Jakarta, BIZNEWS.ID - Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mendorong upaya percepatan pemulihan ekonomi kawasan Asia-Pasifik dengan berpartisipasi aktif dalam fora perundingan AsiaPacific Economic Cooperation (APEC).
Komitmen tersebut ditunjukkan pada pertemuan kedua Komite Perdagangan dan Investasi (The Committee on Trade and Investment/CTI2) yang digelar secara daring pada 25 s.d. 27 Mei 2021. Dalam rangkaian pertemuan APEC tahun ini, Selandia Baru sebagai tuan rumah APEC 2021 mengangkat tema “Join, Work, Grow. Together”.
“Sinergi, kolaborasi, dan sikap saling menghargai adalah kunci untuk mendorong tercapainya visi APEC dan upaya percepatan penanganan pandemi,” ujar Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono menanggapi hasil pertemuan APEC di Jakarta, Jumat (28/05/2021) seperti dikutip Kominfo.go.id.
Dalam keketuaan APEC tahun ini, Selandia Baru mengangkat tiga prioritas utama yang mendorong pemulihan ekonomi. Pertama, kebijakan ekonomi dan kebijakan perdagangan untuk menindaklanjuti pekerjaan APEC dalam mendorong perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka. Kedua, peningkatan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan dengan mengedepankan pemberdayaan seluruh lapisan masyarakat dan penanganan isu-isu lingkungan. Ketiga, mendorong inovasi dan pemanfaatan ekonomi digital.
Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Kemendag Farid Amir selaku Ketua Delegasi RI untuk forum CTI menyampaikan Indonesia mendukung tiga prioritas keketuaan Selandia Baru. “Sebagai forum ekonomi regional, APEC perlu melakukan tindakan bersama dalam percepatan pemulihan ekonomi yang terarah, inklusif, berkelanjutan, serta berbasis inovasi dan digitalisasi. Upaya pemulihan ekonomi yang sedang dilaksanakan harus dapat dirasakan semua lapisan masyarakat, khususnya di kawasan Asia-Pasifik,” jelas Farid.
Berdasarkan tiga prioritas APEC 2021 tersebut dan percepatan pemulihan ekonomi, target capaian utama yang diusulkan oleh tuan rumah Selandia Baru mencakup beberapa hal. Target tersebut di antaranya inisiatif dalam upaya mengurangi dampak kerusakan lingkungan dengan mendorong perdagangan produk ramah lingkungan, memperkuat rantai pasok termasuk kelancaran distribusi vaksin, meningkatkan fasilitasi pergerakan lintas batas bagi pelaku bisnis, serta inklusivitas.
“Indonesia turut mendorong upaya percepatan pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19 melalui keikutsertaan dalam berbagai diskusi. Diskusi tersebut terkait penguatan rantai pasok, distribusi vaksin, fasilitasi pergerakan lintas batas untuk para pelaku bisnis serta pemanfaatan teknologi digital dalam fasilitasi perdagangan dan investasi di kawasan Asia-Pasifik. Upaya tersebut perlu terus dilakukan dengan tetap menghormati perbedaan kebijakan domestik masing-masing ekonomi,” kata Farid.
Untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19, pemerintah juga telah menetapkan kebijakan darurat untuk kemudahan fasilitasi beberapa barang esensial yang mendukung percepatan penanganan pandemi. “Indonesia saat ini juga telah melakukan implementasi kebijakan perdagangan untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19 dengan tetap memprioritaskan keamanan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Farid.
Lebih lanjut, Farid menekankan dalam upaya kolektif percepatan pemulihan ekonomi di Asia-Pasifik, diperlukan kerja sama dan fleksibilitas antarekonomi serta sikap saling menghargai perbedaan kebijakan masing-masing ekonomi.
APEC merupakan forum kerja sama 21 ekonomi di lingkar Samudera Pasifik. Kegiatan utama di APEC meliputi kerja sama perdagangan dan investasi, serta kerja sama ekonomi lainnya untuk mendorong pertumbuhan dan peningkatan kesejahteraan di Kawasan Asia-Pasifik. Ekonomi anggota APEC terdiri dari Australia, Brunei Darussalam, Filipina, Kanada, Chile, RRT, Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Papua Nugini, Rusia, Singapura, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam.
Kerja sama APEC bersifat nonbinding yang berarti setiap keputusan yang dihasilkan seringkali tidak bersifat mengikat. Menurut data yang dimuat dalam publikasi APEC at a Glance 2021, seluruh anggota ekonomi APEC tersebut mewakili 38 persen penduduk dunia (2,9 miliar jiwa), 47 persen dari perdagangan global (USD 24 triliun), dan 61 persen dari total pendapatan domestik bruto dunia (USD 53 triliun).
Sebagai dampak pandemi Covid-19, kinerja ekspor perdagangan Indonesia dengan kawasan APEC menunjukkan penurunan pada 2020 dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2020, total nilai ekspor Indonesia ke anggota APEC tercatat sebesar USD 117,8 miliar atau turun 3,04 persen dibandingkan dengan nilai ekspor pada 2019 yang mencapai USD 121,5 miliar.
Headline
LEAVE A REPLY