Jakarta, BIZNEWS.ID - Dunia termasuk Negara Indonesia saat ini berada dalam kondisi ketidakpastian akibat revolusi Industri yang berubah begitu cepat dan kompleks sehingga masyarakat dunia mengalami kebingungan atau yang dikenal dengan masa VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity).
Perubahan-perubahan yang terjadi saat ini menyebabkan adanya disrupsi atau pergeseran hal-hal yang lama karena munculnya sesuatu yang baru termasuk di dalam kebudayaan.
Menyikapi hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendi mengatakan bahwa disrupsi tersebut sudah ada sejak dulu, sehingga tidak seseram yang dibayangkan.
"Menyikapi disrupsi yang saat ini terjadi, saya membayangkan tidak seseram yang di prediksi oleh para Ilmuwan yang mempelajari tentang masa depan (futurolog) karena hal tersebut sudah ada sejak revolusi Industri pertama hingga saat ini," Jelasnya saat memberikan Kuliah Umum Kuliah Umum yang bertemakan ‘Internalisasi Revolusi Mental: Memperkuat Integritas Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045' di Universitas Tanjungpura Pontianak, Kamis (22/9).
Dalam paparannya, Menko Muhadjir juga menjelaskan Teori Dialektika proses terbentuknya budaya yang dikemukakan oleh Peter Berger melalui proses Obyektifasi, Internalisasi, dan Eksternalisasi.
"Jadi apa yang sudah di eksternalisasikan oleh seseorang kemudian disadari keberadaannya oleh orang banyak (realitas obyektif), kemudian akan masuk lagi kedalam alam kesadaran kita lalu diolah lagi dalam proses yang sangat kompleks dan dimunculkan kembali itulah yang disebut budaya," Ujar Menko Muhadjir seperti dikutip kemenkopkm.go.id.
Sama halnya dengan membudayakan gerakan revolusi mental khususnya di dunia pendidikan yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif, keterampilan, serta produktivitas mahasiswa berlandaskan penguatan nilai-nilai integritas, etos kerja, dan gotong-royong.
"Target kita bagaimana proses ini dapat berjalan secara kolektif, masif, dan bisa merubah peradaban, bisa merubah budaya juga bisa merubah Indonesia kedepan menjadi negara yang maju sesuai dengan visi para pendiri terdahulu," Tuturnya.
Menurutnya, kampus dapat dijadikan sebagai titik pusat pembentukan karakter dan peradaban yang sangat diperlukan guna kemajuan bangsa. Khususnya mahasiswa yang menjadi pelopor pengembangan sumber daya manusia Generasi Emas 2045.
“Sebagai mahasiswa harus paham sejarah, kalian lah akan menjadi Generasi Emas Indonesia, sebab di tahun 2045 usia kalian yang sekarang menjadi mahasiswa, akan memasuki usia produktif dimana Indonesia berusia 100 tahun,” Ujar Pria yang juga pernah menjabat sebagai Mendikbud.
Menyinggung generasi muda usia produktif sebagai bonus demografi, Menko Muhadjir mengatakan penduduk dengan usia produktif memiliki peran penting. Jika mereka bekerja dengan produktif, pendapatannya akan mengalir pada tiga hal, yakni kebutuhan diri, pembiayaan bagi usia non-produktif, dan tabungan hari tua.
"Kalau kita mampu memanfaatkan bonus demografi dan penduduk memiliki pendapatan yang tinggi, kita bisa menjadi negara maju. Kalau tidak bisa memanfaatkannya, bonus demografi akan menjadi sia-sia," Ungkapnya.
LEAVE A REPLY