Bali, BIZNEWS.ID - Akhir pertemuan kedua para Menteri Kesehatan G20 (the 2nd HMM) bertepatan dengan hari sumpah pemuda yang jatuh setiap tanggal 28 Oktober 2022 di Indonesia. Pada momentum ini Pertemuan Para Menteri Kesehatan telah menghasilkan 6 poin utama yang menjadi komitmen seluruh negara G20.
Mengawali sambutan pada acara penutupan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda berkumpul terlepas dari perbedaan mereka, mereka berjanji untuk bersatu, dan sebagai hasilnya, bahasa kita sama, bahasa indonesia.
“Hari ini, terlepas dari perbedaan kita, saya senang bahwa kita, negara-negara G20, telah bersatu, berbicara dalam bahasa yang sama yaitu bahasa Kemanusiaan di atas segalanya, yang tidak mengenal batas dalam memperkuat arsitektur kesehatan global, bukan hanya untuk generasi kita saat ini, tapi sampai generasi-generasi berikutnya,” ujar Menkes pada penutupan the 2nd HMM di Bali, Jumat (28/10).
Terdapat 6 Aksi Kunci yang dihasilkan dalam pertemuan kedua para menteri kesehatan G20 yang dituangkan dalam dokumen teknis. Aksi kunci tersebut telah diterima oleh setiap negara G20 dan berkomitmen untuk melaksanakannya. Hal ini menjadi bagian dari pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap pandemi di masa depan.
“Semua negara bekerja sama secara kolektif dalam mengatasi masalah global saat ini dalam upaya memperkuat arsitektur kesehatan global,” ungkap Menkes seperti dikutip sehatnegeriku.kemkes.go.id.
Aksi kunci pertama menghasilkan kesepakatan pembentukan dana kesiapsiagaan dan respon pandemi melalui Dana Perantara Keuangan (FIF). Ini merupakan pencapaian besar dan nyata dari G20 yang membutuhkan dukungan, kreativitas, dan koordinasi di seluruh negara.
“Kami menghargai kolaborasi yang kuat antara kesehatan dan keuangan. Kami senang dengan kesepakatan untuk melanjutkan upaya penguatan Ketahanan Kesehatan Global melalui JFHTF,” ucap Menkes Budi.
Tidak hanya berhenti pada pembentukan Dana Perantara Keuangan (FIF), tetapi sampai tahapan memastikan dana ini akan dapat diakses bagi setiap negara yang membutuhkan dalam rangka kesiapsiagaan pandemi kedepan
Aksi kunci kedua, Pasca evaluasi Access to COVID-19 Tools Accelerator (ACT-A) Initiative, negara-negara G20 bersepakat meneruskan dan memperkuat mekanisme ACT-A sebagai sebuah entitas formal untuk memperluas akses dan memobilisasi berbagai sumber daya dalam menghadapi Pandemi selanjutnya. Termasuk membangun mekanisme untuk mengakses Dana Perantara Keuangan (FIF) bagi semua negara.
Ketiga, Presidensi G20 Indonesia membuka jalan untuk penguatan surveilens genomik sebagai bagian penting dari upaya pencegahan, kesiapsiagaan, dan respon terhadap pandemi. Semua laboratorium genomik di seluruh negara akan bekerja bersama membangun suatu sistem surveilans sebagai kewaspadaan dini menghadapi pandemi ke depan.
“Kita akan bisa mendeteksi lebih dini jika ada patogen seperti bakteri, virus, jamur di setiap sudut belahan dunia dan berbagi informasi dengan cepat” lanjut Menkes Budi
Aksi kunci keempat terkait sertifikat perjalanan dalam bentuk digital, yang berisikan informasi terkait vaksin dan hasil tes yang dapat dikembangkan pemanfaatannya lebih luas lagi.
“Ini akan sangat bermanfaat pada pandemi ke depan di masa yang akan datang kita tidak perlu menghentikan seluruh pergerakan orang dan barang, dimana yang bersifat esensial dapat terus berjalan” ujar Menkes
Indonesia juga berkomitmen untuk mendorong digitalisasi dokumen pelaku perjalanan menjadi bagian dalam International Health Regulation (IHR) yang akan disuarakan saat World Health Assembly.
Aksi kunci kelima, dilakukan analisa kesenjangan dan pemetaan kondisi saat ini terkait jejaring pusat penelitian dan manufaktur, yang selanjutnya akan diteruskan oleh Presidensi yang akan dipimpin India.
Indonesia dan 6 negara anggota G20 terutama yang berada di kawasan selatan, telah menyepakati pembentukan jejaring pusat penelitian dan manufaktur untuk Vaksin, Terapi/Pengobatan dan Diagnostik (VDT).
Terakhir aksi kunci ke 6 capaian nyata dari pertemuan side event dengan call for action peningkatan pembiayaan untuk penanggulangan Tuberkulosis, komitmen untuk mengimplementasikan inisiatif One Health, serta meningkatkan kapasitas, deteksi, dan respon AMR.
Sebanyak 80% penyakit yang menyebabkan pandemi merupakan penyakit yang bersumber hewan/zoonotik, sehingga diperlukan penguatan pengawasan inisiatif One Health sebagai bentuk kewaspadaan dalam merespons pandemi.
“Walau situasi geopolitik saat ini kompleks, kita harus tetap berkomitmen untuk memperkuat arsitektur kesehatan global dan ini menjadi kesepakatan bersama negara anggota G20,” ungkap Menkes Budi.
Dikatakan Menkes, Hari Sumpah Pemuda merupakan hari dimana kita sebagai para pemimpin kesehatan G20 berkomitmen untuk lebih memperkuat arsitektur kesehatan global, untuk kesehatan generasi mendatang.
“Untuk melanjutkan upaya kami, dengan hormat saya memberikan tongkat estafet Kepresidenan G20 ke India. Kami berharap untuk terus berkolaborasi di bawah kepemimpinan India pada 2023. Dengan ini saya secara resmi menutup pertemuan kedua Menteri Kesehatan G20,” tutur Menkes.
Selanjutnya berbagai kesepakatan pada dokumen teknis ini akan dibawa pada pembahasan Pertemuan Para Menteri Keuangan dan Menteri Kesehatan serta diteruskan pada Konferensi Tingkat Tinggi pertemuan Kepala Negara G20 untuk menjadi kesepakatan bersama negara G20.
LEAVE A REPLY