Jakarta, BIZNEWS.ID - Sektor industri pengolahan nonmigas Indonesia tetap memainkan peranan penting bagi perekonomian nasional. Peran ini dapat dilihat dari kinerja makro sektor industri pengolahan nonmigas di beberapa indikator.
“Perjalanan pembangunan sektor industri pengolahan nonmigas di tahun 2022 masih diwarnai dengan gejolak dan tantangan baik dalam negeri maupun global, namun Alhamdulillah dapat kita lewati dengan cukup membanggakan,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Selasa (14/2).
Menperin menyebutkan, pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas pada tahun 2022 sebesar 5,01%, naik dibandingkan dengan pertumbuhan industri pada tahun 2021 yang mencapai 3,67%. “Selain itu, sumbangsih sektor industri pengolahan nonmigas pada tahun 2022 sebesar 16,48%. Kontribusi ini masih merupakan yang tertinggi di antara sektor ekonomi lainnya,” ungkapnya.
Dari kinerja ekspor, lanjut Agus, capaian sektor industri pengolahan nonmigas terus meningkat meski di tengah ketidakpastian kondisi global. Nilai ekspor industri pengolahan nonmigas tahun 2022 mencapai USD206,34 miliar atau berkontribusi 70,67% dari total ekspor nasional. “Angka ini telah melampaui capaian ekspor industri pengolahan nonmigas tahun 2021 yang tercatat USD177,20 miliar,” sebutnya seperti dikutip kemenperin.go.id.
Berikutnya, realisasi investasi di sektor pengolahan nonmigas tahun 2022 menembus Rp457,6 triliun atau memberikan andil sebesar 37,91% dari total investasi nasional. Angka tersebut melampaui nilai investasi sektor industri tahun 2021 sebesar Rp307,58 triliun.
Adapun pada aspek ketenagakerjaan, Agus mengemukakan, secara statistik di sektor industri pengolahan nonmigas menunjukkan pemulihan dari segi penyerapan tenaga kerja. “Ada tambahan untuk penyerapan tenaga kerja sebanyak 400 ribuan orang di tahun 2022 sehingga jumlah total tenaga kerja di sektor ini kembali meningkat ke angka 19,11 juta orang dari sebelumnya 18,64 juta orang di tahun 2021,” ujarnya.
Menurut Menperin, berbagai indikator positif tersebut selaras dengan nilai Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Desember 2022 yang telah diilis oleh Kementerian Perindustrian, menunjukkan nilai yang cenderung stabil ke arah ekspansif di angka 50,90. Selanjutnya, IKI pada Januari 2023 juga masih dalam fase ekspansi yang meningkat di level 51,54.
“Fase ekspansi ini juga sesuai dengan hasil Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia, yang selama setahun penuh pada 2022 berada pada posisi ekspansi, dan ekspansi ini juga tercatat selama 17 bulan berturut. Ini merupakan sejarah bagi kinerja sektor industri Indonesia,” paparnya.
Menperin menambahkan, sepanjang 2022, Kemenperin telah berkontribusi terhadap penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru (WUB) sebanyak 18.585 WUB yang telah mendapatkan pelatihan, dan sebanyak 7.384 WUB itu di antaranya telah memiliki perizinan berusaha. “Bahkan, sebanyak 1.242 IKM telah memperoleh pengembangan dan sertifikasi produk. Selain itu juga telah tumbuh 88 startup industri kecil berbasis teknologi,” sebutnya.
Kemenperin juga telah melaksanakan program restrukturisasi mesin/peralatan industri penyempurnaan kain dan pencetakan kain. Sebanyak 15 perusahaan telah dibantu melalui program tersebut, dengan total potongan harga yang diberikan mencapai Rp5 miliar.
“Selanjutnya, lulusan tenaga kerja industri tingkat terampil dan ahli yang terserap di dunia kerja sebanyak 28.252 orang melalui Diklat 3in1, 2.041 orang lulusan dari SMK milik Kemenperin, dan 4.233 orang lulusan dari pendidikan tinggi vokasi Kemenperin. Kami juga telah memfasilitasi sertifikasi TKDN sebanyak 1.837 produk,” papar Agus.
Menperin juga menyampaikan bahwa pelaksanaan anggaran Kemenperin tahun 2022 terealisasi sebesar 98,13%. Serapan anggara Kemenperin tersebut melampaui rata-rata realisasi nasional yang mencapai 95,60%.
Kegiatan prioritas 2023
Pada kesempatan yang sama, Menperin menyebukan beberapa kegiatan prioritas yang akan dijalankan oleh Kemenperin pada tahun 2023, antara lain terkaitIndonesia kembali dipercaya untuk menjadi partner country pada Hannover Messe 2023. Ini merupakan pameran teknologi industri terbesar dunia pada 17-21 April 2023 di Hannover, Jerman.
“Hannover Messe 2023 tidak hanya sebagai ajang promosi bagi Indonesia, tetapi juga untuk menunjukkan kesiapan dan kapabilitas sektor manufaktur Indonesia menuju era digital. Event ini juga membuka jalan yang lebar bagi masuknya investasi ke dalam negeri maupun kemitraan pelaku industri pada jaringan rantai suplai global (global supply chain),” paparnya.
Program selanjutnya adalah penumbuhan WUB di daerah potensial yang dilakukan melalui bimbingan teknis kewirausahaan dengan proporsi 30% teori dan 70% praktek.Selain itu fasilitasi mesin produksi dalam negeri dan sertifikat TKDN. Pada tahun ini ditargetkan sebanyak 22.725 WUB yang akan dilatih.
Untuk pelaksanaan program pendidikan vokasi di bawah pengelolaan Kemenperin, program yang akan dilaksanakan adalah Diklat 3 in 1 untuk menyiapkan tenaga kerja yang langsung dapat bekerja di industri pada daerah potensial. Tahun 2023 ini ditargetkan 26.000 peserta dapat mengikuti program tersebut.
Sebagai upaya meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, Kemenperin kembali memberikan fasilitasi sertifikasi TKDN pada tahun 2023 sekurang-kurangnya untuk 2.000 sertifikat produk.“Guna mengakselerasi program fasilitasi ini, kami telah menerbitkan dua Permenperin, yaitu Nomor 43/2022 dan Nomor 46/2022,” ujarnya.
Selain itu, Kemenperin akan melaksanakan program restrukturisasi mesin dan peralatan industri tekstil sebagai upaya mengakselerasi peningkatan kinerja industri TPT di pasca pandemi Covid-19. “Adapun target perusahaan peserta program minimal sebanyak 16 perusahan,” ungkapnya.
Sementara itu, terkait kebijakan hilirisasi industri berbasis pengolahan sumber daya mineral logam, Kemenperin fokus pada lima komoditas, yaitu industri berbasis bijih tembaga, industri berbasis bijih besi dan pasir besi, industri berbasis bijih nikel untuk stainless steel dan bahan baku baterai, industri berbasis bauksit, serta industri berbasis monasit, dan sumber potensial lainnya, seperti logam tanah jarang.
“Berdasarkan data Kemenperin per 1 Februari 2023, terdapat 91 smelter di Indonesia dengan perincian 48 telah beroperasi, dan lainnya dalam tahapan feasibility study dan kontruksi,” ungkapnya.Sedangkan dari lokasinya, jumlah smelter terbanyak berada di Provinsi Sulawesi Tengah (25 smelter), Maluku Utara (22 smelter), Sulawesi Tenggara (12 smelter), Kalimantan Barat (10 smelter), dan terdapat 34 smelter yang terletak di berbagai provinsi lainnya.
“Dari 48 smelter yang telah beroperasi tersebut, smelter nikel memiliki total kapasitas produksi sebesar 262.560 ton per tahun, investasi mencapai Rp5,55 triliun, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.337 orang,” sebutnya.
Kemudian, smelter besi baja memiliki total kapasitas produksi sebesar 1,6 juta ton per tahun, investasi mencapai Rp15,96 triliun, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2.729 orang. Untuk smelter tembaga memiliki total kapasitas produksi sebesar 150.000 ton per tahun, investasi mencapai Rp266 milliar, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 525 orang. Selain itu, smelter aluminium memiliki total kapasitas produksi 544.563 ton per tahun, investasi Rp15,66 triliun, dan penyerapan tenaga kerja 1.893 orang.
Menperin memberikan sebuah ilustrasi, apabila dilakukan hilirisasi untuk komoditas yang akan dibatasi ekspornya, akan memberikan potensi besar untuk penyerapan tenaga kerja, penambahan kapasitas produksi, dan meningkatnya nilai investasi.
Sebagai contoh, pada tahun 2022, Indonesia mengekspor bijih bauksit dan konsentratnya sebesar 17,8 juta ton. Apabila bijih bauksit ini dihilirisasi menjadi alumina, dapat menjadi 8,9 juta ton alumina yang akan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 13.011 orang, dengan potensi nilai investasi sebesar Rp104 triliun.
“Apabila dilakukan hilirisasi menjadi aluminium ingot, akan menjadi 4,5 juta ton aluminium ingot yang dapat menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 36.885 orang, dengan kebutuhan nilai investasi sebesar Rp455 triliun,” sebutnya.
Untuk komoditas tembaga, Menperin mengemukakan, pada tahun 2022 Indonesia mengekspor bijih tembaga dan konsentratnya sebesar 3,1 juta ton. Hilirisasi komoditas tersebut menjadi katoda tembaga (copper cathode) berpotensi menyerap tenaga kerja sebanyak 1.045 orang dengan potensi kebutuhan nilai investasi sebesar Rp5,5 triliun.
Sedangkan, terkait komoditas nikel, Menperin menyampaikan bahwa bijih nikel dan konsentratnya saat ini sudah dilarang ekspor sehingga terjadi potensi hilirisasi yang dimulai dari FeNi/NPI. Jumlah ekspor FeNi/NPI saat ini mencapai 5,8 juta ton. “Apabila dilakukan hilirisasi ke slab stainless steel, akan dapat menyerap 8.661 orang dengan nilai investasi Rp15 triliun, dan apabila dilakukan hilirisasi menjadi hot rolled stainless steel akan dapat menyerap 5.573 orang dengan investasi Rp8,5 triliun,” tutur Agus.
LEAVE A REPLY