Jakarta, BIZNEWS.ID - Tak terasa sudah setahun berkarya membantu masyarakat kampung Oray di Kabupaten Kaimana Provinsi Papua Barat. Perasaan sedih dan harapan akan keberlanjutan program tertanam dalam hati, meninggalkan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat. Inilah yang dirasakan Stevanus Sogen (29 tahun). Pemuda berambut panjang asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ini harus mengakhiri tugasnya sebagai salah satu Patriot Energi angkatan 2021 - 2022. Ia tak menyangka bisa menjelajah jauh ke lokasi yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
"Untuk mencapai lokasi penugasan dari kota Kaimana, kita harus menggunakan transportasi laut berupa longboat selama 4 jam, dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 3 hari menaiki bukit," ujar Stevanus ditemui usai acara Penutupan Program Patriot Energi Angkatan ke-3 periode tahun 2021 - 2022, di Wisma Butterfly Heaven, Subang, Jawa Barat pada Selasa (1/11).
Semangat memberi manfaat kepada sesama mendorong Stevanus menuju lokasi terpencil ini. Ia menceritakan awal mula kedatangan ke lokasi penugasan dan berkoordinasi dengan pengurus distrik (setara Kecamatan) yang ditanggapi dengan tatapan kaget karena masyarakat setempat sendiri juga belum pernah ke lokasi yang dituju.
"Hei kamu mau ke atas? saya saja yang tinggal di distrik sini sudah 5-6 tahun belum pernah sampai sana. Tunggu kalau ada jalan dulu, saya baru kesana," cerita Stevanus mengenai tanggapan warga saat dirinya ingin menuju ke sana.
"Saya mau kesana, saya mau bikin survei bantuan untuk lampu. Tapi, masyarakat Kaimana sempat melarang saya: jangan bikin kita punya masyarakat jadi susah, saya tidak mau kalau tidak jalan dulu," ia melanjutkan.
Kendati begitu, Stevanus dibantu enam orang dari Kaimana ke lokasi tujuan. Sesampainya di Kampung Oray, masyarakat setempat pun menerima keberadaan Stevanus dengan senang hati. Apalagi Kampung Oray sangat jarang dikunjungi pendatang yang bukan dari tanah Papua. "Sesampainya di tujuan semua masyarakat Oray datang, mungkin baru pertama kali ada pendatang. Seperti baru liat orang luar, mereka panggil saya Pak Bos," ujar Stevanus.
Selama setahun, sambung Stevanus, ia memberikan berbagai macam kegiatan produktif untuk memberdayakan masyarakat termasuk memberikan pengajaran Bahasa Indonesia. "Dari sebelumnya seluruh masyarakat Oray tidak bisa berbahasa Indonesia hingga 50% masyarakat bisa berbahasa Indonesia meski masih belum lancar," jelasnya seperti dikutip esdm.go.id.
Menurut Stevanus, Warga Kampung Oray sangat berterima kasih kepada Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang telah membangun pemasangan Alat Penyalur Daya Listrik (APDAL) dan Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL) serta mengirimkan satu orang Patriot Energi. "Mereka berterima kasih sekali kepada Kementerian ESDM yang telah membangunkan untuk mereka APDAL dan SPEL dan juga mengirimkan seorang Patriot Energi, karena selama ini tidak ada yang berani masuk ke kampung Oray dan baru orang Patriot Energi saja yang pertama masuk kesana," ujar Stevanus sambil tertawa.
Pria humoris ini melanjutkan, Kampung Oray sangat terbantu dengan keberadaan APDAL dan Spell terutama disaat ada kematian dan persalinan di malam hari.
Setelah pembangunan APDAL dan SPEL selesai, Stevanus punya tanggung jawab membantu sebagian masyarakat untuk memikul tanggung jawab perawatan dan pengoperasiannya.
Minimnya akses kesehatan tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Stevanus. Kendati begitu, kepulangannya ke Jakarta disertai dengan tatapan sedih masyarakat Oray yang lugu, ramah, dan bersahaja. "Pak Boss mau pulang kah, akan kembali atau tidak ?," tanya mereka.
Untuk diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membuat Program Patriot Energi. Program ini difokuskan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat melaui penyediaan akses listrik yang inkulsif berbasis Energi Baru Terbarukan di lokasi 4T (Terdepan, Terluar, Tertinggal dan wilayah Transmigrasi). Para pemuda dan pemudi yang dikirim sebagai garda terdepan wujud kehadiran negara di lokasi terpencil berkontribusinya membangun masyarakat.
LEAVE A REPLY