Jakarta, BIZNEWS.ID - Pemerintah telah menetapkan kewajiban untuk rapid test antigen untuk mengantisipasi lonjakan COVID-19 menjelang liburan akhir tahun. Beberapa kota-kota besar telah menerapkannya seperti DKI Jakarta dan Bali.
Untuk kalian yang masih belum memahami, rapid test antigen adalah salah satu pemeriksaan serologi yang diadakan di laboratorium rumah sakit dengan tujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya Antigen Spesifik dari SARS COV-2.
Antigen sendiri adalah molekul yang dapat merangsang respons daya tahan tubuh apabila virus corona jenis baru itu telah menginfeksi.
Lantas, seperti apa cara pengambilannya? Apa manfaat dan kekurangan dari jenis tes ini? Berikut rangkumannya dikutip dari keterangan tertulis Primaya Hospital, Minggu, 20 Desember 2020.
1. Cara pengambilan sampel
Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Bekasi Timur, dr. Muhammad Irhamsyah, Sp.PK, M.Kes, mengatakan bahwa rapid test antigen dilakukan pada tubuh pasien dengan cara pengambilan melalui swab (usapan) orofaring dan nasofaring yang tentunya harus dilaksanakan oleh petugas yang kompeten.
Cara kerja alat rapid swab antigen ini yaitu jika pada tubuh pasien terdapat antigen spesifik SARS COV2, maka antigen tersebut akan berikatan secara spesifik dengan antibodi yang tersedia di alat rapid sehingga pada akhirnya akan memunculkan warna pada garis tes (T) di alat rapid.
2. Deteksi virus sejak awal
Kelebihan swab antigen antara lain pengerjaan tes ini sederhana dan cepat yaitu sekitar 15 – 30 menit dan mampu mendeteksi komponen virus secara langsung untuk deteksi dini. Selain itu, tidak membutuhkan masa inkubasi terjadinya ikatan antigen antibodi untuk timbul hasil positif.
"Tidak memerlukan alat pemeriksaan laboratorium khusus, serta tidak memerlukan keterampilan petugas secara khusus dalam pengerjaan rapid swab antigen,” ujar dr. Muhammad Irhamsyah, Sp.PK, M.Kes.
3. Kemungkinan false negatif
Di sisi lain, kekurangan dari rapid swab antigen adalah hanya dapat mendeteksi dini (sehinggaberpotensi terjadi false negatif dari hasil swab antigen setelah dikonfirmasi dengan tes PCR positif), menggunakan sampel saluran napas atas (swab naso/orofaring), sehingga ketidakterampilan petugas dalam pengambilan spesimen dapat mempengaruhi hasil.
Juga, membutuhkan APD level 3 untuk pengambilan spesimen, terdapat perbedaan sensitivitas antar brand alat tes swab antigen sehingga pemilihan alatnya harus dilakukan dengan tepat, dan uji validasi hasil swab antigen masih terbatas sehingga belum dapat menggantikan posisi RT-PCR
"Hasil negatif pada swab antigen dapat terjadi pada kondisi kuantitas (jumlah) antigen pada spesimen di bawah kemampuan level deteksi alat tersebut," jelasnya.
4. Hasil tes real time
Hasil tes antigen yang dilakukan hanya mencerminkan kondisi pada saat itu juga. Tidak mencerminkan untuk kondisi setelah di-swab, ini terkait ketentuan tes antigen H-2 sebelum keberangkatan dan berlaku 14 hari.
Karena alat rapid test antigen tidak sesensitif seperti pemeriksaan PCR, jadi memang tetap dianjurkan konfirmasi dengan tes PCR, apalagi jika pasien yang di tes mempunyai riwayat perjalanan dari lokasi yang berisiko tertularkan SARS COV-2.
"Saya rasa program ini efektif namun tidak 100 persen efektif karena dari segi akurasi alat yang masih rendah dibandingkan dengan tes material genetik SARS COV2 (PCR)," tuturnya.
Ingat, saat ini jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi. Untuk itu jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan dan lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Jauhi Kerumunan serta Mencuci Tangan Pakai Sabun. Deikian viva.co.id
Photo : google image
Headline
LEAVE A REPLY