Home Nasional Badan Geologi: Tidak Ada Gunungapi Dalam Status Awas

Badan Geologi: Tidak Ada Gunungapi Dalam Status Awas

0
SHARE
Badan Geologi: Tidak Ada Gunungapi Dalam Status Awas

Jakarta, BIZNEWS.ID - Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eko Budi Lelono menginformasikan, berdasarkan Pemantauan Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), saat ini tidak ada gunungapi di Indonesia dalam status "Awas" atau level IV. Seluruh gunungapi yang dipantau secara realtime 24 jam tersebut berada dibawah status Awas, yakni dalam status Siaga (Level 3), Waspada (Level 2) dan "Normal" (Level 1).


"Saat ini tidak ada gunungapi aktif di Indonesia yang dipantau berada pada tingkat aktivitas AWAS atau Level IV,"kata Eko dalam konferensi Persnya terkait Kondisi Terkini Aktivitas Gunung Anak Krakatau hari ini, Selasa (9/2) seperti dikutip esdm.go.id.


Terdapat 4 gunungapi aktif yang berada pada tingkat aktivitas SIAGA, 18 Gunungapi berada pada WASPADA dan 47 gunungapi berada tingkat aktivitas Status Normal.


"Empat gunungapi aktif yang berada pada tingkat aktivitas SIAGA atau Level 3, yaitu Gunung Sinabung di Sumatera Utara, Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Gunung Semeru di Jawa Timur, dan Gunung Ili Lewotolok di Nusa Tenggara Timur. Sedangkan 18 gunungapi yang berada pada Level 2 atau Waspada, yakni Gunung Dempo, Awu, Kerinci, Marapi, Anak Krakatau, Bromo, Rinjani, Sangeangapi, Ili Werung, Sirung, Soputan, Lokon, Karangetang, Gamalama, Gamkonora, Ibu, Dukono dan Banda Api," lanjutnya.


Dari 69 gunungapi yang dipantau PVMBG tersebut, terdapat 11 gunungapi yang mengalami erupsi yaitu, Sinabung, Kerinci, Anak Krakatau, Merapi, Dieng, Semeru, Ili Lewotolok, Ile Werung, Sirung, Ibu dan Dukono.


Selain menimbulkan bahaya primer berupa jatuhan piroklastik ataupun aliran piroklastik, erupsi gunungapi juga berpotensi disertai oleh bahaya ikutan lainnya yang mungkin timbul, seperti terjadinya tsunami. Saat ini terdapat 9 gunungapi yang berpotensi membangkitkan tsunami jika terjadi erupsi, yaitu: Gunung Anak Krakatau (Selat Sunda), Gunung Tambora (NTB), Gunung Iliwerung, Hobal (NTT), Gunung Rokatenda (NTT), Utara Flores, Gunung Ruang (Sulut), Gunung Awu (Sulut), Gunung Gamkonora (Maluku utara), Gunung Teon (Maluku), dan Gunung Gamalama (Ternate, Maluku utara).


Sejarah mencatat korelasi erupsi gunungapi dengan terjadinya tsunami, di mana kejadian yang paling baru adalah erupsi Gunung Anak Krakatau pada tahun 2018, yang sebelumnya juga tercatat kejadian pada tahun 1883. Kejadian lainnya adalah erupsi Gunungapi Tambora tahun 1815, Ili werung-Hobal (tahun 1973, 1979, dqn 1983), Rokatenda (1928), Gamkonora (1673), dan Gunungapi Ruang pada tahun 1871.


Sementara itu, Kepala PVMBG Andiani menyarankan kepada masyarakat, jika ingin mendapatkan informasi bencana geologi dapat mengunduh aplikasi magma Indonesia. Di dalam aplikasi ini masyarakat akan mendapatkan informasi terbaru secara realtime.


"Karena aplikasi ini sangat bermanfaat untuk mengetahui kondisi kebencanaan secara realtime termasuk bencana gunungapi di dalamnya," tambah Andiani.


MAGMA Indonesia (Multiplatform Application for Geohazard Mitigation and Assessment in Indonesia) adalah aplikasi multiplatform (web & mobile) dalam jaringan berisikan informasi dan rekomendasi kebencanaan geologi terintegrasi (gunungapi, gempabumi, tsunami, dan gerakan tanah) yang disajikan kepada masyarakat secara kuasi-realtime dan interaktif.


Sistem ini dibangun dan dikembangkan secara mandiri oleh PNS Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sejak tahun 2015 dengan menggunakan teknologi terkini berbasis open-source. MAGMA Indonesia meliputi aplikasi yang digunakan secara internal/pegawai (analisis data dan pelaporan) maupun eksternal/publik (informasi dan rekomendasi).