Jakarta, BIZNEWS.ID - Dalam sesi diskusi Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Gunung Api Tahun 2022, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Hanik Humaida menyampaikan bahwa tujuan dari Early Warning System (EWS) pada saat terjadi bencana erupsi gunungapi adalah agar masyarakat dapat segera menyelamatkan diri dari bahaya.
"EWS juga dapat diartikan sebagai peringatan paling akhir pada kejadian bahaya erupsi gunung api," ungkap Hanik, Kamis (3/2) lalu.
Ia mencontohkan, Gunung Merapi memiliki EWS berupa sirine, terdiri dari 3 sirine yang bisa di-remote dari kantor BPPTKG, dan 3 sirine lain yang harus dinyalakan secara manual di pos pengamatan Gunung Merapi. Sirine tersebut, dinyalakan hanya ketika dalam kondisi darurat.
"Pada 25 Oktober 2010 lalu, sirine dibunyikan ketika status gunung merapi menjadi awas dan ketika terjadi fenomena awan panas besar," terangnya seperti dikutip esdm.go.id.
Menurut Hanik, kelebihan yang dimiliki sirine sebagai EWS adalah unggul dalam hal kecepatan, karena langsung memberikan pesan "bahaya" kepada masyarakat ketika berbunyi. Di sisi lain, sirine juga memiliki kelemahan saat terjadi awan panas yang memiliki kecepatan luncuran mencapai 100 KM/jam.
"Maka hanya dalam 3 menit awan panas dapat menjangkau 5 KM." jelas Hanik.
Menurutnya, hal yang utama dalam mitigasi bencana adalah menyiapkan masyarakat agar mampu memberikan respon terhadap early warning system secara cepat dan tepat.
"Kita harus memberikan pemahaman kepada masyarakat apa saja sumber ancaman dari bencana gunung api, patuhi Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB). Sehingga jika ada peringatan dini, sudah menjadi suatu perilaku atau budaya, dan secara otomatis masyarakat bisa menyelamatkan diri," tutupnya.
LEAVE A REPLY