Jakarta, BIZNEWS.ID - Ada pendapat yang menyatakan perokok memiliki potensi lebih tinggi tertular COVID-19. Benarkah demikian dan apa alasannya?
Diungkapkan dokter spesialis jantung, dr. Vito Anggarino Damay, dalam kesehariannya perokok lebih sering melepas masker di tempat-tempat ramai untuk mengisap rokok. Saat mereka melepas masker, kemungkinan terpapar virus Corona dari lingkungan akan meningkat. Selain itu, ada kemungkinan mereka terpapar virus yang menempel di tangan.
Selain itu, lanjut dr. Vito, COVID-19 adalah penyakit yang menyerang paru-paru. Kebiasaan merokok diketahui dapat merusak fungsi paru-paru dan menurunkan kekebalan tubuh. Oleh sebab itu, saat perokok terinfeksi COVID-19, mereka lebih susah memerangi virus ini.
dr. Vito memaparkan bukti-bukti yang ada saat ini menunjukkan perokok memiliki tingkat kematian dan keparahan yang lebih tinggi dibanding pasien COVID-19 yang bukan perokok. Selain itu, bahaya dari rokok tidak hanya mengintai perokok aktif, tapi juga orang-orang di sekitar yang menjadi perokok pasif. Asap rokok berpotensi menurunkan kekebalan tubuh sehingga rentan terpapar penyakit.
"Yang paling kasihan perokok pasif. Karena mereka ini adalah bukan penikmat rokok tapi terkena imbas dari asapnya yang terhirup secara tidak langsung. Walaupun memang yang paling berat adalah perokok itu sendiri, karena pada asapnya itu ada sel-sel radang yang menyebabkan kemampuan pertahanan tubuh kita berkurang. Sehingga saat terinfeksi virus dan penyakit-penyakit lain, lebih gampang terserang," ungkap dr. Vito dikutip dari laman covid19.go.id, Kamis (12/11/2020).
Untuk menghindari risiko COVID-19, perokok diimbau menerapkan gaya hidup sehat dengan berhenti merokok dan rutin beraktivitas fisik. Hal itu juga berlaku bagi orang-orang yang memiliki penyakit komorbid, seperti penyakit jantung dan paru-paru.
"Perlu untuk memperhatikan risiko penyakit jantung, risiko penyakit pembuluh darah lainnya, bahkan risiko penyakit paru-paru selain COVID-19, sehingga orang yang masih merokok dan kurang aktivitas fisik, harus mengubah gaya hidup mereka agar lebih sehat. Jadi di masa depan, kalau kita memperhatikan COVID-19 saja, tanpa memperhatikan penyakit lainnya, bisa saja menjadi pandemi yang baru," imbuh dr. Vito.
Ia menambahkan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, tidak memerlukan vaksin khusus untuk melawannya. Penerapan pola hidup sehat, kata dr. Vito, dapat menurunkan risiko terkena penyakit jantung koroner atau serangan jantung hingga 80%.
"Kuncinya kita harus tetap bergerak, karena saat kita bergerak imunitas bisa meningkat. Imunitas ini terdiri dari sel-sel kekebalan tubuh, yang lebih bagus saat sirkulasi kita lancar. Sirkulasi kita lancar tercipta saat kita bergerak dan aktivitas pompa jantung kita lebih baik. Jadi pada akhirnya kita bisa menjaga tubuh kita secara keseluruhan untuk kuat menghadapi penyakit dan risiko penyakit jantung sekaligus," lanjut dr. Vito.
Insertizen tetap bisa melakukan aktivitas fisik saat bekerja dari rumah, dengan melakukan gerakan berdiri dan berjalan-jalan selama 30 menit setelah duduk berjam-jam di depan layar komputer. Olahraga bersama dengan keluarga sambil tetap menjaga jarak aman di rumah juga dapat menciptakan kebersamaan yang berkualitas dan membantu menurunkan stres. Demikian InsertLive
Photo : google image
Headline
LEAVE A REPLY