Jakarta, BIZNEWS.ID - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut, Indonesia memiliki kearifan lokal untuk menghadapi berbagai situasi dan ancaman bencana di sekitarnya melalui budaya, bangunan, peralatan tradisional, maupun upaya melestarikan alam. “Kita sangat berpengalaman dalam memanfaatkan dan menggunakan potensi kearifan lokal yang ada di masyarakat,” kata Muhadjir.
Salah satu potensi lokal yang dapat dijadikan contoh baik dalam penanganan bencana di Indonesia ujar Menko PMK ialah gotong royong pentahelix, yakni partisipasi pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media. “Kejadian bencana di Indonesia mendorong kami belajar dari pengalaman dalam membangun ketahanan secara kolaboratif yang dapat kami bagikan kepada delegasi-delegasi GPDRR,” tandas Menko PMK.
Sebagai negara yang berada di ring of fire, Indonesia memiliki potensi bencana yang tinggi. “Secara geografis dan geologis, Indonesia rentan bencana karena terletak di zona pertemuan lempeng-lempeng besar dunia,” ungkap Menko PMK pada Opening Ceremony World Reconstruction Conference (WRC) ke-5 di BICC Bali, Senin (13/5).
Indonesia perlu waspada terhadap bencana non-alam dan bencana hidrometeorologis yang dipicu perubahan iklim global. Menurut World Risk Report 2021, Indonesia berada di urutan ke-38 dari 181 negara yang berisiko bencana.
Oleh karena itu Menko PMK mengatakan, banyaknya kejadian bencana di Indonesia membuat Pemerintah Indonesia lebih antisipatif. Kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi masa pemulihan yang dilakukan mencakup proses penyelenggaraan, sumber pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana, maupun peran-serta bantuan lembaga Internasional dan lembaga asing nonpemerintah. “Pemulihan bencana meliputi sektor perumahan, infrastruktur, sosial, ekonomi, dan lintas sektor,” kata Muhadjir seperti dikutip kemenkopmk.go.id.
Lanjutnya, pembelajaran yang dapat dipetik dari Indonesia adalah pentingnya penerapan prinsip build back better safer dan sustainable dengan memasukkan unsur mitigasi dalam pemulihan bencana.
Kemudian, perlunya peningkatan literasi kebencanaan masyarat, penguatan infrastruktur, serta pemulihan daya dukung lingkungan.
Adapun pelaksanaan WRC ke-5 merupakan bagian dari Preparatory Meetings GPDRR ke-7 Tahun 2022. GPDRR tahun ini menjadi penting karena menjadi bagian dari proses mid-term review implementasi Kerangka Pengurangan Risiko Bencana 2030, dan juga Paris Agreement dan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
“Untuk itu saya ingin mengajak dan mendorong segenap stakeholder kebencanaan guna mencapai tujuan SFDRR dan SDGs, terutama peningkatkan kerjasama internasional untuk mengurangi kerugian ekonomi akibat bencana, kerusakan infrastruktur, dan gangguan layanan dasar,” kata Menko PMK.
Lanjutnya, momentum penyelenggaraan WRC ke-5 dijadikan sebagai pemulihan sosial-ekonomi yang dapat menjadi jalur untuk membangun ketangguhan atau resiliensi bangsa serta pemulihan dari pandemi Covid- 19.
Turut hadir pada Opening Ceremony WRC ke-5, Principal Secretry to The Prime Minister of India Dr Pramod Kumar Mishra, UNDP's Assistant Administrator and Director for the Crisis Bureau Asako Okai, Global Director of World Bank's Urban, Disaster Risk Management, Resilience and Land Global Practice Sameh Wahba, Special Representative of the UN Secretary General for DRR and Head of the UN Office for DRR Mami Mizutori.
Melalui forum GPDRR, khususnya kegiatan WRC 5 ini, diharapkan dapat menghasilkan beberapa capaian di antaranya memberikan praktik baik dan rekomendasi bagi pemangku kebijakan, didapatkan pesan kunci dari joint communique pada sesi-sesi WRC, meningkatkan kesadaran pentingnya pemulihan atau build back better untuk Pengurangan Risiko Bencana, memberikan masukan untuk mid-term review SFDRR.
Sebelum kegiatan Forum GPDRR dimulai nantinya akan ada kegiatan penanaman sepuluh juta pohon pada 34 provinsi di Indonesia. Kegiatan tersebut sebagai wujud aksi nyata Gerakan Nasional Revolusi Mental mendukung Forum GPDRR.
LEAVE A REPLY