Home Ekonomi Pengamat : Pemulihan Ekonomi Berpotensi Stagnan

Pengamat : Pemulihan Ekonomi Berpotensi Stagnan

0
SHARE
Pengamat : Pemulihan Ekonomi Berpotensi Stagnan


Jakarta, BIZNEWS.ID - Roda kegiatan perekonomian diprediksi masih akan bergerak terbatas di penghujung tahun ini hingga tahun depan. Ekonom yang juga mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri mengatakan pandemi Covid-19 yang terus berlanjut memperkecil ruang gerak perekonomian, sehingga pemulihan ekonomi berpotensi berjalan stagnan.

“Prinsipnya selama pandemi masih ada ekonomi nggak bisa beroperasi 100 persen, karena ada protokol kesehatan yang membatasi sehingga aktivitas tidak bisa optimal,” ujarnya kepada Rabu 23 September 2020.

Kehadiran vaksin yang digadang-gadang pemerintah rampung di awal tahun depan pun tak serta merta menjadi solusi. “Apakah proses penyuntikan vaksin untuk seluruh masyarakat dipastikan akan selesai sepanjang 2021, harus dihitung cukup tidak tenaga medisnya, jarum suntiknya, lalu logistiknya, ini harus dibuat perencanaannya apakah implementasinya bisa jalan atau tidak,” kata Chatib.

Walhasil, skenario pemulihan ekonomi tahun depan diprediksi belum akan melesat seperti yang diasumsikan pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2021 yaitu berkisar 4,5 hingga 5,5 persen. “Kalau dalam kondisi normal ekonomi beroperasi 100 persen maka pertumbuhan bisa mencapai 5 persen, nah tahun depan dengan kapasitas kegiatan ekonomi katakanlah 60-70 persen yang mungkin ekspektasi pertumbuhan sekitar 2-3 persen.”

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya menyampaikan berdasarkan perhitungan terbaru, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2020 akan terkontraksi dengan kisaran -2,9 sampai dengan – 1 persen. Artinya perekonomian mengalami pertumbuhan negatif selama dua triwulan berturut-turut setelah pada triwulan II 2020 terkontraksi -5,32 persen, sehingga secara teknis Indonesia akan memasuki resesi.

“Teritori negatif kemungkinan terjadi pada kuartal III dan mungkin juga masih berlangsung untuk kuartal IV, yang kami upayakan bisa mendekati 0 atau positif,” ucapnya. Adapun ssepanjang tahun ini kinerja perekonomian diprediksi mencatatkan capaian negatif, berkisar -1,7 hingga -0,6 persen.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan jika skenario pengadaan dan distribusi vaksin dapat terpenuhi, maka konsolidasi pemulihan perekonomian diperkirakan dapat mulai terjadi pada 2021-2022. “Skenario terburuk adalah belum adanya vaksin hingga tahun depan dan mengakibatkan pemulihan perekonomian yakni pertumbuhan ekonomi akan kembali pada trajectory awal,” kata dia. Dengan demikian, kisaran pertumbuhan ekonomi 5 persen baru akan tercapai di 2023-2024.

Sementara itu, secercah harapan tampak dari sejumlah sektor usaha yang masih mampu mencatatkan capaian kinerja positif hingga triwulan III 2020. Sederet sektor tersebut antara lain pertanian, informasi dan komunikasi, serta sebagian industri pengolahan seperti industri makanan dan minuman. “Ini akan menjadi sektor-sektor yang mampu bertahan karena terus dibutuhkan oleh masyarakat selama pandemi,” ujar Josua.

Hal tersebut diamini oleh pelaku industri, salah satunya dari industri telekomunikasi yaitu PT XL Axiata. “Kalau dilihat di semester 1, pertumbuhan pendapatan dan kinerja kami masih cukup positif, dan industri telekomunikasi juga masih tumbuh didorong peningkatan pemakaian data dari masyarakat yang work from home dan school from home,” ucap Group Head Corporate Communication XL Axiata, Tri Wahyuningsih.

Meski demikian, tantangan perekonomian yang semakin melemah akibat resesi berpotensi menimbulkan risiko yang patut diwaspadai. “Tingkat pengangguran meningkat, industri telko juga akan mengalami dampak negative dan tidak kebal dari dampak yang ada.” Demikian Tempo.co

Photo : google image