Jakarta, BIZNEWS.ID - di masa pandemi saat ini semua sektor perekonomian mengalami penurunan, terutama sektor pariwisata, padahal sebelum pandemi Indonesia kuat dengan pariwisata yang kaya akan alam dan budaya. Melihat keresahan ini mahasiswa STIKOM InterStudi jurusan Public Relations Executive 2018 pada mata kuliah Event Project II menyelenggarakan webinar dengan tema "Pengembangan Wisata Edukasi” pada Rabu, 18 Agustus 2021 pada aplikasi Zoom dan live streaming di YouTube.
Webinar yang berlangsung 2 jam ini, mengundang narasumber yang sudah berpengalaman di bidang pariwisata, seperti Prof. Dr. Martani Huseini, MBA – Keynote Speaker, Hester Sophie Basoeki – Pemilik Kampoeng Wisata Cinangneng, Myra Gunawan – Pensiunan Kemenbudpar & ITB, Yuslifar Mustofa S,Ikom – Influencer, dan dibantu oleh Nanda Davega sebagai Moderator.
Webinar yang diikuti oleh puluhan peserta ini dibuka oleh Pak Martani, beliau menyampaikan konteks wisata edukasi itu seperti berselancar, wisata itu juga mempunyai keuntungan dengan mendapat edukasi tambahan lintas budaya dan masyarakat setempat, seperti yang diinginkan oleh pak Nadiem.
“Diskusi pada webinar ini saya bersemangat, karena mendengarkan tokoh atau pakar dari pariwisata. Mudah mudahan ada kesempatan yang menarik di era pandemi, kita bisa mengadakan kegiatan tambahan untuk mengasah otak, bisa disampaikan oleh adik adik kita khususnya jurusan Public Relations. Selamat kepada panitia. Selamat mengikuti webinar,” ungkap pak Martani.
Narasumber kedua ibu Hester memaparkan bahwa masyarakat pedesaan Indonesia dikenal dengan masyarakat yang ramah dan dikenal oleh dunia. Wisatawan suka bergaul dan berkenalan dengan masrayakat setempat, mereka tertarik datang ke Indonesia untuk mengunjungi kegiatan original masyarakat.
“Inilah yang membuat saya tertarik, berdasarkan pengalaman pribadi, 20 tahun yang lalu, saya fikirkan adalah kalau saya dapat kesempatan di sebuah desa dimanapun berada, saya akan merasa bermanfaat untuk wisatawan yang datang, juga untuk penduduk masyarakat agar dimanfaatkan menjadi daerah tujuan wisata, itu yang menjadi semangat saya, kenapa tidak walaupun pada saat saya menginjakkan kaki adalah pendatang bukan pendduduk asli,” cerita ibu Hester.
Ibu Hester menambahkan wisata edukasi bukan hanya pengunjung yang bahagia, tapi penduduk sekitar juga harus merasa bahagia dan memperkenalkan kemampuan mereka pada generasi baru di Indonesia bahwa sebelum mendapatkan nasi di atas piring, mereka harus tahu ada sekian proses yang dilaksanakan oleh petani di desa. Pengalaman ini bisa didapat di Desa Wisata Kampung Cinangneng, pengunjung datang bisa memandikan kerbau di sungai, bisa membuat wayang di daun singkong, melukis di kuping caping.
Objek wisata di Indonesia sangat banyak dan berhubungan erat dengan alam, bangga menjadi turut bagian di dalamnya dengan wisata alam dan warga setempat, dengan berusaha meletarikan kebudayaan, pendidikan, dan pengalaman untuk masyarakat sekitar.
Sudut pandang lain diberikan oleh ibu Myra, sebagai pengunjung tempat wisata tidak hanya ambil foto tapi juga mengambil lokal wisdom-nya, karena berwisata sama saja dengan membayar pengalaman. “Contohnya turis dari Eropa yang tertarik dengan wisata edukasi di Indonesia, mereka membantu membersihkan sampah di Sungai Citarum dan para divers yang ikut menjaga kebersihan di laut, itulah contoh wisata edukasi,” ujar ibu yang pernah menjadi dosen di ITB. Tempat wisata yang baik tidak hanya memberikan informasi tapi memberikan nilai edukasi dari elemen pada tempat wisata. Tambah ibu Myra.
Narasumber terakhir Fano memberikan opininya sebagai influencer yang sekaligus generasi millennials, Fano yang pernah menjabat sebagai ketua BEM STIKOM InterStudi ini mempresentasikan data bahwa penurunan kunjungan di tempat wisata terjadi semenjak pandemi. “Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat terdampak akibat adanya pandemi Covid-19. Berdasarkan data BPS (2021), terdapat penurunan jumlah wisatawan yang cukup signifikan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
Total kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun 2020 sebesar 4,02 juta kunjungan”. Tips tambahan dari Fano, cara melestarikan wisata Indonesia di masa pandemi adalah dengan share keindahan dan pesona wisata Indonesia di social media.
Headline
LEAVE A REPLY