Jakarta, BIZNEWS.ID - Indonesia digadang akan mencapai masa keemasan pada tahun 2045 tepat saat usia kemerdekaan mencapai 100 tahun. Untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas agar dapat memimpin negara di era tersebut, pemerintah kini tengah fokus pada generasi anak-anak usia dini.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono menjelaskan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2045 diperkirakan mencapai 310 juta orang.
Namun demikian, dalam membangun SDM unggul tidak hanya dari sisi jumlah melainkan perlu mempertimbangkan berbagai aspek. Bicara strategi pembangunan SDM, menurut Agus, pemerintah bertanggung jawab untuk mempersiapkan mulai dari seseorang baru lahir hingga akhir hayat.
“Kalau kita bicara 2045, artinya 24 tahun dari sekarang bahkan kita harus perhatikan betul orang-orang yang masih balita. Mulai sekarang ini kita harus fokus pada orang-orang yang masih di PAUD,” tuturnya saat mewakili Menko PMK memberikan Ceramah Isu Strategis Nasional pada Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tk. II angkatan XXI tahun 2021 secara virtual, Jumat (30/7) seperti dikutip kemenkopmk.go.id
Ia pun mengungkap dari grafik angkatan kerja Indonesia saat ini didominasi lulusan SD/SMP dan SLTA. Oleh sebab itu, dibutuhkan waktu yang panjang untuk menyiapkan SDM unggul serta diperlukan terobosan yang cerdas dan efektif.
“Saya mengusulkan untuk memperluas akses ke perguruan tinggi karena kalau tidak untuk mendorong SDM unggul menjadi semakin berat. Ini yang terus kita cari, strategi apa yang harus kita lakukan,” ujar Agus.
Sementara itu, lanjutnya, di era pandemi seperti sekarang angka kemiskinan juga semakin meningkat. Hal tersebut tentu akan berpengaruh terhadap kemampuan bangsa untuk mencapai masa keemasan di 2045. Pasalnya suka tidak suka pandemi berdampak pada berbagai aspek sentral yakni kesehatan, pembangunan, dan ekonomi.
“Tidak ada pilihan lain, setiap kita harus mengambil peran untuk memutus mata rantai pandemi ini. Caranya dengan menjalankan protokol kesehatan. Karena tidak ada artinya pendidikan tinggi kalau tidak sehat,” tandasnya.
Headline
LEAVE A REPLY