Jakarta, BIZNEWS.ID - Di berbagai usia, makanan bernutrisi memegang peranan penting dalam menunjang kesehatan fisik, termasuk untuk lansia. Namun, seiring berjalannya waktu, lansia mengalami penurunan nafsu makan karena kondisi alamiah dan faktor kesehatan tertentu yang terjadi pada tubuhnya. Penurunan nafsu makan ini membuat asupan nutrisinya tidak tercukupi dengan baik. Padahal, nutrisi dibutuhkan bagi lansia untuk membantu tubuh tetap bertenaga.
Simak apa saja hal yang menyebabkan penurunan nafsu makan lansia dan cara menyiapkan makanan untuk mereka agar nutrisinya bisa tercukupi secara optimal.
Penyebab turunnya nafsu makan ketika menginjak usia lanjut
Umumnya, lansia mengalami penurunan nafsu makan, sebagian besar karena pengaruh kesehatan fisik yang menurun. Menurut jurnal Nursing Older People, sekitar 15 sampai 30 persen lansia mengalami anoreksia seiring pertambahan usianya. Penurunan selera makan membuat lansia kehilangan berat badannya dan kekurangan nutrisi yang cukup.
Ada beberapa hal yang menyebabkan lansia susah makan seperti dikutip HelloSehat.
1. Kesulitan mengunyah
Kesehatan gigi dan mulut berkaitan erat dengan pemenuhan nutrisi lansia. Gigi yang berlubang dan gusi berdarah kerap jadi kondisi umum lansia yang membuat mereka sulit mengunyah makanan.
Berdasarkan sebuah riset dari Dental Research Journal, 160 lansia yang rata-rata berusia 80 tahun tidak mampu mencukupi nutrisinya secara optimal. Ini dikarenakan adanya hubungan antara kesulitan mastikatori, yaitu menurunnya kemampuan mengunyah dan menggigit makanan. Ketika lansia sulit mengunyah, sulit baginya untuk memproses makanan.
Kesehatan oral yang buruk dipengaruhi diet yang kurang berkualitas, misalnya dari pemilihan makanan yang memengaruhi kesehatan giginya. Di samping itu, lansia yang kurang cermat merawat kebersihan gigi dan mulut, juga berdampak pada kesehatan oralnya. Munculnya masalah gigi dan mulut, membuat lansia jadi enggan makan dan bisa saja kehilangan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
2. Kesulitan menelan makanan
Disfagia atau kesulitan menelan makanan terjadi seiring pertambahan usia. Hal ini bisa terjadi pada lansia, meskipun tidak semua. Kesulitan menelan ini disebabkan adanya kekakuan otot, otot kerongkongan tidak dapat rileks, kerongkongan yang menyempit karena struktur, dan sebagainya.
Di samping itu, penurunan fungsi saraf dan otot memengaruhi proses koordinasi mengunyah dan menelan makanan. Beragam hal ini menimbulkan sensasi tersedak di kerongkongan saat ia menelan makanan. Kondisi ini sering terjadi pada lansia dengan penyakit Parkinson dan stroke.
Disfagia pada lansia bisa ditandai beberapa hal di bawah ini.
Makanan tersangkut pada tenggorokan atau dada
Rasa sakit saat menelan
Tersedak
Makanan atau minuman yang sudah tertelan, kembali keluar lewat mulut atau hidung
Lansia yang sulit memproses makanan menyebabkan tubuhnya tidak mendapatkan nutrisi yang cukup. Pada akhirnya, berpengaruh pada penurunan berat badan, malnutrisi, hingga dehidrasi.
3. Masalah pencernaan
Daya memproses makanan antara orang dewasa muda dan lansia berbeda. Lansia cenderung makan dengan porsi sedikit, makan lebih lambat, serta tidak cepat lapar. Perubahan selera makan ini dipengaruhi pencernaan yang lambat dalam mencerna dan mengosongkan lambung.
Ini membuat lansia merasa lebih cepat kenyang dan selera makannya menurun. Proses makan yang lamban ini mengakibatkan lansia sering mengalami masalah sistem pencernaan, seperti sembelit atau susah BAB.
Rasa kenyang muncul karena anggota tubuh berkomunikasi satu sama lain. Sinyal kenyang diterima melalui komunikasi antara sistem pencernaan yang dikirimkan ke otak. Otak seakan memerintah untuk berhenti makan. Hormon leptin yang dilepaskan tubuh mengirimkan sinyal kenyang ke otak karena lambung masih terisi makanan. Sementara hormon ghrelin yang merupakan hormon yang mengontrol nafsu makan, cenderung rendah pada lansia.
Kondisi ini sering berdampak pada gangguan pencernaan, mulai dari sakit maag (dispepsia), GERD, hingga sembelit.10 Masalah pencernaan ini juga mengganggu penyerapan nutrisi yang dibutuhkan bagi tubuh. Nutrisi yang tidak berimbang dapat mengakibatkan lansia tidak berenergi karena kehilangan massa tulang dan otot yang lebih cepat, serta sistem imun yang rendah sehingga meningkatkan risiko infeksi penyakit.
Menyajikan makanan bernutrisi untuk lansia
Beragam kondisi penurunan selera makan pada lansia memang sulit dihindari. Namun, ada beberapa cara yang dapat diterapkan agar tubuh tetap ternutrisi secara optimal. Pemenuhan nutrisi penting bagi tubuh dalam meningkatkan energi agar lansia tetap bisa beraktivitas fisik secara mandiri.
Tak hanya itu, nutrisi menjaga kerja sistem imun dalam mencegah infeksi penyakit, termasuk menekan risiko terjadinya osteoporosis, tekanan darah tinggi, gangguan jantung, diabetes tipe 2, serta penyakit kanker.
Makanan yang diberikan perlu disesuaikan dengan kondisi tubuh lansia. Mulai dari pemilihan nutrisi, pengolahan makanan, maupun pengaturan pola makan.
1. Berikan makanan bernutrisi dan mudah dicerna
Agar lansia memiliki kualitas hidup yang sehat dan tubuhnya bertenaga, pastikan agar nutrisinya cukup. Dalam pemilihan menu makanan, baiknya fokus pada asupan yang mendorong energi. Pemilihan nutrisi penting berguna untuk menjaga berat badan yang normal, menguatkan otot, serta mendukung metabolisme tubuhnya.
Berikut pemilihan nutrisi yang mudah dicerna tubuh dan mendukung kesehatan lansia.
Protein
Asupan protein dalam tiap menu harian lansia memberikan kekuatan otot dan meningkatkan energi lansia dalam berkegiatan. The Population Reference Intake set by the European Food Safety Authority merekomendasikan asupan protein dewasa (muda dan tua) mencapai 0,83 protein/kg. 14 Asupan protein sehat dapat diperoleh dari telur, daging unggas atau sapi yang telah dimasak lunak, ikan tanpa tulang, dan susu.
Lansia juga bisa diberikan asupan tambahan susu yang mengandung protein whey. Protein whey khususnya, dalam bentuk cair akan mudah diserap dan mempercepat pengosongan lambung, sehingga lansia tetap bisa mengonsumsi makanan setelahnya.
Secara biologis, protein whey juga baik karena mengandung asam amino lengkap dan mudah diserap tubuh. Dalam penelitian The Journal of Nutrition dikatakan asam amino berperan efektif dalam mengembalikan massa otot dan menghimpun kekuatan otot lansia. Pada umumnya, lansia mengalami kehilangan massa otot seiring bertambah usianya. Maka itu, dibantu dengan asupan asam amino secara teratur tentunya memampukan lansia untuk aktif secara fisik dalam berkegiatan sehari-hari.
Karbohidrat
Karbohidrat juga punya peran dalam mendorong energi lansia di dalam tubuhnya. Pilih makanan berbasis karbohidrat, seperti kentang kukus yang lembut, oats, nasi, maupun roti. Dalam pengolahannya, Anda perlu memastikan makanan berkarbohidrat bertekstur lembut supaya lansia mudah mengunyah dan menelan makanan.
Lemak nabati
Lemak menjadi nutrisi penting dalam menyokong tenaga lansia. Pilihlah asupan lemak sehat dari tumbuh-tumbuhan (nabati), seperti alpukat, produk kedelai (tahu dan tempe), dan kacang-kacangan (almond, kedelai, macadamia). Selain menyertakan pada menu harian, lemak nabati bisa menjadi makanan camilan untuk lansia.
Serat
Serat menjaga sistem pencernaan lansia berjalan lancar, serta menurunkan risiko konstipasi. Berikan beragam sayuran dan buah-buahan, seperti tomat, melon, semangka, stroberi, wortel, dan lainnya. Vitamin dan mineral dalam serat juga mendukung sistem imun dalam melindungi tubuh dari peradangan. Perlu diingat, karena buah-buahan cenderung mengandung tinggi gula, cobalah sajikan dengan rasio 2/3 sayuran dan 1/3 buah-buahan setiap harinya agar kalori lansia tetap terjaga dengan baik.
Di samping konsumsi serat, selalu pastikan lansia mencukupi kebutuhan air mineralnya setidaknya 1,5-2 liter per hari. Konsumsi serat yang diimbangi dengan kecukupan air mineral dapat melancarkan sistem pencernaan dan mencegah risiko sembelit atau susah BAB. Jangan bosan untuk mengingatkan lansia minum banyak air mineral agar tubuhnya tetap terhidrasi dan kesehatan sistem pencernaannya terjaga.
2. Olahan makanan yang mudah ditelan
Bagi lansia yang kesulitan mengunyah dan menelan makanan, berikan olahan makanan yang betul-betul lembut. Anda bisa menyiapkan makanan bertekstur lembut dan dicincang, agar lansia mudah mengonsumsinya. Sajian makanan yang tepat kurang lebih bertekstur seperti makanan bayi.
Dalam memproses makanan, sebisa mungkin hindari pemakaian minyak. Makanan sehat lebih baik diproses dengan cara direbus dan dikukus, sehingga makanan lembut dan sehat. Sementara itu, bila ingin menyajikan snack berupa biskuit, sediakan juga susu untuk melembutkan biskuit. Makanan yang lembut membantu lansia untuk mengunyah dan menelannya.
Untuk melembutkan, Anda bisa menggunakan blender atau food processor untuk menghasilkan tekstur halus seperti bubur. Makanan yang bisa dihaluskan, antara lain daging, ikan, sayuran, kentang, tomat, maupun buah-buahan.
Jangan lupa, saat menyajikan makanan terutama daging dan ikan, hilangkan terlebih dulu tulang-tulang yang ada. Lakukan ini supaya lansia dapat menikmati makanan dengan baik dan mencegah adanya duri yang mungkin tersangkut di mulut atau tenggorokan.
Bila ia masih mampu mengunyah dengan baik, Anda bisa membuatkan makanan yang dipotong kecil-kecil. Ini memudahkan ia mengunyah dan mencegah risiko tersedak. Dengan begitu, ini akan memudahkan mereka untuk makan sehingga nutrisi tercukupi dengan baik.
3. Pola makan yang teratur
Pastikan lansia memiliki jadwal makan yang tetap dan teratur agar nutrisi di dalam tubuhnya tetap terjaga. Tetapkan tiga kali jadwal makan besar setiap hari, mulai pagi, siang, dan malam. Pastikan lansia tidak melewatkan jam makan untuk menurunkan risiko malnutrisi. Terutama sarapan, untuk menghimpun tenaga, karena semalaman perut tidak diisi makanan.
Bagi lansia yang cenderung cepat kenyang dan tidak bisa mengonsumsi makanan dalam jumlah besar, Anda bisa membagi makanan dalam porsi yang lebih kecil dengan frekuensi sering. Misalnya, membagi jadwal makan enam sampai 10 kali dalam satu hari dengan jadwal yang tetap. Selingi juga makanan utama dengan snack sehat, seperti buah yang dipotong kecil-kecil agar ia mendapatkan vitamin dan mineral, serta serat yang sehat.
Pola makan menetap ini dapat menghindari lansia dari rasa terlalu kekenyangan. Di samping itu, mencegah terjadinya perut kembung yang menjadi pertanda umum masalah maag. Pola makan yang teratur juga menjaga energi lansia tetap terjaga sepanjang waktu.
4. Hindari makanan pemicu masalah pencernaan
Sebelumnya disebutkan, pertambahan usia di masa lansia berkaitan erat dengan kondisi pencernaannya. Maka itu, rawat lansia dengan tidak memberikan makanan pemicu gangguan pencernaan, seperti maag. Berikut makanan dan minuman yang sebaiknya dihindari lansia.
Minuman bersoda
Makanan pedas
Makanan tinggi lemak, seperti keju, kek, pie, pastri
Kafein, seperti teh dan kopi
Makanan atau minuman yang asam dan pedas
Selain menghindari makanan tersebut, jangan lupa hindari makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh, seperti lemak dari daging atau makanan yang digoreng dengan banyak minyak. Meskipun lemak penting bagi tubuh lansia sebagai simpanan energinya, Anda tetap bisa memilihkan makanan lemak sehat, seperti kacang-kacangan yang disangrai dan alpukat. Lakukan ini agar tubuh mendapat asupan nutrisi dan kolesterol tetap stabil.
Keempat poin di atas adalah cara yang bisa dilakukan untuk memberikan nutrisi yang tepat untuk lansia. Anda bisa memberikan susu yang mengandung protein whey dan telah ditambahkan nutrisi penting seperti serat, vitamin E, B6, B12. Konsumsinya dapat bantu mencukupi kebutuhan nutrisi lansia dan meningkatkan kekuatan fisik lansia untuk beraktivitas.
Meski kemampuan tubuhnya tak lagi semaksimal masa muda, penyerapan nutrisinya bisa dioptimalkan melalui cara-cara penyajian makanan sehat bagi lansia seperti di atas. Namun, ada baiknya untuk berkonsultasi kepada dokter gizi atau ahli nutrisi mengenai rencana pemberian nutrisi lansia, menyesuaikan dengan kondisi kesehatannya.
Photo : google image
Headline
LEAVE A REPLY