Jakarta, BIZNEWS.ID - Tata cara penulisan jurnal penelitian sering kali membuat mahasiswa, guru dan dosen mengalami kebingungan, padahal di era baru pendidikan kita sekarang menuntut jurnal sebagai syarat utama dalam berbagai moment terutama dalam meningatkan kariernya. Selain itu, penulisan jurnal juga merupakan bentuk tanggungjawab sosial dan akademis bagi para pengajar.
Tiap jurnal yang terbit tidak terlepas dari beberapa kaidah atau aturan yang berbeda-beda, tergantung porsi yang diinginkan penerbit. "Menulis artikel jurnal itu butuh kesabaran dan merupakan perpaduan antara aspek teknis dan mentalitas," ujar Editor in Chief Jurnal Komunikator UMY dan Editor in Chief Jurnal Aspikom Indonesia Dr. Filosa Gita Sukmono, M.A dalam Zoom Meeting Cloude STIKOM InterStudi The Series #5 dengan tema Menulis Artikel Menembus Jurnal Nasional dan Internasional Bereputasi.
Menurut Filosa, diperlukan strategi khusus dalam menulis artikel jurnal. Dalam menulis jurnal, seorang dosen, guru atau mahasiswa harus memiliki riset terlebih dahulu. "Dulu mungkin banyak jurnal yang diambil dari kajian konseptual, namun saat ini sebagian besar jurnal adalah hasil dari riset," kata Filosa.
Setelah melakukan riset, seorang dosen juga harus rajin mengikuti conference karena dengan mengikuti conference, dapat menambah ilmu termasuk ilmu dalam melakukan mereview terhadap sebuah jurnal. Langkah selanjutnya adalah dengan memahami logika Open Journal System (OJS). "Dengan memahami logika OJS, penulis bisa mengetahui bagaimana cara mendaftar dan akses summit sebuah jurnal," tambah “Master of Art” di Prodi Kajian Budaya dan Media, Sekolah Pascasarjana UGM ini.
Di Indonesia, OJS ini sangat menguntungkan para pembaca karena umumnya jurnal bereputasi di Indonesia tidak berbayar. Filosa mengatakan sangat menghargai kebiakan pemerintah yang mengharuskan jurnal yang open akses. Karena banyak jurnal internasioal yang hanya bisa membuka abstraknya saja tanpa bisa melihat isi jurnalnya.
Unuk penulis pemula disarankan untuk membaca author giudline karena di dalamnya berisi peraturan bagaimana penulisan jurnal yang sesuai standar. "Misalnya besar huruf harus berapa, spasinya harus berapa, berapa halaman yang disyaraktkan dan sebagainya. Jadi tidak bisa seenaknya sendiri," tambahnya.
Penulis jurnal, lanjutnya, juga harus memahami etika publikasi. Ini banyak terjadi untuk penulis pemula yang banyak menyalahi etika dalam penulisan jurnal sehingga tidak jarang banyak penulis yang di blacklist. "Asosiasi Pengelola Jurnal Ilmu KOmunikasi (APJI) sepakat author akan diblacklist di semua jurnal komunikasi jika dia menilis satu tulisan tapi di summit ke beberapa jurnal. Jadi kalo sudah summit disatu jurnal, ditunggu saja diterima atau ditolak," kata Doktoral Ilmu Komunikasi di Universitas Padjadjaran Bandung ini.
Etika publikasi yang perlu diperhatikan lainnya adalah memahami bahwa pengelola jurnal dalam menyiapkan publikasinya butuh waktu yang panjang untuk mereview sehingga pengajuan tulisan kepada satu jurnal tidak bisa serta merta ditarik secara sepihak. Dan ini banyak terjadi.
Terkait dengan author giudline, penulis perlu mengikuti secara cermat template dari jurnal yang dituju. "hampir 50 persen yang summit tulisan ke jurnal masih tidak sesuai dengan templete yang ditentukan.
Dan yang tak kalah penting dalam penulisan jurnal adalah jumlah daftar pustaka atau referensi. Menurut Filosa, sebuah jurnal yang baik harus memiliki dafar pustaka yang banyak. Bahkan jurnal internasional ada yang mensyaratkan harus memiliki daftar pustakan minmlal 30 dan 15 daftar pustaka untuk jurnal nasional.
selain itu, Filosa menyarankan agar penulis belajar munakan pengutipan otomatis, biasanya menggunakan Mendeley dengan APA versi 6 atau 7. "Dengan kutipan otomatis maka manfaatnya jurnal kita akan tersimpan di program word," ujarnya.
Diluar masalah teknis, faktor mentalitas juga diperlukan bagi seorang penulis jurnal dengan “Berkepala dingin” merespon komentar reviewer jurnal. Selain itu, dianjurkan untuk membangun relasi yang baik dengan para editor jurnal. Ini bermanfaat untuk mengetahui pola pikir para editor.
Dan yang paling penting, bagaimana membuat editor tertarik dengan artikel yang kita ajukan. Untuk itu Artikel harus mempunyai kebaruan. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa cara diantaranya melakukan penelusuran Riset atau artikel jurnal dengan tema yang sama, keunikan tema dan manfaat yang diperoleh dari hasil riset atau artikel yang diajukan.
Terkait penulisan jurnal Internasional, selain menggunakan strategi diatas, bagi yan kemampuan bahasa Inggrisnya kurang, Ia menyarankan untuk menggunakan jasa penterjemah yang sudah memiliki sertifikat terutama bidang sosial, komunikasi atau humaniora, karena banyak bahasa teknis yang tidak dikuasai penterjemah pada umumnya.
Di Akhir sesi, Ketua STIKOM InterStudi The Series Suhendra atmaja, S.Sos, M.S.i, Lmberharap agar materi yang disampaikan Dr. Filosa Gita Sukmono bisa bermanfaat bagi para penulis terutama para penulis pemula agar bisa menembus jurnal baik nasional dan Internasional. "Kegiatan sejenis akan terus dilakukan agar karya mahasiswa dapat diaplikasikan di dunia jurnal," tutupnya.
Headline
LEAVE A REPLY