Surakarta, BIZNEWS.ID - Kementerian Komunikasi dan Informatika mengedepankan kolaborasi dan pemanfaatan kearifan lokal dalam komunikasi publik yang berkaitan dengan pencegahan stunting.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo, Usman Kansong menekankan untuk melakukan terobosan di bidang komunikasi publik dengan kolaborasi dan memanfaatkan kearifan lokal.
"Mengingat waktunya sangat singkat, tidak ada jalan lain kecuali berkolaborasi dengan berbagai instansi di sektor terkait dan memanfaatkan kearifan lokal agar efektif di setiap wilayah," jelasnya dalam Diskusi Kelompok Terpumpun Kampanye Empat ‘Terlalu’ dalam Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) di Surakarta, Kamis (27/01/2022) seperti dikutip Kominfo.go.id.
Menurut Dirjen Usman Kansong, Kementerian Kominfo akan berkolaborasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional untuk fokus mengampanyekan Empat ‘Terlalu’ dalam Pencegahan Anak Kerdil (Stunting).
"Contohnya seperti yang dilakukan dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Sosial, dan PUPR," ungkapnya.
Dirjen IKP Kementerian Kominfo menyatakan akan menggunakan kearifan lokal sebagai dasar titik tekan materi kampanye. “Pemanfaatan sumber daya alam lokal, berupa makanan lokal berfungsi meningkatkan nutrisi dan gizi masyarakat lokal seperti jagung di Gorontalo. Atau isu spesifik tentang sanitasi di Sukabumi. Kata kuncinya, kolaborasi antar pemerintah, terutama pemerintah daerah” tegasnya.
Oleh karena itu, Dirjen Usman Kansong mengharapkan kerja sama dan keterlibatan aktif seluruh pihak dalam kampanye dengan tujuan akhir mewujudkan Indonesia Emas 2045 “SDM Unggul dan Berkualitas”.
“Melalui kampanye terstruktur empat ‘terlalu’, konseling, dan pemeriksaan kesehatan dalam Tiga Bulan Pra Nikah dapat berkontribusi sebagai upaya percepatan penurunan stunting di Indonesia,” ungkapnya.
Kampanye Cegah Stunting dengan fokus Empat ‘Terlalu’ dalam pencegahan Anak Kerdil (Stunting) merupakan kerja bersama Kementerian Kominfo dan BKKBN untuk mewujudkan target penurunan stunting menjadi 14 % pada tahun 2024.
Pada tahun 2021, prevalensi stunting Indonesia berada di angka 24,4%. Angka itu mengalami penurunan sebesar setiap tahunnya.
"Meski demikian, angka prevalensi stunting Indonesia masih di atas standar maksimal yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 20%,” ujar Deputi Advokasi Penggerakan dan Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso.
BKKBN telah mengemas kampanye dengan pesan utaa hindari empat terlalu. Menurut Deputi Advokasi Penggerakan dan Informasi BKKBN kampanye itu tidak hanya mampu mengendalikan masalah kependudukan namun juga mengurangi prevalensi stunting.
"Kami mempunyai formula jitu untuk mencegah stunting, yaitu hindari empat ‘terlalu” : terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat dan terlalu banyak jumlah anak,” ujar Deputi Advokasi Penggerakan dan Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso.
Deputi Advokasi Penggerakan dan Informasi BKKBN menjelaskan dua terlalu berkaitan dengan usia dan hindari kelahiran pada ibu yang terlalu muda atau terlalu tua. Menurutnya, usia ideal ibu melahirkan pada rentang 21-35 tahun. Usia melahirkan terlalu muda, tulang panggul perempuan yang berusia di bawah 20 tahun belum siap untuk proses melahirkan.
“Sedangkan, usia kelahiran terlalu tua, seorang Ibu rentan mengalami preeklamsia atau pecah ketuban dini,” jelasnya.
Sementara, dua “terlalu” lain dalam mencegah stunting berkaitan dengan upaya menghindari jarak melahirkan terlalu dekat dan terlalu banyak jumlah anak.
“Jarak terbaik untuk anak adalah 5 kali masa kehamilan, yaitu kira-kira 4-5 tahun. Selepas melahirkan sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang,” saran Sukaryo Teguh.
Selain kampanye empat ‘Terlalu’, penyuluhan terhadap calon pengantin (masa pranikah) juga menjadi fokus sasaran program prioritas itu.
"BKKBN bersepakat dengan Direktorat Bina KUA Kementerian Agama untuk mengimbau pemeriksaan terhadap calon pengantin tiga bulan sebelum pernikahan,” papar Direktur KIE Stunting BKKBN Eka Sulistia Ediningsih.
LEAVE A REPLY