Jakarta, BIZNEWS.ID - Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menyampaikan raihan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berasal dari Ditjen Migas mampu melebihi dari target yang dipatok pada tahun 2023 lalu, dimana realisasi PNBP Migas tercatat sebesar Rp117 triliun dari target Rp103,6 triliun atau mencapai 113%.
"PNBP Migas melebihi target 13% dari target tahun 2023 yang sebesar Rp103 triliun," ungkap Tutuka ketika konferensi pers capaian kinerja subsektor migas di Jakarta, Selasa (16/1).
Realisasi PNBP tersebut terbagi atas PNBP minyak bumi sebesar Rp89,92 triliun, atau mencapai 76% dari PNBP yang disetorkan dan sisanya dari PNBP gas bumi senilai Rp27,07 triliun, atau sekitar 24% dari PNBP migas.
PNBP migas yang dihasilkan, terang Tutuka, akan fluktuatif mengikuti harga Indonesia Crude Price (ICP). Hal tersebut terlihat apabila dibandingkan dengan tahun 2022, PNBP migas yang disumbang ke negara mencapai Rp148,7 triliun. Karena harga ICP rata-rata sepanjang tahun 2022 sebesar USD97,03 per barel, sementara rata-rata harga ICP berada di angka USD78,43 per barel.
Namun, Tutuka mengatakan kontribusi PNBP tahun 2023 masih lebih besar apabila dibandingkan dengan PNBP migas tahun 2021, sebanding dengan harga rata-rata ICP tahun 2021 yang berada di bawah rata-rata ICP tahun 2023. Adapun rata-rata ICP tahun 2021 sebesar USD68,47 per barel dan penerimaan migas non pajak senilai Rp96,62 triliun.
"Tahun 2023 harga ICP-nya memang lebih tinggi dari tahun 2021, demikian juga dengan PNBP-nya juga demikian, Jadi PNBP mengikuti pola dari ICP ini," tuturnya seperti dikutip esdm.go.id.
Dari pola tersebut, sambung Tutuka, mengindikasikan bahwa pemerintah telah konsisten menjalankan program-program migas, sehingga faktor yang mempengaruhi penerimaan non pajak sektor migas hanya berimbas dari fluktuasi harga ICP.
"Apa yang kita lakukan disini konsisten dengan program, sehingga dampaknya hanya terkena dari ICP saja, walaupun kita tahu declining produksi minyak terus berlangsung, kita bisa tahan untuk tidak terlalu tajam dan produksi gas sebetulnya bisa lebih tinggi kalau off taker-nya sudah tersedia dan infrastrukturnya juga sudah tersedia," pungkasnya.
LEAVE A REPLY