Jakarta, BIZNEWS.ID - Berdasarkan Special Report IEA (International Energy Agency) terkait Roadmap Net Zero Emission (NZE) Indonesia di sektor energi, Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) akan memainkan peran penting dalam mendukung transisi energi Indonesia, khususnya bidang industri, pembangkit listrik dan transformasi bahan bakar.
“Dalam Roadmap NZE, aplikasi CCUS dimulai pasca tahun 2025 dengan jumlah CO2 captured diperkirakan 6 juta ton CO2 per tahun pada 2030 dan mencapai sekitar 190 juta ton CO2 pertahun pada 2060,” papar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji pada Peresmian Injeksi Perdana CO2 ke Sumur JTB-161 di Lapangan Jatibarang, Indramayu, pekan lalu.
Pada kegiatan usaha migas baik hulu maupun hilir migas, lanjut Tutuka, proyeksi puncak emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 44 juta ton CO2e pada tahun 2030 karena peningkatan produksi untuk mencapai target 1 juta BOPD dan 12 BSCFD. Sementara total emisi sampai 2060 diperkirakan sebesar 1149 juta ton CO2e di mana 659 juta ton CO2e dari hulu dan 490 juta ton CO2e dari hilir.
“Berdasarkan studi yang telah dilakukan Lemigas dan studi lainnya, Indonesia memiliki potensi storage sekitar 2 Giga Ton CO2 pada depleted reservoir migas yang tersebar pada beberapa area dan sekitar 10 Giga Ton CO2 pada saline aquifer di West Java dan South Sumatera Basin,” kata dia seperti dikutip migas.esdm.go.id.
Hasil kajian lain yang dilakukan oleh ExxonMobil memperkirakan potensi storage jauh lebih besar yaitu sekitar 80 Giga Ton CO2 pada saline aquifer, sementara dari hasil kajian Rystad Energy memperkirakan lebih dari 400 Giga Ton CO2 pada reservoir migas dan saline aquifer Indonesia.
Untuk mengeksplor lebih lanjut, saat ini Ditjen Migas sedang menyiapkan tim untuk memetakan potensi potensi kapasitas CO2 storage di Indonesia yang nantinya akan melibatkan berbagai pihak termasuk SKK Migas dan Pertamina.
Menurut Dirjen Migas, saat ini terdapat sekitar 15 proyek CCS/CCUS yang semuanya masih dalam tahap studi dan persiapan di mana sebagian ditargetkan untuk mulai beroperasi sebelum 2030. Proyek-proyek ini dilaksanakan oleh berbagai perusahaan hulu migas di mana sebagian besar dilaksanakan oleh Pertamina dan melibatkan kolaborasi dengan berbagai pihak baik nasional maupun internasional.
Diantara proyek-proyek tersebut, Tangguh dan Gundih CCUS perkembangannya cukup signifikan, di mana Tangguh EGR CCUS telah mendapatkan persetujuan POD, sementara Gundih CCUS berpotensi mendapat dukungan pendanaan dari Jepang melalui skema Joint Crediting Mechanism. Selain itu, Pilot Test Huff and Puff CO2 Injection di Lapangan Jatibarang, Indramayu.
Untuk mendukung pengembangan teknologi CCS/CCUS, sejak tahun 2021 Ditjen Migas bersama tim yang melibatkan berbagai stakeholder, telah menyusun draft Peraturan Menteri ESDM terkait Penyelenggaraan CCS/CCUS. Draft regulasi difokuskan pada CCS atau CCUS melalui CO2 EOR/EGR/ECBM pada Wilayah Kerja Migas dan saat ini dalam proses harmonisasi antarkementerian. Regulasi ini diharapkan dapat ditetapkan dalam waktu dekat.
LEAVE A REPLY