Jakarta, BIZNEWS.ID - Dengan mengusung isu strategis berupa arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi energi sebagai tiga agenda utama, Presidensi G20 Indonesia kian mendekati babak akhir penyelenggaraan yang ditandai dengan akan digelarnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Negara Anggota G20 pada pertengahan November mendatang, guna menghasilkan Leaders’ Declaration yang diharapkan mampu menjawab berbagai tantangan global saat ini.
Mengawali pelaksanaan KTT G20 tersebut, sebelumnya telah dilaksanakan pertemuan Sherpa Track dan Finance Track guna membahas berbagai hal substansi yang akan dituangkan dalam Leaders’ Declaration. Sherpa Track sendiri difokuskan untuk membahas isu-isu ekonomi non-keuangan yang terdiri dari pelaksanaan Sherpa Meeting, Ministerial Meeting, Engagement Group, serta Working Group.
“Kegiatan dari Sherpa Track, total acara 438 Sherpa Meeting, Working Group, Engagement Group, serta Ministerial Meeting. Ministerial Meeting ada 15, jadi apa yang sudah ada pada tiga pilar tadi di breakdown dalam 22 Working Group dan Engagement Group lalu masing-masing level ada meeting-nya dan saat ini sudah dikumpulkan semua pada saat Pertemuan Sherpa Ketiga 27-29 September di Yogyakarta kemarin,” ungkap Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso saat menyampaikan keynote speech secara virtual dalam Seminar Nasional Peluncuran Buku DGB Untuk G20, Jumat (28/10).
Lebih lanjut, Sesmenko Susiwijono menerangkan pokok-pokok yang dilakukan terkait dengan ketiga agenda utama Presidensi G20 Indonesia tersebut. Pada isu arsitektur kesehatan global dilakukan penggalangan dana global untuk pencegahan, kesiapan, dan respons terhadap pandemi, penguatan resiliensi sistem kesehatan dunia dan standar protokol kesehatan global yang harmonis, serta alih teknologi dan diversifikasi produksi vaksin.
Selanjutnya, terkait dengan agenda transformasi ekonomi berbasis digital dilakukan penciptaan nilai ekonomi digital untuk pemulihan ekonomi, adopsi teknologi terutama bagi UMKM, pengembangan keterampilan dan literasi digital, serta digitalisasi sektor yang berkontribusi menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Sedangkan terkait dengan agenda transisi energi dilakukan perluasan akses teknologi sumber energi bersih, percepatan penurunan emisi karbon, pelibatan partisipasi sektor swasta, serta percepatan penggunaan sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
Dalam kesempatan tersebut, Sesmenko Susiwijono turut menyampaikan terkait dengan inisiasi concrete deliverable yang terdapat pada Presidensi G20 Indonesia. Concrete deliverable tersebut merupakan proyek, program, atau inisiatif yang menghasilkan manfaat nyata atau konkret dimana hal tersebut sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo agar Presidensi G20 Indonesia dapat menghasilkan manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia dan dunia.
Sebagai informasi, Buku G20 yang bertajuk Addressing Global Issues with Collective and Concerted Action tersebut merupakan salah satu wujud konkret kontribusi civitas akademika dalam mendukung berbagai upaya Pemerintah. Disusun oleh 21 pakar yang berasal dari berbagai bidang keilmuan, buku tersebut diharapkan dapat memberi gagasan-gagasan guna menjadi rekomendasi atau referensi kebijakan bagi Presidensi G20 Indonesia.
“Presiden Republik Indonesia mengungkapkan bahwa forum Presidensi G20 akan menjadi katalis pemulihan ekonomi global yang bersifat inklusif, beragam terobosan telah digiatkan dengan berfokus pada tiga priotitas. Upaya mewujudkan target tersebut memerlukan dukungan dan pemikiran seluruh pihak tersmasuk akademisi, untuk itu saya sangat mengapresiasi forum diskusi dan peluncuran buku ini untuk menjadi ruang kontribusi ilmu pengetahuan dan Guru Besar UGM terkait isu strategis bangsa,” ungkap Rektor Universitas Gadjah Mada Ova Emilia seperti dikutip ekon.go.id.
Kegiatan tersebut turut dihadiri oleh Rektor Universitas Gadjah Mada, Ketua Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada, serta Sekretaris Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada.
LEAVE A REPLY