Jakarta, BIZNEWS.ID - Berdasarkan hasil kajian IEB Institute (Indonesia Eximbank Institute), nilai ekspor rumput laut selama periode Januari-Oktober 2021 tercatat naik sebesar 20,42% year-on-year (yoy) mencapai USD177,99 juta. Pertumbuhan nilai ekspor secara kumulatif tersebut juga diikuti oleh pertumbuhan di sisi volume ekspor sebesar 11,68% year-on-year (yoy) menjadi 159,59 ribu ton dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar 142,90 ribu ton.
"Meskipun kinerja ekspor pada tahun 2020 sempat mengalami penurunan, namun di sisi lain Indonesia mampu menempati peringkat kedua sebagai negara eksportir rumput laut terbesar di dunia yang berdaya saing baik" ujar Rini Satriani, Kepala Divisi IEB Institute Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) pada rilisnya, Senin (27/12) seperti dikutip kemenkeu.go.id.
Jenis rumput laut Indonesia yang dikenal baik di pasar global adalah Eucheuma Cottonii. Jenis ini memiliki porsi 71,59% dari total ekspor produk rumput laut Indonesia di tahun 2020 yang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan karagenan. Sementara, jenis rumput laut Gracilaria sp. menjadi produk ekspor rumput laut terbesar kedua dengan porsi 11,89% yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan agar-agar.
Rini menyebutkan tujuan ekspor rumput laut Indonesia pada tahun 2020 didominasi ke negara Tiongkok dengan porsi terbesar (82,36%), lalu diikuti Korea Selatan (5,25%), Chile (3,20%), Vietnam (2,09%), dan Perancis (1,97%).
“Sulawesi Selatan merupakan wilayah asal ekspor rumput laut terbesar Indonesia dengan kontribusi sekitar 47,95% dari total ekspor rumput laut Indonesia dan diikuti oleh Jawa Timur dengan konstribusi sekitar 26,60%.” tambah Rini.
Melihat tren positif dari kinerja ekspor serta potensi yang luar biasa, Indonesia perlu mengoptimalkan kapasitas produksi komoditas rumput laut ini. Untuk itu, LPEI / Indonesia Eximbank meresmikan Desa Devisa penghasil rumput laut yang berlokasi di Desa Kupang, Sidoarjo, Jawa Timur.
Headline
LEAVE A REPLY