Jakarta, BIZNEWS.ID - Floating Production Unit (FPU) Jangkrik adalah salah satu fasilitas produksi kebanggaan bangsa Indonesia. Fasilitas ini memiliki ukuran 46 meter x 192 meter atau sebesar 80% dari ukuran lapangan sepakbola dengan kapasitas 450 MMSCFD dan mulai beroperasi bulan Mei tahun 2017 untuk memproses hidrokarbon yang berasal dari 2 wilayah kerja yaitu Blok Muara Bakau B.V. dan Blok East Sepinggan (Merakes).
“FPU Jangkrik merupakan kebanggaan bangsa Indonesia karena merupakan FPU terbesar yang pernah dibangun dan dirakit di Indonesia,” ujar Direktur Pembinaan Program Migas Mustafid Gunawan ketika mengunjungi FPU Jangkrik – ENI Muara Bakau B.V, di Balikpapan, Kamis (15/12). Dalam kunjungan ini, Mustafid didampingi Koordinator Pemberdayaan Potensi Dalam Negeri Minyak dan Gas Bumi Naufal Noor Rochman dan Vinka Dwi Ranti sebagai perwakilan Divisi Pengelolaan Aset SKK Migas. Rombongan diterima oleh Richard Fernando, Offshore Installation Manager FPU Jangkrik.
Kunjungan lapangan ke FPU Jangkrik merupakan apresiasi terhadap upaya ENI Muara Bakau B.V. untuk mematuhi ketentuan yang berlaku dengan mengupayakan penggunaan produk dalam negeri dengan kualitas yang mumpuni untuk menggantikan produk impor.
Tujuan lainnya adalah memberikan edukasi kepada stakeholder bahwa optimalisasi penggunaan dan pemanfaatan produk dalam negeri, akan memberikan multiplier effect secara positif, menumbuhkan jiwa nasionalisme yang tinggi, dan memberikan kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk dapat bersaing dan berkompetisi langsung dengan negara maju lainnya.
Pembangunan Hull atas FPU ini dilakukan di Korea dan pembangunan modul pengolahan serta pemrosesan (Topside Facilities) dilakukan di Tanjung Balai Karimun, Indonesia oleh PT. Saipem Indonesia yang merupakan produsen/fabrikator dalam negeri. Selanjutnya pekerjaan integrasi Topside Module beserta Hull dikerjakan pula di Indonesia oleh PT. Saipem Indonesia. “Sebagian besar peralatan atau barang yang berada dan terpasang di FPU Jangkrik merupakan produk dalam negeri dengan kualitas yang reliable (handal), sehingga telah dapat dibuktikan bahwa produk impor telah dapatdisubstitusikan dengan produk dalam negeri dengan kualitas yang mumpuni,” katanya seperti dikutip migas.esdm.go.id.
“Sejak tahun 2019, Direktorat Jenderal Migas, SKK Migas dan KKKS membangun program bersama yaitu Program Guna Bina Dalam Negeri (PRO GUNADI) dan Program Substitusi Impor (PROSUSI). Program ini bertujuan untuk membangun kepercayaan dan kerja sama diantara seluruh pelaku kegiatan usaha hulu migas terhadap kemampuan dan kehandalan produk dalam negeri,” papar Mustafid.
Peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada kegiatan usaha migas terus diupayakan Pemerintah, antara lain melalui Program Substitusi Impor (PRO SUSI) yang salah satunya dilaksanakan melalui kegiatan Pra-Masterlist untuk mempermudah pengadaan barang operasi pada kegiatan usaha hulu migas.
“Kami berharap program tersebut diimplementasikan secara efektif, efisien dan tepat sasaran hingga dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi stakeholder terkait dan nasional umumnya,” kata Mustafid.
Pemerintah mengapresiasi ENI Muara Bakau yang telah berkolaborasi dan sinergi bersama Pemerintah dan Produsen Dalam Negeri untuk mengoptimalkan penggunaan produk dalam negeri dan memastikan produk dalam negeri mampu memenuhi spesifikasi, mutu dan kebutuhan operasi migas. “Saya berharap ENI Muara Bakau akan selalu konsisten dan terus mengupayakan penggunaan produk dalam negeri untuk menggantikan produk impor sehingga mendukung pertumbuhan perekonomian nasional,” ungkap Mustafid.
Mustafid juga berharap agar KKKS ini diberi kemudahan dan kelancaran dalam melaksanakan kegiatan operasi sehingga dapat mendukung upaya Pemerintah dalam mewujudkan produksi minyak sebesar 1 juta BOPD dan gas 12 BSCFD pada tahun 2030.
Tentang Lapangan Jangkrik
Lapangan Jangkrik dikelola oleh ENI Muara Bakau B.V. (55%) sebagai operator bekerja sama dengan Neptune Energy (33.3%) dan PT Saka Energi Muara Bakau (11.7%). Kontrak Production Sharing Contract (PSC) berlaku dari tahun 2002 hingga 2032.
Lapangan Jangkrik di Wilayah Kerja Muara Bakau telah mulai berproduksi dari 12 sumur produksi sejak 15 Mei 2017. Produksi gas bumi dari proyek yang berlokasi di Selat Makassar ini sekarang telah mencapai 670 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 154% dari target.
Gas bumi yang diproduksi dikelola oleh FPU Jangkrik untuk disalurkan melalui pipa ukuran 24 inch sepanjang 79 km ke Fasilitas Penerimaan Darat (Onshore Receiving Facility/ORF) Handil, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Selanjutnya gas bumi dikirimkan melalui pipa ke pembeli dalam negeri dan Kilang LNG Badak di Bontang, Kalimantan Timur.
Selain gas bumi, Lapangan jangkrik menghasilkan juga kondensat sebesar 3.200 barel per hari (BCPD). Kondensat tersebut dikelola oleh FPU Jangkrik untuk disalurkan melalui pipa ukuran 4 inch sepanjang 79 km ke Fasilitas Penerimaan Darat (ORF). Selanjutnya kondensat dikirimkan ke Kilang LPG Senipah.
LEAVE A REPLY