Jakarta, BIZNEWS.ID - Profesor virologi di Universitas Udayana, G. N. Mahardika, mengatakan lonjakan kasus Covid-19 harian yang mendekati angka 1.000 orang secara virologi belum mengkhawatirkan. Dia menanggapi angka 973 kasus positif baru yang diumumkan pemerintah pada Kamis 21 Mei 2020.
Menurutnya, tren angka kasus harian meningkat sejalan dengan peningkatan kapasitas laboratorium penguji spesimen atau sampel. Dalam catatannya, Mahardika mengungkapkan, saat ini ada 30 laboratorium sedang berusaha menggenjot kapasitas uji.
“(Lonjakan jumlah kasus) Mestinya tidak membuat kita cemas berlebihan. Secara virologi bukan masalah besar," katanya dalam keterangan tertulisnya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis 21 Mei 2020.
Justru dalam kondisi saat ini, Mahardika menambahkan, Indonesia bisa mengklaim keberhasilan pembatasan sosial. Alasannya, jika wabah dibiarkan alami, per 20 Mei jumlah kasus positif Covid-19 itu minimum mencapai 1,7 juta orang.
Mahardika menghitungnya dari 1 April saat terkonfirmasi 1.677 kasus positif. Sejak saat itu sampai 20 Mei adalah 50 hari. Dengan masa inkubasi dianggap rata-rata 5 hari dan angka reproduksi virus (R0) dianggap satu (satu orang terinfeksi menularkan virus ke satu orang lainnya), maka per 20 Mei seharusnya berjumlah 1.717.248 orang.
Dia membandingkan denga data resmi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 hingga Kamis, 21 Mei, pukul 12.00 WIB, jumlah total kasus positif di Indonesia mencapai 20.162.
Hanya saja, menurut Mahardika, secara epidemiologi Indonesia masih berstatus under-detected. Kemampuan negara dalam pengujian penyakit virus corona 2019 itu diakuinya harus dibenahi segera.
Mengutip data dari berbagai sumber, Mahardika mengatakan jumlah pengujian di Indonesia hanya 65 orang per satu juta penduduk. “Bandingkan dengan Jepang, misalnya, yang mempunyai rasio 509 per sejuta penduduk. Rasio Indonesia hanya 10 persen dari Jepang”.
Jika angka Jepang ini dijadikan patokan, Indonesia baru mendeteksi 10 persen dari kasus yang sebenarnya. Itu artinya, jumlah kasus terkonfirmasi saat ini mestinya minimum 200 ribu.
Angka yang sangat besar namun Mahardika kembali mengingatkan bahwa secara alami, virus corona Covid-19 tidak selalu menyebabkan kasus berat, apalagi sampai meninggal. "Sebagian besar orang yang terpapar tidak menjadi sakit. Yang mengembangkan gejala klinis pun lebih banyak klinis ringan."
Informasi dari WHO, 80 persen pasien yang sakit dapat sembuh tanpa pengobatan khusus. Data dari karantina kapal pesiar Diamond Princess di Jepang yang dimuat pada Journal Eurosurveillance juga menyebutkan persentase orang terpapar tapi tak terinfeksi sekitar 75 persen. Proporsi yang positif tanpa gejala adalah 8 persen, dan yang simptomatik adalah 17 persen.
Sedang data dari Wuhan, Cina, yang dipublikasi di JAMA menyebutkan pasien yang kritis hanya 5 persen dari yang mengeluh ringan sampai berat. Itu berarti 5 persen dari 17 persen, artinya hanya 0,85 persen. Demikian Tempo.co
Photo : google image
Headline
LEAVE A REPLY