Jakarta, BIZNEWS.ID - Badai matahari diyakini ikut memicu tenggelamnya kapal Titanic dengan mengacaukan navigasi sehingga kapal menabrak gunung es pada 15 April 1912, menurut studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Weather.
Menurut ahli meteorologi yang berbasis di AS, malam terakhir kapal yang berlayar di Atlantik itu diterangi oleh aurora borealis, fenomena cahaya yang disebabkan oleh interaksi partikel dari badai matahari dengan atmosfer.
Argumuen ahli meteorologi itu mengacu pada laporan saksi mata yang melihat aurora menjelang tenggelamnya kapal Titanic. "Badai geomagnetik mungkin cukup besar untuk mempengaruhi navigasi ke tingkat yang kecil, namun signifikan," kata peneliti cuaca independen dan pensiunan programmer komputer Mila Zinkova dari California mengatakan kepada majalah Hakai, dikutip dari Daily Mail, 16 September 2020.
Gangguan tersebut mungkin juga mengganggu transmisi nirkabel antara kapal yang tenggelam dan kapal lain di sekitarnya, yang memblokir beberapa panggilan darurat Titanic dan pesan yang dikirim sebagai tanggapan.
Namun, peneliti mengklaim, gangguan magnetik mungkin memiliki keuntungan, yakni secara tidak sengaja mengarahkan kapal lain ke lokasi sekoci kapal korban selamat Titanic.
Badai matahari dapat menyebabkan kerusakan yang cukup parah, jika intensitasnya cukup tinggi. Badai matahari pada 1859 misalnya, atau yang disebut Peristiwa Carrington, telah menyebabkan gangguan arus dalam kabel telegraf.
Jika peristiwa seperti itu terjadi sekarang, para ahli yakin peristiwa itu akan menyebabkan tingkat kerusakan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada elektronik dan jaringan listrik di seluruh dunia, dengan potensi tragedi yang setara dengan Titanic.
"Kebanyakan orang yang menulis tentang Titanic, mereka tidak tahu bahwa cahaya utara terlihat pada malam itu," ujar Mila Zinkova. "Sekalipun kompas hanya bergerak satu derajat, itu sudah bisa membuat perbedaan."
Korban selamat dari tragedi Titanic dan seorang penulis, Lawrence Beesley, mengaku melihat aurora borealis dalam catatannya tentang bencana tersebut, menulis bahwa setelah kapal tenggelam dia melihat dari sekoci cahaya samar di langit di depan bagian kanan kapal.
Perwira kedua James Bisset dari RMS Carpathia, kapal uap yang datang untuk menyelamatkan korban Titanic, mengaku melihat cahaya utara sekitar satu jam sebelum Titanic menabrak gunung es.
"Cuacanya tenang, laut tenang, tanpa angin. Langit cerah, dan bintang-bintang bersinar. Tidak ada bulan, tapi Aurora Borealis berkilauan seperti sinar bulan yang menyembur dari ufuk utara," tulisnya dalam catatan log kapal.
Menanggapi sinyal marabahaya Titanic, RMS Carpathia yang menuju Austria-Hungaria, menerima koordinat yang salah dari lokasi Titanic sebenarnya.
Namun demikian, kesalahan koordinat itu mengarahkan Carpathia langsung ke sekoci Titanic yang terombang-ambing. Kapal Carpathia berhasil menyelamatkan 705 orang dari 20 sekoci Titanic.
Sejarawan Titanic, Tim Maltin, mengatakan kepada majalah Hakai bahwa dia setuju bahwa ada cukup bukti bahwa badai matahari bertepatan dengan bencana tersebut, tetapi mengatakan itu bukanlah faktor signifikan dalam tenggelamnya kapal Titanic.
RMS Titanic adalah kapal terbesar dan objek bergerak terbesar yang pernah dibuat manusia pada waktu itu.
Titanic dibangun oleh pembuat kapal Harland and Wolff yang berbasis di Belfast antara 1909 hingga 1912,
Kapal mewah ini dimiliki dan dioperasikan oleh White Star Line, dan berlayar perdana dari Southampton ke New York pada 10 April 1912.
Kapal Titanic sempat singgah di pelabuhan Cherbourg di Prancis dan Pelabuhan Cork, Irlandia, sebelum berlayar menyeberangi Atlantik.
Hampir lima hari dalam pelayarannya, Titanic menabrak gunung es sekitar pukul 23:40 malam waktu setempat. Dua setengah jam kemudian kapal Titanic terbelah dua bagian dan tenggelam. Sekitar 1.500 orang tewas dalam tragedi tenggelamnya RMS Titanic. Demikian Tempo.co
Photo : google image
Headline
LEAVE A REPLY