Home Ekonomi Saksi Bisu Kebangkitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Tanah Borneo

Saksi Bisu Kebangkitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Tanah Borneo

0
SHARE
Saksi Bisu Kebangkitan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Tanah Borneo

Balikpapan, BIZNEWS.ID - Bangunan yang dominan bercat biru muda itu sekilas tak ada yang istimewa dan menarik. Apalagi jika melihat dan mendengar namanya, yakni Pasar Inpres Kebun Sayur.


Jika datang ke lokasi ini, Anda akan “disambut” sebuah plang nama berukuran kecil bertulis ‘Selamat Datang di Pusat Perdagangan Batu Permata dan Kerajinan Pasar Inpres Kebun Sayur Balikpapan’. Pasar ini berada di Jl. Letjen Suprapto, Marga Sari, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur.


Pagi itu, pekan ketiga Juni 2022, ada suasana yang berbeda di Pasar Inpres Kebun Sayur dari beberapa minggu sebelumnya. Kendaraan hilir mudik keluar dan masuk, petugas juru parkir tampak sibuk mengatur kendaraan, pedagang sibuk menjajakan dagangan dan melayani pengunjung. Ada nuansa, gairah, dan geliat ekonomi di sini.


Pasar Inpres Kebun Sayur salah satu yang terdampak pendemi covid-19, begitu juga beberapa lokasi dan sektor perekonomian lain khususnya pariwisata dan ekonomi kreatif (Parekraf) di Balikpapan.


Namun kondisi ini berangsur-angsur membaik sejak pemerintah mulai memberikan kelonggaran bersyarat saat pendemi covid-19 melanda, guna terwujudnya pemulihan ekonomi nasional. Dampaknya pun positif, geliat ekonomi meningkat dan bertumbuh.


Potret inilah yang terjadi di Pasar Inpres Kebun Sayur, seperti dikemukan oleh Ahmad Yani, seorang pedagang. Menurut Ahmad, kondisi buruk sempat menerpa mereka yang berjualan di Pasar Inpres Kebun Sayur, penjualan seret, minim pengunjung, hingga omzet turun drastis.


“Kondisinya sangat parah,” ungkap Ahmad kepada Tim Humas Kemenko Marves saat berkunjung ke tokonya, pekan ketiga Juni lalu.


Ahmad mengatakan beberapa waktu lalu kondisi di pasar sangat menyedihkan. Ia dan para pedagang lain sedih dan tak bersemangat berdagang karena sepi pengunjung akibat dari pendemi covid-19. Biasanya dalam kondisi normal akan sangat ramai pengunjung dan pendapatan harian terbilang lumayan, namun kondisinya berbanding terbalik saat pandemi. “Dulu sangat susah, pengunjung sedikit yang datang,” ujarnya seperti dikutip maritim.go.id.


Kondisi yang dirasakan kala itu tak dimungkiri Ahmad dan para pedagang lain. Ia sadar betul dan paham pandemi telah berdampak buruk terhadap berbagai sektor yang ujungnya menganggu roda perekonomian, tak terkecuali Parekraf yang ada di Kalimatan.


Waktu terus berjalan, kini sudah banyak perubahan dan perbaikan yang terjadi meskipun masih dalam kondisi pandemi covid-19. Memasuki 2022, kata Ahmad, sudah banyak perubahan-perubahan yang signifikan terjadi di Kota Balikpapan. Perekonomian semakin bergeliat salah satu indikator yang bisa dilihat ada pada “wajah” di Pasar Inpres Kebun Sayur.


“Sekarang udah lumayan ramai. Sudah banyak yang datang, sudah banyak pengunjung kemari,” beber Ahmad, sembari menebar senyum kecil.


Mencermati situasi perkembangan yang semakin membaik di Indonesia, utamanya di Balikpapan, Ahmad, mengaku kini omzet penjualannya sudah mulai menunjukkan tren positif alias naik secara pelan-pelan tapi pasti. Dalam sehari ia bisa mengantongi uang berkisar Rp500.000 hingga Rp1.000.000 hasil penjualannya. Ini menjadi anugerah dan berkah bagi Ahamad dan para pedagang lainnya yang sehari-hari menggantungkan hidupnya di Pasar Kebun Sayur.


“Alhamdulillah sudah kembali ramai. Sudah kembali membaik meskipun tidak seperti dulu saat kondisi normal. Kita bersyukur,” tandas lelaki yang sudah berjualan 20 tahun di Pasar Inpres Kebun Sayur ini.


Tak hanya Ahmad, gairah kebangkitan pariwisata dan ekonomi kreatif di Tanah Borneo juga dirasakan oleh Fira, pedagang yang menjual aneka batu permata dan kerajinan tangan. Ia mengaku kondisi di Pasar Inpres Kebun Sayur jauh lebih baik daripada beberapa waktu sebelumnya, kini sudah semakin ramai.


“Udah beda, sekarang semakin ramai pengunjung dan pembeli,” kata Fira sembari merapikan dagangannya.


Fira mengaku senang dengan kondisi saat ini yang berangsur-angsur membaik. Dirinya semakin semangat menjalani aktivitasnya, berjualan seperti dulu layaknya sebelum pandemi menerjang dunia.


“Semoga semakin baik ya, harapannya gitu dan banyak pengunjung yang datang ke sini,” katanya berharap pendemi segera usai.


Ahmad, Fira, dan seluruh pedangang di Pasar Inpres Kebun Sayur, selalu berharap agar pendemi segera berakhir sehingga dagangannya laris manis dibeli pengunjung kala berkunjung. Tak dimungkiri lagi Pasar Inpres Kebun Sayur menjadi saksi bisu kebangkitan pariwisata dan ekonomi kreatif di Balikpapan, dan Indonesia secara umum.


Jangan Salah, Ini Bukan Pasar Sayur


#TimMarves, asal tahu saja, meskipun namanya Kebun Sayur, pasar ini sejatinya tidak menjual sayuran. Menurut berbagi catatan, disebutkan tempat ini zaman dulu merupakan kebun kangkung dan kawasan perumahan etnis Tionghoa. Medio tahun 1981, terbit Instruksi Presiden (Inpres) dari Suharto untuk membuat pasar ini.


Merealisasikan itu, Pasar Inpres Kebun Sayur pun dibangun untuk menampung pedagang dari Pasar Pandansari dan pedagang Pasar Blauran Kebun Sayur yang sempat terbakar. Pasar Inpres Kebun Sayur akhirnya diresmikan pada tahun 1983 oleh Wali Kota Balikpapan, Syarifuddin Yoes.


Seiring waktu dan dinamika yang “membalut” Kebun Sayur nan legendaris di Kota Balipapan ini, kini Pasar Inpres Kebun Sayur menjelma menjadi salah satu destinasi wisata belanja yang ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik hingga mancanegara.


Anda yang datang berkunjung ke tempat ini bisa melihat atau sekadar cuci mata melihat berbagai barang-barang kerajinan unik khas Kalimantan Timur alias Borneo. Mulai dari batu akik, perhiasan, tas, selempang, dompet, dan banyak lainnya.


Jika Anda mencari buah tangan, pernak-pernik dan oleh-oleh khas Kalimantan, bisa berkunjung ke pasar ini. Ini jadi pilihan paling tepat.


Hingga kini, pemerintah terus menggalakkan berbagai program pemulihan ekonomi kala pendemi covid-19 melanda. Salah satu sektor yang terus didorong penuh pemulihannya ialah Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kita tentu berharap pendemi semoga segera usai.