Jakarta, BIZNEWS.ID - Industri kulit merupakan salah satu subsektor industri pengolahan nonmigas yang memiliki kinerja positif. Ini tercermin pada capaian produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) di industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki yang menembus Rp7,57 triliun pada kuartal II tahun 2022.
Capaian tersebut mengalami kenaikan hingga 13,12% secara tahunan (y-o-y) apabila dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp6,7 triliun. Kenaikan ini didorong tingginya permintaan ekspor, investasi, serta pengalihan order ke Indonesia.
“Ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten menjadi salah satu faktor mulusnya kinerja industri kulit nasional. Untuk terus meningkatkan kualitas tenaga kerja di industri kulit, Kementerian Perindustrian memiliki unit pendidikan vokasi melalui Politeknik Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta (Politeknik ATK Yogyakarta),” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Arus Gunawan di Jakarta, Rabu (26/10) seperti dikutip kemenperin.go.id.
Arus mengemukakan, Politeknik ATK Yogyakarta telah berdiri sejak tahun 1954. Kampus yang genap berusia 68 tahun ini sudah banyak mencetak pekerja dan wirausaha industri di bidang pemrosesan kulit serta memproduksi berbagai produk kulit seperti jaket, sepatu, tas, dan sarung tangan.
“Politeknik ini memang memiliki kekhususan di bidang pemrosesan kulit. Artinya, unit pendidikan vokasi kami spesifik dan teknis, dengan menerapkan model pendidikan dual system yang berbasis kompetensi,” ungkapnya.
Beberapa waktu lalu, BPSDMI Kemenperin menggelar pelatihan tentang penyamakan kulit di Politeknik ATK Yogyakarta. Pelatihan ini merupakan wujud nyata dari kerja sama Indonesia dan Tanzania. “Indonesia menjadi Pivotal Partner atau sebagai pihak yang membagikan pengetahuan dan keahlian di bidang industri kulit melalui Politeknik ATK Yogyakarta,” tuturKepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri BPSDMI Kemenperin, Restu Yuni Widayati.
Sedangkan, Tanzania selaku Beneficiary Partner atau menjadi pihak yang mempelajari pengetahuan dan keahlian dari Pivotal Partner, dengan target pelatihan sesuai kebutuhan dan prioritas industri kulit di negara tersebut. “Kerja sama ini juga didukung oleh Jerman selaku Facilitating Partner yang membantu menghubungkan kedua negara dan mendukung penyelenggaraan kegiatan,” papar Restu.
Kerja sama triangular cooperation atau kerja sama tiga negara antara Indonesia, Tanzania, dan Jerman ini telah direncanakan, diimplementasikan, dan dievaluasi oleh program South-South Triangular Cooperation (SSTC) Technical and Vocational Educational Training (TVET). Pembiayaan program dilakukan secara co-sharing dari pihak-pihak yang terlibat.
“Adapun tujuan dari kerja sama tiga negara ini adalah transfer pengetahuan dan keahlian terkait industri kulit agar sumber daya manusia industri kulit Tanzania lebih kompeten,” imbuhnya.
Tanzania merupakan negara kedua di Afrika yang memiliki populasi hewan ternak terbanyak setelah Ethiopia. Industri kulit memiliki potensi besar karena banyaknya kulit yang tersedia dari populasi hewan ternak yang tinggi tersebut. Akan tetapi, SDM kompeten di industri kulit masih menjadi tantangan tersendiri bagi Tanzania.
“Ini adalah kesempatan untuk meningkatkan kualitas produk kulit di Tanzania. Pelatihan ini merupakan hal yang penting untuk membantu menghadapi tantangan SDM industri kulit kami," ujar Staf Kementerian Industri dan Perdagangan Tanzania, Lugano Wilson.
Maria Renata Hutagalung, Direktur Kerja Sama Pembangunan Internasional Kementerian Luar Negeri, turut melihat potensi industri kulit di Tanzania. "Menurut laporan FAO pada 2020, aktivitas peternakan berkontribusi 7,6 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Tanzania. Banyaknya hewan ternak dan tersedianya SDM yang memadai dapat menjadi keuntungan bagi Tanzania untuk memenuhi permintaan kulit dan produk kulit secara domestik, nasional, dan internasional.”
Pelatihan yang dilakukan terfokus pada penyamakan kulit yang merupakan pelatihan pendahuluan secara daring. Untuk mendapatkan kompetensi menyeluruh, akan diadakan pelatihan luring atau offline untuk enam peserta dari Tanzania yang dilakukan di Politeknik ATK Yogyakarta.
Noviyanti, Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri Kementerian Sekretariat Negara, mengungkapkan apresiasi kepada pihak-pihak yang terlibat. “Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat, yaitu Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perindustrian, Politeknik ATK Yogyakarta, GIZ Jerman, serta pemerintah Tanzania dalam terselenggaranya kegiatan ini.”
“Kami berharap program ini akan memperkuat hubungan antara kedua negara. Kami juga berharap pelatihan dapat membantu mengembangkan industri pemrosesan kulit di Tanzania melalui SDM yang kompeten," pungkas Restu.
LEAVE A REPLY