Jakarta, BIZNEWS.ID - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan kondisi terkini Gunung Semeru pascaerupsi lebih dari satu minggu yang lalu, yakni Sabtu (4/12). Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani menyatakan, dari pengamatan yang dilakukan pada 14-15 Desember 2021, masih teramati letusan yang menghasilkan kolom letusan berwarna putuh kelabu setinggi 400 meter dari atas puncak condong ke arah Baratlaut. Secara visual teramati pula guguran lava pijar dengan jarak luncur 1.000-2.600 meter dari kawah puncak.
"Sementara, dari pemantauan kegempaan, menunjukkan dominasi gempa-gempa permukaan, yakni gempa letusan, gempa guguran, dan gempa hembusan. Jumlah kejadian gempa Guguran ini akan dipantau terus secara intensif untuk antisipasi bertambahnya jarak luncur guguran lava pijar serta penumpukan material batuan di lereng yang berpotensi menjadi APG," jelas Andiani seperti dikutip esdm.go.id.
Berdasarkan aktivitas Gunung Semeru tersebut, masih ada potensi terjadinya Awan Panas Guguran (APG), namun diperkirakan dengan intensitas dan jarak luncur uang relatif kecil apabila dibandingkan dengan APG pada 4 Desember lalu.
"Potensi bahaya yang lebih mengancam saat ini adalah aliran lahar berkaitan dengan kondisi cuaca yang masih dalam musim penghujan. Rekaman kegempaan pada 14 Desember 2021 menunjukkan getaran banjir dengan durasi 1200 detik," imbuh Andiani.
Andiani pun mengimbau agar masyarakat tetap tidak melakukan aktivitas dalam radius 1 kilometer (km) dari kawah/puncak Gunung Semeru dan jarak 5 km arah bukaan di sektor selatan-tenggara. Kemudian masyarakat juga dilarang beraktivitas sepanjang alur sungai Besuk Kobokan yang saat ini sudah terisi endapan material yang masih bersuhu tinggi.
"Masyarakat agar mewaspadai potensi APG, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak G. Semeru, terutama sepanjang aliran Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan," ujarnya.
Andiani juga mengatakan bahwa tim PVMBG saat ini masih melakukan pemetaan dan perincian peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Semeru. Selain itu, tim Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan tengah melakukan koordinasi terkait kegiatan pemetaan geologi tata lingkungan untuk merelokasi desa-desa terdampak bencana Gunung Semeru.
"Kegiatan yang akan dilakukan adalah pemetaan potensi lahan secara keseluruhan, mengevaluasi kesesuain lahan, dan juga akan dibahas lebih lanjut terkait bahaya bencana lainnya, sebagai bahan masukan untuk pengembangan wilayah. Juga akan dilakukan pemetaan potensi air tanah dan lahan yang bermanfaat untuk kegiatan perekonomian dan sosial masyarakat. Kami juga akan melakukan evaluasi terhadap kegiatan pertambangan yang memiliki izin, akan diarahkan ke tempat yang aman, sehingga usaha pertambangan masih dapat berjalan," ujar Sekretaris Badan Geologi Ediar Usman.
Kondisi Terkini Gunung Awu
Setelah ditetapkan berstatus Waspada atau Level II pada 12 Desember 2021 lalu, Gunung Awu secara visual dapat teramati dengan jelas. Asap kawah utama masih belum teramati di atas puncak dan secara umum belum teramati perubahan signifikan pada aktivitas permukaan.
"Sementara untuk kegempaan vulkanik, teramati masih fluktuatif, di mana gempa Vulkanik Dangkal terekam sebanyak 23 kejadian serta gempa Vulkanik Dalam terekam sebanyak 5 kejadian. Secara umum, kegempaan dalam 4 hari terakhir sejak dinaikkan ke Waspada masih relatif tinggi. Secara khusus, Gempa Vulkanik Dangkal mengalami sedikit peningkatan," imbuh Andiani.
Andiani juga menjelaskan, ancaman bahaya Gunung Awu dapat berupa magmatik eksplosif, efusif maupun freatik. Potensi bahaya utama yang mungkin terjadi dapat berupa erupsi magmatik dengan lontaran material pijar, lontaran dan/atau aliran piroklastik maupun berupa erupsi freatik yang didominasi uap dan gas gunungapi yang dapat melontarkan material erupsi sebelumnya.
"Potensi pembongkaran kubah lava dapat terjadi jika tekanan di dalam sistem magmatik mengalami peningkatan signifikan. Potensi bahaya lain dapat berupa emisi gas gunungapi seperti CO, CO2, H2S, N2 dan CH4. Gas-gas tersebut dapat membahayakan jiwa jika konsentrasi yang terhirup melebihi nilai ambang batas aman. Potensi bahaya sekunder jika erupsi telah terjadi dapat berupa aliran lahar yang berasal dari material piroklastik yang jatuh di bagian lereng dan terbawa air hujan mengikuti alur-alur sungai yang berhulu dari G. Awu," papar Andiani.
Berdasarkan aktivitas Gunung Awu tersebut, masyarakat direkomendasikan untuk tidak mendekati dan beraktivitas di dalam radius 1 km dari kawah puncak Gunung Awu.
Headline
LEAVE A REPLY