Jakarta, BIZNEWS.ID - Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas merupakan syarat untuk membawa Indonesia Maju pada tahun 2045. Persiapannya harus dilakukan sejak dini mulai dari 1.000 hari awal kehidupan manusia.
Penyiapan SDM unggul masih menghadapi hantu bernama "stunting". Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 27,67 persen. Sementara, Presiden RI Joko Widodo menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, untuk menurunkan stunting sesuai target dari Presiden diperlukan kerja ekstra keras.
"Ini target yang sangat fantastis. Karena kalau kita ingin menargetkan sampai 14 persen dengan kondisi yang sekarang itu paling tidak pertahun harus turun sekitar 2.7 persen," ujarnya dalam Forum Nasional Stunting 2021 yang diselenggarakan BKKBN bersama Tanoto Foundation, di Energy Building SCBD, pada Selasa (14/12) seperti dikutip kemenkopmk.go.id.
Dalam kesmepatan itu hadir secara luring dan daring Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Made Arya Wijaya, Plt Dirjen Bangda Kemendagri Sugeng Haryono, Bupati Trenggalek Haji Nur Arifin, pimpinan tinggi madya Kementerian/Lembaga, perwakilan OPD provinsi, kabupaten dan kota seluruh Indonesia, rektor guru besar perguruan tinggi, perwakilan mitra pembangunan, perwakilan organisasi masyarakat dan dunia usaha, serta perwakilan akademisi dan profesi.
Lebih lanjut, kata Menko Muhadjir, kondisi pandemi yang belum sepenuhnya usai membuat banyak sektor teralihkan untuk penanganan Covid-19. Sehingga perlu kerja keras untuk mempercepat penurunan stunting.
"Adanya pandemi sangat mengganggu kinerja kita terutama untuk mencapai target itu, kita masih harus kerja keras lagi. Harus lebih dikeraskan kerjanya kalau memang betul-betul pada 2024 tercapai 14 persen," ujarnya.
Muhadjir menerangkan, masalah stunting tidak bisa ditangani sendiri oleh satu pihak seperti pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah saja. Menurutnya, stunting perlu ditangani dan dikeroyok bersama-sama.
"Harus melibatkan kekuatan rakyat semesta dalam perang melawan stunting," cetusnya.
Paling tidak, ada lima elemen masyarakat atau pendekatan pentahelix yang harus bergotong-royong untuk mempercepat penurunan stunting. Kelima elemen itu yakni pemerintah, sektor swasta, perguruan tinggi, masyarakat madani, dan media massa.
Muhadjir menerangkan, masing-masing elemen memiliki peran yang penting. Pertama, pemerintah pusat atau daerah menjadi leading sector dalam mempercepat penurunan stunting melalui regulasi dan program-program dari Kementerian/Lembaga di pusat atau Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di daerah.
Kedua, sektor swasta berperan mendukung penanganan stunting melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Ketiga, perguruan tinggi melalui akademisi dan keilmuannya harus menopang menjadi daya dukung dalam penanganan stunting.
Keempat, masyarakat madani melalui kelompok filantropi yang memiliki kemammpuan melakukan tugas altruis yang bersedia bergotong-royong menangani stunting. Dan kelima, media massa menjadi pendukung dalam membwrikan pemahaman kepada masyarakat.
"Pentahelix ini sudah menunjukkan kemanjurannya dalam mengatasi Covid-19," ucapnya.
Muhadjir mengatakan, gotong royong antar elemen harus terus dikembangkan dan semakin dimantapkan untuk perang melawan stunting ini. Dia berpesan kepada pemerintah daerah untuk memaksimalkan kekuatan pentahelix dalam penanganan stunting di masing-masing daerah dan mencapai target Presiden.
"Pesan saya kepada kepala daerah. Marilah kita galang betul kekuatan pentahelix di masing-masing daerah. Libatkan perguruan tinggi, libatkan sektor swasta, ormas, dan juga libatkan media," kata Menko PMK.
Headline
LEAVE A REPLY