Keterangan Gambar : Head of Communication Relations & CID Zona 8, Frans A. Hukom (kiri) bersama Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro (kanan) dalam Kunjungan Lapangan Media SKK Migas - KKKS di Balikpapan, Kaltim, Selasa (7/11).(Foto Humas SKK)
Biznews.id - Balikpapan ' Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Pertamina Hulu Mahakam (PHM) dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengembangkan pengelolaan dan pemanfaatan sampah Kota Balikpapan menjadi energi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Manggar.
Program Pengembangan Masyarakat (PPM) Waste to Energy for Community (Wasteco) yang diinisiasi PHM ini mengubah sampah menjadi bahan bakar metana untuk rumah tangga, serta pengembangan beberapa UMKM di wilayah Manggar. Di atas lahan TPA seluas 5,7 hektar, Kampung Energi Wasteco Manggar berhasil memproduksi gas metana sebesar 820.800 meter kubik setiap tahunnya yang disalurkan ke masyarakat secara swadaya.
Head of Communication Relations & CID Zona 8, Frans A. Hukom, mengatakan Wasteco berhasil mengolah sampah, mengurangi potensi emisi karbon, serta menghasilkan manfaat ekonomi bagi warga sekitar.
”Dengan program Wasteco ini, tak hanya lingkungan yang mendapatkan manfaatnya, tetapi juga masyarakat dapat merasakan manfaat ekonominya," ujar Frans dalam Kunjungan Lapangan Media SKK Migas - KKKS, Selasa (7/11).
Menurut Frans, saat ini ada 380 Kepala Keluarga (KK) dengan lebih dari 1.500 jiwa yang menerima manfaat sambungan gas metana.
“Kami berharap di akhir tahun bisa mencapai 400 KK yang bisa memanfaatkan gas metana dari TPA Manggar. Selain untuk rumah tangga, sejak 2019 hingga saat ini sudah ada 28 UMKM yang turut berkembang,” kata dia.
Suyono, pengelola TPA Manggar mengatakan pengelolaan Program Wasteco ini dilakukan secara swadaya melibatkan komunitas masyarakat, yaitu kelompok pengelola yang betugas mengawasai distribusi gas ke masyarakat serta kelompok Bank Sampah.
“Program Bank Sampah ini kita sebut bayar sampah dengan sampah, jadi hasil dari sampah yang dijual oleh masyarakat, uangnya digunakan oleh mereka untuk membayar iuran gas masyarakat. Saat ini ada 80 nasabah yang terdaftar dan secara aktif terlibat di Bank Sampah,” ujar dia.
Manfaat tersebut juga dirasakan oleh Norma Septiati, Ketua UMKM Manggar. Menurutnya, dari sisi biaya, keberadaan jaringan gas metana untuk masyarakat ini mampu memangkas biaya hingga sekitar 90 persen.
“Jadi yang biasanya kami meggunakan 4 tabung gas LPG per bulan, sekarang cukup membayar Rp 10.000 saja per bulan untuk biaya gas,” kata dia.
Berdasarkan perhitungan, pengurangan penggunan gas LPG 3 kilogram atau subsidi dengan adanya pemanfaatan gas metana ini mencapai 18.240 tabung per tahun.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro mengatakan Program Wasteco merupakan bukti kontribusi positif yang bisa diberikan industri hulu migas yang berdampak langsung bagi masyarakat. Menurutnya, keberadaan industri migas tidak hanya memberikan manfaat kepada negara, tetapi juga masyarakat dan ekonomi di sekitar wilayah operasi KKKS.
“Pemanfaatan energi melalui pengelolaan sampah sudah direalisasikan dengan baik oleh teman-teman PHM dengan sinergi bersama masyarakat lokal,” kata Hudi.
Ia berharap yang sudah dilakukan oleh KKKS PHM di TPA Manggar ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain mengenai pengelolaan serta pemanfaatan sampah menjadi energi, serta memberikan dampak ekonomi yang sangat dibutuhkan masyarakat.
“Mudah-mudahan hasil yang baik ini juga dapat diterapkan atau dicontoh oleh KKKS lain di wilayah operasinya maaing-masing,“ ujar Hudi.(Dens)
LEAVE A REPLY