Keterangan Gambar : Menteri ESDM Arifin Tasrif (baju putih) berharap pemboran sumur infill dan clastic akan bisa menahan laju penurunan produksi, serta kedepannya diharapkan lapangan Clastic menghasilkan yang sama dengan lapangan Carbonat.(Foto Humas SKK)
Biznews.id - Bojonegoro - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Jum’at (1/3) meresmikan kegiatan tajak sumur infill dan clastic Banyu Urip di Blok Cepu Bojonegoro Jawa Timur dalam rangkaian kunjungan kerjanya di Jawa Timur. Pemboran sumur infill dan clastic merupakan bagian dari drilling campaign di Blok Cepu yang dilakukan Exxonmobil dimulai tahun 2024 hingga 2026 yang terdiri dari pemboran 5 sumur infill carbonate dan 2 sumur clastics.
Kegiatan pemboran ini dilakukan diantara sumur produksi existing yang ada di lapangan Banyu Urip untuk mengambil minyak yang tidak bisa diambil oleh sumur sebelumnya, sekaligus untuk membuktikan cadangan reservoir clastics (reservoir batu pasir). Kegiatan ini diharapkan dapat menambah produksi lapangan Banyu Urip sebesar 42 juta barel sehingga dapat meningkatkan produksi minyak di lapangan Banyu Urip, yang saat ini berkontribusi sekitar 25% dari produksi minyak secara nasional.
Pada peresmian tersebut turut mendampingi Pj. Bupati Bojonegoro Adriyanto, dan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji. Dari SKK Migaa Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto membawa serta Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo, Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudi Satwiko. Sedangkan dari PT Pertamina ada Wakil Direktur Utama Wiko Migantoro, Direktur Manajemen Resiko Ahmad Siddik Badrudin. Juga hadir President ExxonMobil Cepu Limited Carole J. Gall, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi Chalid Salim Said, Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu Muhamad Arifin dan Ketua BKS PI Blok Cepu Suko Hartono.
Dalam sambutan dan pengarahannya, Menteri ESDM Arifin menyampaikan apresiasinya terhadap ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) yang mampu menjaga produksi di blok ini dengan optimal, yang awalnya potensinya 400 juta barel, sampai hari ini sudah menghasilkan 630 juta barel dan berpotensi hingga 1 miliar barel. Saat ini produksi di blok ini mulai menurun, oleh karenanya bersama pemangku kepentingan mendorong untuk menjaga produksi Banyu Urip.
“Gayung bersambung dan saat ini direncanakan ada 7 pemboran, jika dibandingkan 8 tahun lalu tidak ada sama sekali pemboran. Harapannya, lapangan Clastic memiliki potensi yang sama dengan lapangan Carbonat yang memiliki potensi hingga 1 miliar barel”, kata Arifin.
Arifin mengharapkan dari kegiatan pemboran sumur infill dan clastic akan ada tambahan 20.000 hingga 30.000 barel per hari, sehingga bisa menahan laju penurunan produksi, serta kedepannya diharapkan lapangan Clastic menghasilkan yang sama dengan lapangan Carbonat.
“Kami bangga dapat terus melanjutkan kerjasama dengan Exxon, sebagai perusahaan terbesar di dunia dengan pengalaman dan teknologi yang Mumpuni. Kita terus melakukan kerjasama dengan Exxon, termasuk kerjasama carbon capture dan rencana investasi Exxon lainnya di Indonesia. Kita berharap banyak dengan output yang semaksimal mungkin dari lapangan Cepu”, ujar Arifin.
Sementara itu Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memastikan bahwa SKK Migas memberikan perhatian yang besar terhadap upaya menjaga produksi lapangan minyak di Banyu Urip agar tetap optimal. Dia menyampaikan produksi lapangan Banyu Urip telah melampaui yang ditargetkan dalam plan of development (POD), hal ini berkat berbagai upaya dan terobosan yang dilakukan SKK Migas dan Exxon Mobil dalam menjaga kinerja blok Banyu Urip.
“Tajak sumur infill carbonate lapangan Banyu Urip adalah upaya lanjutan yang dilakukan oleh SKK Migas dan Exxon Mobil selaku operator untuk meningkatkan produksi minyak sebesar 42 juta barel dengan tetap memperhatikan kemampuan dan daya dukung reservoir yang ada”, terang Dwi.
Dwi pun menyampaikan apresiasi kepada EMCL dan.Pertamina Drilling Service Indonesia yang mampu memenuhi komitmennya untuk menjalankan kegiatan drilling campaign, dengan mempercepat pelaksaan kegiatan pemboran yang awalnya akan dimulai di September 2024
"Kami mendorong agar bisa dipercepat di bulan Februari 2024, Alhamdulillah 1 Maret 2024 bisa dilaksanakan”, ujar Dwi.
Lebih lanjut, Dwi mengatakan kunjungan hari ini tidak semata meninjau tajak sumur infill carbonate. Lebih dari itu, kunjungan ini menunjukkan kepedulian dan harapan Kementerian ESDM dan SKK Migas untuk mendorong kinerja operasi yang semakin di optimal di Blok Banyu Urip.
“Sebagai lapangan dengan produksi minyak sekitar 25% dari produksi minyak secara nasional, maka Banyu Urip sangat diharapkan kontribusinya untuk mencapai target peningkatan produksi dimasa depan, yaitu produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) di tahun 2030 untuk mendukung ketahanan energi nasional”, kata Dwi.
Pada kesempatan sama Presiden ExxonMobil Indonesi Carole Gall menegaskan bahwa proyek Banyu Urip Infill and Clastic, atau yang biasa kita sebut Proyek BUIC, memiliki arti yang sangat penting.
"Proyek ini akan berkontribusi besar terhadap aspirasi yang kami dukung penuh, yaitu tercapainya target nasional produksi 1 juta barel minyak per hari pada awal tahun 2030, yang sekaligus memperkuat keamanan energi nasional," jelas Gall.
Sesuai rencana drilling campaign, pemboran 2 sumur infill carbonate yang akan dilaksanakan tahun 2024, diproyeksikan akan mulai onstream di tahun 2024 ini dengan dilakukan tie in ke fasilitas eksisting. Selanjutnya diikuti dengan pemboran 3 sumur infill carbonate dan 2 sumur clastics dalam rentang waktu hingga tahun 2025 dan diharapkan onstream tahun 2026.
Kegiatan drilling campaign Banyu Urip menggunakan anjungan dan peralatan yang keseluruhannya dibuat di Indonesia dan dioperasikan oleh PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) yang merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero). Pengeboran ini menunjukkan tingkat kompetensi PDSI di bidang pengeboran minyak dan gas bumi, serta dukungan industri hulu migas untuk tumbuh berkembangnya perusahaan nasional serta komitmen SKK Migas dan KKKS dalam mengimplementasikan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di industri hulu migas.(Dens)
LEAVE A REPLY