Jakarta, BIZNEWS.ID - Ditengah tantangan perkembangan informasi dan teknologi, pemerintah tengah mempersiapkan diri dengan sejumlah strategi termasuk diantaranya penyiapan sprektrum frekuensi, layanan publik dan infrastruktur. "Jika kita bicara transformasi teknologi, kita hanya membicarakan Jakarta dan kota besar lainnya. Sementara di pelosok pedalaman Papua, maluku, secara infrasuktur kita belum disebut sebagai negara maju untuk konteks broabrand communication," ujar Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos danInformatika (Dirjen SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Dr. Ismail. MT dalam acara Webinar STIKOM InterStudi & STDI The Series dengan Tema : “Transformasi Digital dan Menembus Batas Era Podcast”, Rabu (10/3/2021).
Menurut Ismail, dari sisi spektrum frekuensi pemerintah telah menerbitan UU Cipta Kerja disektor pos, telekomunikasi dan penyiaraan yang mengatur spectrum sharing dan digitalisasi penyiaran "Pemerintah juga bersiap melakukan pengalokasian dan persiapan lelang spektrum frekuensi untuk layanan 5G yang akan berlangsung pada 2021 hingga 2023 mendatang," ujarnya.
Sementara untuk persiapan perangkat 5G, kini dilakuan pengembangan ekosistim open Radio Acess Network atau RAN yang bekerjasama dengan TIP Lab sebagai alternatif RAN eksisting guna menekan biaya dan membuka peluang industri dalam negeri. "Dari sisi layanan publik, pemerintah tengah menyiapkan pecepatan integrasi pusat data nasional sebagai sumber utama dalam pembuatan kebijakan sektor publik, penyediaan kebutuhan digital talent dan membangun akses internet di 4.400 titik layanan fasilitas publik," lanjutnya.
Pemerintah, lanjutnya, juga tengah menggenjot pembangunan infrastruktur dengan meneruskan pembangunan infrastruktur TIK dan meningkatkan konektifitas komunikasi untuk mempekecil digital divide.
Praktisi StarUp David F Audy dalam pemaparannya mengatakan podcast cukup menarik dan banyak yang telah menggunakan media ini. "Podcast bentukya audio on demad, jadi meski adopsinya cukup besar namun tidak bisa sebesar audio video on demand seperti youtube," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama Dosen STIKOM Interstudi Suhendra Atmaja,S.Sos.,M.Si menyoroti digitalisasi dalam pendidikan. Menurutnya transformasi digital harus dilakukan pada setiap kampus di Indonesia. Beberapa kampus di Indonesia, menurutnya, masih kurang aware dengan digitalisasi ini.
Menurutnya setidaknya ada 6 point dalam proses digitalisasi Kampus Yang Harus Dilakukan Perguruan Tinggi Di Era Desrupsi diantaranya digitalisasi dalam proses penerimaan mahasiswa baru, digitalisasi dalam sistim pembayaran melalui online, kegiatan E-Learning, penerapan Sistim Akademik Kampus (siakad), pemberian E-sertifikat untuk Kegiatan Mahasiswa dan sistim Keuangan online. "Di InterStudi kita telah melakukan digitalisasi setidaknya di beberapa point seperti sistim pembelajaran, pembayaran, perpustakaan, absensi dan honor/pay melalui interstudi.edu," ujar calon doktor Unpad ini.
Terkiat perkembangan podcast di Indonesia, Praktisi StarUp David F Audi mengatakan sebuah media menjadi besar tergantung seberapa besar monetizenya, seperti televisi free to air di Indonesia. "Media televisi menarik iklan dari beberapa produk. Demikian juga radio. Namun karena radio bentuknya hanya suara sehingga kratifitasnya less evective dibanding media audio visual," tambahnya.
Hal ini juga terjadi di dunia internet seperti Youtube yang memiliki iklan yang luar biasa dibanding podcast. “saat ini pengguna Spotify paling tinggi di dunia yaitu sekitar 200 sampai 300 juta , sedangkan Netflix sekitar 150 juta, tapi biaya bulanan Spotify lebih murah di banding Netflix dan itu yang menyebabkan bisnis audio visual on demand lebih dari audio, karena minat masyarakat lebih tertarik terhadap audio visual, ini menurut kacamata investor “ tutur David F Audy .
Ketua penyelenggara Danang Sangga Buwana dalam sambutan webinar mengatakan kegiatan webinar series ini tentang komunikasi ini akan terus dilakukan sebagai bentuk tridharma perguruan tinggi sekaligus mengawal proses transformasi digital di Indonesia.
Melalui webinar ini, lanjutnya, publik bisa mengetahui bagaimana ekosistim teknologi di Indonesia, regulasi, infrastruktur, market dan kesiapan masyarakat. "Ibarat ayam geprek ada level 1 sampai 10. Nah demikian juga dengan transformasi teknologi di Indonesia. Kita berada di level berapa," ujar komisioner KPI (2013-2016) ini.
Ia mengharapkan webinar ini bisa menarik benang merah tentang kesiapan bangsa Indonesia menghadapai Transformasi Teknologi. “ Kita sudah siap atau belum. Jika belum, apa saja yang harus dipersiapkan dan jika sudah, apa saja yang harus dibenahi,” tutup Danang Sangga Buwana. (Sahira Zahra Ghassani)
Headline
LEAVE A REPLY