Jakarta, BIZNEWS.ID - Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan Indonesia berpotensi mengalami krisis energi jika tak bisa meningkatkan produksi minyak dan gas (migas) dalam sepuluh tahun ke depan. Pasalnya, kebutuhan energi fosil dalam negeri akan terus meningkat seiring bertambahnya aktivitas bisnis dan pergerakan manusia.
Hingga saat ini, produksi migas Indonesia sendiri belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Jumlahnya bahkan cenderung turun dan tak mencapai target yang dicanangkan pemerintah.
Pada 2019, misalnya, produksi migas Indonesia hanya mencapai sebesar 1.697 ribu barel setara minyak per hari (mboepd) dari target 2.025 mboepd. Akibatnya, pemerintah membuka keran impor produk migas dari negara lain hingga membebani neraca perdagangan.
"Kalau impor bensin, impor LPG itu terus meningkat, ini tanda-tanda daripada berpotensi terjadinya krisis energi dari jenis komoditas, apalagi belum ditemukannya cadangan dan sumber daya migas baru yang signifikan," ujarnya dalam webinar yang digelar APMI Kamis (12/11).
Contoh lainnya adalah kebutuhan LPG Indonesia yang mencapai 9,1 metrik ton oil equivalent (MTOE) atau 6,7 persen dari total konsumsi energi nasional. Sementara, dari dalam negeri, produksi LPG yang bisa dihasilkan hanya sekitar dua ribu ton. Alhasil, impornya mencapai hampir enam ribu ton.
Di samping itu, impor minyak mentah juga masih cukup tinggi terutama yang bergantung pada negara Timur Tengah. Oleh karena itu, Djoko mendorong tercapainya target peningkatan produksi minyak satu juta barel per hari (bph) pada 2030.
Untuk mewujudkan hal tersebut, kata dia, kegiatan hulu migas harus dijalankan out of the box atau keluar dari bisnis seperti biasanya. Artinya, tidak hanya mengandalkan kegiatan rutin namun juga harus ada upaya ekstra untuk mencapainya misalnya dengan memasifkan kegiatan eksplorasi.
Apalagi, Indonesia memiliki dana eksplorasi sebesar US$2,5 miliar yang berasal dari komitmen kerja pasti (KKP) yang bisa digunakan untuk mendorong kegiatan eksplorasi. "Silakan saja (digunakan) dipercepat dengan teknologi yang ada, jangan lama-lama," jelasnya.
Pertamina Sanggupi Target
PT Pertamina (Persero) sendiri menyatakan sanggup untuk mencapai target saru juta barel per hari pada 2030. Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Pertamina Hulu Energi (CEO Upstream Subholding) Budiman Parhusip menuturkan pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi.
Pertama, mengoptimalkan aset subholding hulu antara lain managing base line melalui development well, workover, dan well intervension; akselerasi development projects dan pengurasan minyak atau EOR.
Kedua, melakukan percepatan transformasi resource to production seperti percepatan kegiatan eksplorasi dan simplifikasi proses bisnis. Ketiga, mematangkan strategi eksplorasi seperti prospek high risk and low risk hingga eksplorasi new venture. "Dengan strategi-strategi ini kami yakin bisa capai target di 2030 mendatang," tandas Budiman. Demikian CNN Indonesia
Photo : google image
Headline
LEAVE A REPLY