BIZNEWS.ID - JAKARTA - Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat periode 2025–2030 menggelar acara tasyakuran sebagai kegiatan perdana usai resmi kembali menempati kantor lama mereka di Lantai 4 Gedung Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2025). Acara yang berlangsung khidmat tersebut dihadiri 72 anak yatim piatu dari Yayasan Al-Hikmah dan Yayasan Harun Ar-Rasyid.

Kegiatan dibuka dengan doa bersama yang dipimpin oleh Dr. Firdaus Turmudzi, S.Ag., M.Hum. "Kalau kita mendapatkan hikmah dari Allah, maka bersyukurlah. Profesi wartawan adalah tugas mulia, semoga dimuliakan Allah Subhanahu wa ta’ala," ujar Firdaus di hadapan para pengurus dan tamu undangan.

Ketua Umum PWI Pusat Akhmad Munir menyebut tasyakuran ini sebagai bentuk rasa syukur atas kelancaran proses pemilihan hingga kembalinya PWI ke kantor pusat. Menurutnya, ini adalah langkah spiritual dan simbolik untuk memulai kepengurusan baru dengan semangat yang bersih dan solid.

"Ini adalah ikhtiar agar perjalanan organisasi ke depan dilancarkan dan diridhai oleh Allah. Doa anak-anak yatim menjadi kekuatan tersendiri bagi kami," kata Munir, yang juga menjabat sebagai Direktur Utama LKBN Antara.

Tasyakuran ini sekaligus menandai berakhirnya masa vakum PWI dari kantor pusat yang telah ditinggalkan sejak 1 Oktober 2024 akibat konflik dualisme kepemimpinan. Selama hampir satu tahun, ruangan di Lantai 4 itu kosong menyusul keputusan Dewan Pers yang melarang aktivitas PWI karena konflik antara kubu Hendri CH Bangun dan Zulmansyah Sekedang.

Namun, pada Kamis (25/9/2025), Ketua Dewan Pers Komaruddin Hidayat secara resmi menyerahkan kembali kunci kantor kepada pengurus PWI Pusat yang baru.

“Lantai 4 seperti ruang horor bila dibiarkan kosong. Kami lega akhirnya PWI bisa kembali beraktivitas di sini,” ujar Komaruddin, yang hadir bersama jajaran Dewan Pers lainnya.

Bagi Munir, kembalinya PWI ke kantor pusat bukan sekadar soal fasilitas fisik, tetapi juga simbol kebangkitan organisasi. Ia menyatakan bahwa PWI siap menjalankan kembali program strategis seperti Uji Kompetensi Wartawan (UKW), Sekolah Jurnalistik Indonesia, dan pelatihan profesional lainnya.

“Pers yang kuat hanya bisa dibangun melalui wartawan yang kompeten dan berintegritas. Itulah tugas besar PWI ke depan,” tegasnya.(Dens)