Jakarta, BIZNEWS.ID - Kementerian Perindustrian melansir Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Desember 2022 sebesar 50,90 atau naik 0,01 dibandingkan nilai IKI November 2022 yang mencapai 50,89. Terjadinya peningkatan level ekspansi indeks ini menunjukkan peningkatan optimisme sektor industri manufaktur di Indonesia untuk terus berekspansi.
Pelaporan IKI melibatkan seluruh subsektor industri sebagai responden, terbanyak dibandingkan indikator penilaian industri lainnya. Sementara itu, IKI memberikan nilai indeks yang dapat diinterpretasikan bahwa jika angka IKI antara 0-50 maka tandanya kontraksi, di angka 50 menunjukkan level stabil, dan di atas 50 menandakan fase ekspansi.
“Kami mengapresiasi para pelaku industri yang masih semangat dalam menjalankan usahanya di tengah ketidakpastian kondisi global saat ini,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, pekan lalu.
Jubir Kemenperin mengemukakan, capaian tingkat ekspansi pada IKI Desember 2022 merupakan kontribusi dari 11 subsektor industri yang memiliki total sumbangsih sebesar 74,9 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas selama triwulan III tahun 2022.
“Share terhadap PDB yang ekspansi ini meningkat dari 71,3 persen menjadi 74,9 persen,” ungkapnya. Penyebab utama kenaikan itu karena subsektor industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia yang memiliki kontribusi terhadap PDB industri pengolahan nonmigas sebesar 7,2 persen, meningkat nilai IKI-nya dari yang bulan sebelumnya mengalami kontraksi menjadi ekspansi di Desember.
Febri mengungkapkan, semua indeks variabel pembentuk IKI pada bulan Desember 2022 mengalami ekspansi. Saat ini, IKI menggunakan tiga variabel dalam perhitungannya, yakni pesanan baru, persediaan produk, produksi.
Pesanan domestik merupakan faktor dominan yang memengaruhi indeks variabel pesanan baru. Hal ini terkait pula dengan nilai indeks variabel produksi,” tuturnya seperti dilansir kemenperin.go.id. Peningkatan nilai IKI pada Desember 2022 bersumber dari perubahan IKI persediaan produk yang pada November mengalami kontraksi (47,23) menjadi level ekspansi (54,27) di Desember 2022.
Secara umum, perusahaan industri menjawab kondisi kegiatan usahanya pada bulan Desember stabil dibanding dengan bulan November (42,6%) dan yang menjawab meningkat sebanyak 29,5%. “Konsistensi panel responden pada bulan Desember sebesar 90% dibanding November,” imbuhnya.
Febri menambahkan, secara umum pelaku usaha memandang kondisi usaha selama 6 bulan ke depan lebih optimis dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Mayoritas (60,5%) pelaku usaha menyatakan optimis terhadap kondisi usaha industri selama 6 bulan ke depan. Angka ini meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 58,1%. Menurutnya, optimisme perusahaan di tahun depan didukung dengan kebijakan pemerintah pusat yang semakin mendukung iklim usaha.
Seiring meningkatnya optimisme pelaku usaha, persentase pesimisme pelaku usaha mengalami penurunan dari 18,1% pada November 2022 menjadi 15,3% pada Desember 2022. Terakhir, sebanyak 24,3% pelaku usaha menyatakan kondisi usahanya stabil selama 6 bulan mendatang. Angka ini relatif tidak berubah jika dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 23,8%.
Plt. Direktur Jenderal Industri Tekstil, Kimia, dan Farmasi Kemenperin Ignatius Warsito yang juga hadir dalam kesempatan tersebut menyampaikan, Kemenperin mendukung para pelaku industri untuk tetap menjaga optimisme sekaligus menjaga stabilitas kinerja sepanjang 2022. Pemerintah mengeluarkan kebijakan sebagai instrumen bagi pelaku industri untuk melakukan akselerasi utilitas industrinya,” ujar Warsito.
Terkait industri baha kimia dan barang dari bahan kimia yang ekspansif pada Desember 2022, Warsito menyebutkan hal tersebut didukung kembali normalnya aliran pasokan global di kelompok industri tersebut. “Permintaan bahan kimia sangat besar, sehingga dengan kondisi demikian, kita bisa menangkap peluang pasar,” jelasnya.
Menurutnya, di tahun 2023pelaku usaha industri akan tetap optimis, termasuk pada industri yang saat ini terkontraksi. Kemenperin turut mendukung dengan upaya membuka pasar baru sebagai solusi pemasaran produk orientasi ekspor yang saat ini terkendala pelemahan pasar di luar negeri. “Kita mengharapkan pasar Eropa akan normal enam bulan ke depan, sehingga kita bisa bergerak lagi meningkatkan pasar ekspor,” kata Plt. Dirjen IKFT Kemenperin.
Proyeksi pertumbuhan industri pengolahan
Kemenperin memproyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan nasional sepanjang tahun 2022 mencapai 5,01 persen, dan pada 2023 ditargetkan sebesar 5,1-5,4 persen. “Masuknya sejumlah investasi di beberapa sektor diharapkan bisa mendongkrak pertumbuhan industri manufaktur,” jelas Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Jumpa Pers Akhir Tahun 2022 Selasa (27/12) lalu.
Realisasi investasi dari industri manufaktur diperkirakan akan mencapai Rp 450-470 triliun pada tahun 2023, naik 7 persen dibandingkan tahun ini yang diproyeksi sebesar Rp 439,33 triliun. “Seiring dengan itu, nilai ekspor industri pengolahan nonmigas pada 2022 diproyeksikan mencapai USD210,38 miliar, dan pada 2023 dutargetkan sebesar USD225 -245 miliar,” sebut Menperin.
Di samping itu, peningkatan investasi di sektor industri juga akan mendongkrak serapan tenaga kerja. Pada tahun 2022, total serapan tenaga kerja diperkirakan mencapai 19,11 juta orang, sedangkan pada 2023 sebanyak 19,2-20,2 juta orang.
“Oleh karena itu, pemerintah bertekad untuk memperkuat hilirisasi di sektor industri manufaktur. Sebab, selama ini telah memberikan bukti nyata terhadap multiplier effect bagi perekonomian nasional, antara lain adalah meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, menarik investasi masuk di tanah air, menghasilkan devisa besar dari ekspor, dan menambah jumlah serapan tenaga kerja,” ujar Menperin.
LEAVE A REPLY