Home Energi Kreatif, Mahasiswa Universitas Pertamina Ubah Limbah Kulit Salak Jadi Energi

Kreatif, Mahasiswa Universitas Pertamina Ubah Limbah Kulit Salak Jadi Energi

0
SHARE
Kreatif, Mahasiswa Universitas Pertamina Ubah Limbah Kulit Salak Jadi Energi

Jakarta, BIZNEWS.ID - Pemerintah terus menggenjot target bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen di tahun 2025 mendatang. Hingga Desember 2020 lalu, Dewan Energi Nasional (DEN) menyebutkan, bauran EBT baru mencapai 11,20 persen. Diperlukan dukungan dari semua pihak untuk mencapai bauran energi nasional.

Kendati demikian, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pemerintah telah berhasil menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 1.478 megawatt. Persentase kenaikan rata-rata setiap tahun ditaksir mencapai 4 persen. Pada semester pertama tahun 2021, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat, kapasitas pembangkit EBT naik sebesar 217 megawatt.

Andrea Hanna Rininditia, mahasiswa Program Studi Kimia Universitas Pertamina, menawarkan solusi pembuatan kapasitor sebagai penyimpan listrik dengan memanfaatkan limbah kulit salak. “Kulit salak kaya akan senyawa karbon. Senyawa ini merupakan bahan penyusun yang baik untuk kapasitor. Sehinggga, kapasitor bank yang menggunakan superkapasitor dari limbah kuit salak ini berpotensi memuat energi listrik dalam jumlah yang lebih besar,” ungkap Dea dalam wawancara daring, Kamis (09/09).

Dalam merancang inovasi EBT tersebut, Dea menggunakan metode kimia komputasi. Metode dengan simulasi komputer ini membuat proses uji coba produksi senyawa karbon dari limbah, dilakukan dengan lebih optimal. Hemat waktu dan hemat biaya.

Selain mengakselerasi target capaian bauran EBT, inovasi ini, menurut Dea juga berpotensi membantu pemerintah dalam pemenuhan Sustainable Development Goals (SDGs) point tujuh, yakni memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan, dan berkelanjutan. “Inovasi ini, saya harapkan, juga dapat membantu memenuhi kebutuhan listrik di daerah yang belum terjangkau di Indonesia. Sehingga, dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia untuk mencapai pembangunan kota dan permukiman yang inklusif, aman, serta berkelanjutan, sesuai dengan SDGs point ke-11,” tutur Dea.

Inovasi ini mengantarkan Dea meraih juara 2 dalam Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Nasional (Pilmapresnas) 2021 Tingkat LLDIKTI Wilayah III. Dea juga berkesempatan maju ke seleksi tingkat nasional mengalahkan ratusan peserta seleksi. “Ide inovasi ini muncul ketika saya mendapat mata kuliah Pengantar Teknologi Informasi dan Statistika, yang mempelajari bahasa pemrograman. Selain itu, mata kuliah lain seperti Kimia Pemodelan dan Analisis Data yang berfokus pada kimia komputasi, juga mendorong semangat saya untuk membawa penelitian ini ke tahap yang lebih serius,” ujar Dea.

Di Universitas Pertamina, mahasiswa telah dibiasakan untuk berinovasi sejak dini. Selain melalui metode pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning), mahasiswa juga seringkali dilibatkan dalam proyek penelitian gagasan para dosen. Disamping itu, dukungan untuk keterlibatan mahasiswa di berbagai ajang inovasi juga diberikan secara penuh. Melalui kegiatan magang, mahasiswa juga diberikan ruang berinovasi untuk memecahkan masalah riil yang terjadi di dunia usaha dan dunia industri.