalam urine
Demam di atas 38 derajat celcius
Sementara itu, obat kesuburan yang dikonsumsi mungkin akan memberikan beberapa efek samping, seperti sakit kepala, perubahan suasana hati, sakit perut, perut kembung, hots flashes atau sensasi kepanasan hebat dari dalam tubuh, dan sangat jarang terjadi ovarian hyperstimulation syndrome (OHSS). OHSS biasanya sembuh sendiri, namun jika mengalami gejala-gejala tersebut, sebaiknya segera hubungi dokter ya, Bunda.
Apakah prosedur bayi tabung memiliki risiko?
Seperti kebanyakan prosedur media lainnya, prosedur bayi tabung juga sama. Gejala yang lebih parah dari OHSS, meliputi mual dan muntah, frekuensi buang air kecil menurun, sesak napas, pingsan, sakit perut parah dan kembung, berat badan meningkat 4,5 kilogram (kg) dalam 3-5 hari.
Sementara kemungkinan risiko tambahan, meliputi:
1. Pengambilan sel telur membawa risiko pendarahan, infeksi, dan kerusakan pada usus atau kandung kemih.
2. Kemungkinan kehamilan kembar meningkat dengan penggunaan obat kesuburan. Ada risiko dan kekhawatiran tambahan terkait hamil kembar selama kehamilan, termasuk meningkatnya risiko kelahiran prematur dan berat badan bayi rendah.
Untuk mengurangi risiko kelahiran prematur, Diaz merekomendasikan untuk melakukan skrining genetik pada embrio dan kemudian hanya satu yang ditransfer ke rahim.
3. Bayi yang lahir dengan prosedur ini juga memiliki risiko cacat lahir sekitar 1-2 persen lebih tinggi dibandingkan pada populasi umum. Namun Susan Hudson, MD, ahli endokrinologi reproduksi di Texas Fertility Center, mengatakan bahwa hal ini lebih mungkin terkait dengan sifat infertilitas daripada perawatan infertilitas itu sendiri.
4. Meski tingkat keguguran serupa dengan konsepsi tanpa bantuan, risikonya meningkat seiring usia ibu.
5. Risiko kehamilan ektopik dengan prosedur bayi tabung adalah 2-5 persen menurut laporan Mayo Clinic. Kehamilan ektopik adalah ketika sel telur yang telah dibuahi ditanamkan di luar rahim dan tidak dapat hidup.
Baca Juga : 5 Kali Gagal Bayi Tabung & 70 Tes Kehamilan Negatif, Pasutri Akhirnya Punya Anak
6. Prosedur ini melibatkan komitmen fisik, finansial, dan emosional yang signifikan dari pasangan. Stres psikologis dan masalah emosional sering terjadi, terutama jika prosedur bayi tabung gagal.
7. Sebelum melakukan prosedur ini, perlu diketahui bahwa program bayi tabung membutuhkan biaya yang tidak sedikit, Bunda. Biayanya pun berbeda-beda tergantung dari rumah sakit yang Bunda dan Ayah pilih, kondisi kesehatan, dan tindakan tambahan yang dilakukan. Demikian HaiBunda
Photo : google image
LEAVE A REPLY