Home Energi SKK Migas: Harus Agresif Capai Target Satu Juta Barel

SKK Migas: Harus Agresif Capai Target Satu Juta Barel

0
SHARE
 SKK Migas: Harus Agresif Capai Target Satu Juta Barel

Jakarta, BIZNEWS.ID - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan diperlukan upaya yang lebih agresif untuk mencapai target produksi minyak satu juta barel per hari (bph) di 2030.
 
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan visi satu juta barel tidak akan bisa dicapai apabila seluruh pihak terkait, baik regulator maupun Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) masih berada di zona nyaman dan melakukan kegiatan dengan role model bisnis seperti biasanya.
 
Mantan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) ini mengatakan diperlukan perubahan untuk keluar dari zona nyaman dan melakukan bisnis model yang anyar untuk bisa mengakselerasi kegiatan di hulu migas sehingga bisa menambah produksi seperti yang ditargetkan.

"Visi tidak akan tercapai kalau masih di zona nyaman, perlu perubahan ke not business as usual. Harus lebih agresif dan efisien," kata Dwi dalam diskusi daring bertema 'The Role of Internal Audit to Safeguard 1 Million Barel Oil Production Target', Senin, 2 November 2020.
 
Dwi mengatakan produksi saat ini kian mengalami penurunan. Padahal masih banyak lapangan yang masih memiliki potensi. Sayangnya potensi tersebut tidak bisa dioptimalisasi jika dikerjakan dengan pola bisnis seperti saat ini yang dirasa tidak ekonomis.
 
Namun, dengan perubahan pola bisnis dan juga dukungan teknologi, Dwi meyakini Indonesia tidak hanya bisa menambah produksi dari lapangan exsisting tetapi juga dari lapangan baru.
 
Dirinya bilang memang apabila keluar dari business as usual tentu akan berpotensi menimbulkan temuan atau audit dari Badan Pemeriksa Keuangan BPK). Oleh karenanya, sejalan dengan adanya perubahan model bisnis tersebut diperlukan pula dukungan berupa jaminan (insurance) yang menegaskan perubahan tersebut tidak akan menimbulkan adanya hambatan di tengah jalan berupa temuan-temuan yang dinilai keluar dari bisnis model biasanya.
 
"Karena kalau dengan lompatan pasti akan ada temuan audit, karena bukan business as usual. Maka perlu insurance, fungsinya untuk mencegah terjadinya hambatan dalam mencapai target," jelas Dwi. Demikian medcom.id
 
Photo : google image