Keterangan Gambar : Ruang Digital & Innovation Center (DICE) PT PHR yang dapat memantau pekerjaan di lapangan, diyakini dapat mempercepat pengambilan keputusan oleh manajemen setelah mendapat informasi lengkap.(Foto Dok Humas SKK)
BizNews.id - Pekanbaru - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terus berupaya meningkatkan produksi minyak di Wilayah Kerja (WK) Rokan, yang termasuk dalam upaya pencapaian target 1 juta barel minyak per hari (BOPD) di tahun 2030. Satu di antaranya lewat penggunaan teknologi terbaru di lapangan melalui tranformasi digital.
Corporate Secretary PHR, Rudi Arrifianto mengatakan untuk mencapai target produksi migas 1 juta BOPD di tahun 2030, PHR terus berinovasi melalui teknologi dan digitalisasi.
“Tak bisa dipungkiri, industri migas saat ini menghadapi banyak tantangan, tetapi, dengan bantuan teknologi baik dari sisi teknis maupun IT, kami berupaya untuk memberikan hasil yang terbaik demi memenuhi target produksi migas dan memenuhi kebutuhan energi nasional,” ujar Rudi dalam acara Kunjungan Lapangan Media di Pekanbaru, Selasa (24/10).
Seperti diketahui, PT PHR merupakan perusahaan yang bertindak sebagai operator dalam pengelolaan WK Rokan, mulai 9 Agustus 2021 hingga 8 Agustus 2041. Produksi WK Rokan mencerminkan seperempat dari produksi minyak mentah Indonesia dan sepertiga dari keseluruhan produksi Pertamina yang 100% hasilnya diolah kilang Pertamina.
“Wilayah Kerja Rokan adalah lapangan migas terbesar dengan luas sekitar 6.200 km2 yang mana kondisi peralatannya harus dijaga kehandalannya, oleh karena itu transformasi digital menjadi salah satu kunci untuk menjaga produksi dan efisiensi operasional di WK ini," tambah Rudi.
Di kesempatan sama, Vice Presiden IT OHR Triatmojo Rosewanto menyampaikan transformasi digital merupakan hal yang sangat penting dan memiliki peran signifikan dalam peningkatan produksi di wilayah kerja PHR.
Menurut Triatmojo, transformasi digital sektor industri migas merupakan bagian dari strategi Indonesia Oil dan Gas (IOG) 4.0 yang sedang dijalankan. Digitalisasi industri migas memungkinkan seluruh operasional utama migas diintegrasikan dan dipantau melalui sistem terpusat. Berbagai aktivitas yang dipantau ialah yang meliputi pengeboran, monitoring pengapalan, lifting, inventory hingga operasional produksi.
“Inilah yang menginisiasi kami untuk membangun Digital & Innovation Center (DICE) PT PHR,” kata dia.
Menurut Tri, DICE dibangun untuk mempercepat pengambilan keputusan oleh manajemen supaya manajemen mendapat informasi lengkap, akurat dan terpercaya, sehingga keputusan yang diambil menjadi yang terbaik bagi perusahaan.
Bahkan, Tri menambahkan, salah satu keunggulan dari Ruang Kontrol DICE yang berhasil meraih Rekor Muri pada tahun 2022 lalu ini diantaranya, mampu memberikan berbagai macam data produksi serta rencana proyek setiap harinya, selain itu DICE juga dapat memantau seluruh aktivitas pengeboran di sumur-sumur minyak yang ada di WK Rokan.
“PHR saat ini sudah memiliki sistem yang lengkap dari ujung ke ujung, mulai dari pengambilan data di lapangan, kemudian melakukan analisa dari data yang ada, lalu kemudian integrasi data yang lain, maka keakuratan data yang ada di DICE Command Center bisa dikatakan cukup baik ditambah lagi dukungan teman-teman di lapangan yang selalu konsisten dalam menginput data yang tersimpan di dalam server yang memiliki kecanggihan teknologi,” kata Tri.
Selain itu, untuk memantau safety pekerjaan di lapangan, DICE memiliki solusi digital yaitu solusi ICE CCTV serta Intelijen CCTV. Solusi digital ini dibangun dengan menggunakan suatu sistem yang dapat membantu mendeteksi secara otomatis safety para pekerja.
“ICE CCTV tersebut dapat secara otomatis mendeteksi apakah pekerja di lapangan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap atau tidak, sehingga apabila ada pegawai yang tidak lengkap menggunakan APD pada saat di lapangan, otomatis alarm akan berbunyi di Command Center sehingga kita bisa melakukan tindak lanjut secara cepat,” ujar Tri.
Implementasi digital ini mampu dilaksanakan PHR karena adanya tata kelola transformasi digital dengan melihat kebutuhan masing-masing divisi yang ada.
“Dengan demikian kami memiliki digital plan dan digital solusi yang dapat membantu masing-masing divisi memenuhi target,” kata dia.
Tri berharap dengan penerapan transformasi digital, PHR mampu meningkatkan kinerja demi mendukung ketahanan energi Indonesia.
“ Seluruh proses transformasi digital yang dilaksanakan oleh PHR benar-benar diarahkan untuk ketahanan energi,” pungkas dia.(Dens)
LEAVE A REPLY