Keterangan Gambar : Disaksikan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, bp Regional President Asia Pacific, Gas & Low Carbon Energy Kathy Wu dan Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional Taufik Adityawarman menandatangani MoU untuk kerja sama di Tangguh.(Foto Dendi)
BizNews.id - Nusa Dua - Konvensi Internasional Hulu Minyak dan Gas Bumi Indonesia ke-4 tahun 2023 di Bali Nusa Dua Convention Center, Rabu (20/9), menghasilkan beberapa nota kesepakatan atau MoU kerja sama. Di antaranya yang dilakukan BP Berau Ltd (bp), operator Tangguh dan bertindak atas nama Kontraktor Kontrak Kerjasama Bagi Hasil (PSC) Tangguh, dan PT Kilang Pertamina Internasional (Pertamina), anak perusahaan PT Pertamina (Persero).
Di hari pertama ICIOG ke-4 tahun 2023 ini, bp dan Pertamina menandatangani MoU untuk kerja sama dalam mendukung studi yang akan dilakukan Pertamina mengenai potensi pasokan gas dan injeksi CO2 di Tangguh, terkait potensi pengembangan amonia biru di Teluk Bintuni, Papua Barat.
PSC Tangguh terdiri dari bp dan afiliasinya, yakni MI Berau B.V., CNOOC Muturi Limited., Nippon Oil Exploration (Berau), Limited, KG Berau Petroleum Ltd., Indonesia Natural Gas Resources Muturi, Inc. dan KG Wiriagar Petroleum Ltd.
Studi yang dilakukan Pertamina bertujuan untuk mendukung potensi pertumbuhan dalam industri petrokimia, khususnya di Papua Barat sebagai upaya untuk membantu meningkatkan ekonomi lokal. MoU ini juga membuka jalan bagi bp dan Pertamina dalam mendukung transisi energi dengan menyediakan produk energi bersih melalui Tangguh CCUS.
Proyek Tangguh CCUS yang dilakukan oleh bp telah mendapatkan persetujuan Plan of Development dari pemerintah Indonesia pada tahun 2021, dengan pekerjaan FEED yang sedang berlangsung dan rencana persetujuan proyek dalam waktu dekat. Tangguh berada pada posisi yang tepat dan memiliki potensi untuk menjadi pusat CCS pertama di negara ini bagi penghasil emisi baik domestik maupun internasional.
Saat ini Pertamina sedang mempelajari peluang untuk mengoptimalkan potensi pasokan gas di Teluk Bintuni, Papua Barat, serta memanfaaatkan Tangguh CCUS untuk memproduksi amonia biru, sebagai salah satu alternatif energi bersih masa depan. Upaya kolaboratif ini dapat menjadi terobosan dalam membuka jalan untuk memproduksi energi bersih dari negara ini.
"Sebagai perusahaan energi yang telah beroperasi di Indonesia lebih dari lima dekade, kami dengan bangga mendukung Pertamina dan pemerintah Indonesia dalam agenda net zero melalui potensi pasokan gas dan injeksi CO2 di Tangguh. MoU ini menandakan kerja sama strategis kami dengan Pertamina," jelas Kathy Wu, bp Regional President Asia Pacific, Gas & Low Carbon Energy.
Sementara Taufik Adityawarman selaku Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, menyatakan Pertamina Internasional berkomitmen untuk menyelesaikan Trilema Energi dengan menyediakan energi yang tidak hanya mencukupi dan terjangkau, tetapi juga berkelanjutan bagi negara, dengan agresif mengeksplorasi energi bersih alternatif baru, termasuk amonia biru, yang merupakan salah satu pendorong utama produksi listrik bersih dengan co-firing.
"Sebagai pelaku usaha bidang refineri dan petrokimia hilir, kolaborasi PT KPI dengan perusahaan hulu minyak dan gas untuk membawa teknologi CCS adalah faktor penting dalam mencapai sertifikasi Biru dengan mengurangi lebih dari 70% emisi CO2 dari proses produksi Amonia," kata Taufik.
"MoU ini merupakan awal dari upaya kolaboratif antara Pertamina dan bp untuk mendukung agenda net zero yang telah menjadi komitmen penting pemerintah Indonesia," pungkasnya.(Dens)
LEAVE A REPLY